Jakarta - Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) memang dirundung masalah. Namun, mesin PKS terus
bekerja. Kader PKS dikenal dengan kader yang solid. Selain itu, kader PKS
sangat taat terhadap instruksi pimpinan, sehingga media survei nasional
(Median) menyimpulkan, PKS bekerja lebih efektif dalam meningkatkan
elektabilitasnya ketimbang partai lain.
Menurut Direkur Eksekutif Median, Rico Marbun,
mengatakan tren PKS meningkat jelang Pilkada Jawa Tengah. Meningkatnya tren
PKS, perkiraan Rico, Pilkada Jawa Tengah akan dihadapkan pada pertempuran
antara PKS dengan PDIP.
“Bisa dikatakan bahwa dalam pilkada Jateng ini,
diperkirakan akan terjadi pertempuran antara dua mesin partai, yaitu PKS yang
saat ini tren-nya meningkat, berhadapan dengan PDIP yang basisnya telah lama
kuat di Jateng,” ujar Rico Marbun .
Jelang Pilkada Jawa Tengah, Median telah mengadakan
survei terkait popularitas para kandidat calon Gubernur dan partai-partai
pendukungnya.
Dari sisi partai politik, survei menemukan PKS berada
di urutan tiga besar. Adapun urutan partai politik yang akan dipilih oleh
masyarakat Jateng jika pemilu diadakan saat ini, yakni PDIP 15,1 persen, Golkar
11,2 persen, PKS 10,4 persen, Gerindra 8,2 persen, PKB 8,1 persen, PPP 7,7
persen.
Menurut Rico Marbun, partai-partai pendukung Hadi Prabowo
seperti PKS, Gerindra, PKB, PPP, dan Hanura mengalami kenaikan elektabilitas
dibanding hasil perolehan suara di pemilu 2009 lalu. Sedangkan partai-partai
pendukung Bibiet yaitu Partai Demokrat melorot dari 15,5 persen menjadi 5
persen, dan Golkar turun dari 12,8 persen menjadi 11,2 persen.
Selain itu, survei juga coba merekam faktor Jokowi
effect berpengaruh terhadap pilihan publik. Ternyata dukungan Jokowi hanya 1,1
persen, sedangkan dukungan Megawati 0,4 persen.
Survei yang melibatkan 1200 responden dengan tingkat
kepercayaan 95 persen itu menyimpulkan hasil penelitiannya terkait tingkat
popularitas para kandidat. Hasilnya, Incumbent Bibit Waluyo sebesar 80,8
persen, Hadi Prabowo sebesar 65 persen, dan Ganjar Pranowo sebesar 63 persen.
Namun menurut Rico, tingginya popularitas Bibit itu
tidak berbanding lurus dengan hasil evaluasi terhadap incumbent. “Dari evaluasi
terhadap kinerja incumbent, ditemukan bahwa hanya 40 persen saja publik Jateng
yang puas, sedangkan 37 persen tidak puas, dan sisanya tidak tahu. Selain itu,
survei juga menukan bahwa 51,35 persen publik menginginkan Bibit diganti, hanya
37 persen menginginkan Bibit tetap memimpin, sedangkan sisanya tidak tahu,”
katanya. (sb/dtc)
*dakwatuna.com
Post a Comment