Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
December 02, 2014
Fraksi PKS mendorong Pembangunan Kota Padang secara Maksimal dalam realisasi APBD 2015
Written By Sjam Deddy on 02 December, 2014 | December 02, 2014
pkspadang.com : Berdasarkan sidang paripurna
DPRD Kota Padang yang dilaksanakan pada hari ahad 30 Nopember 2014, berkenaan dengan pengesahan APBD kota Padang, maka disepakati
poin poin penting yang disepakati seluruh wakil rakyat Kota Padang itu. Salahsatu
maslah yang berkepanjangan adalah permasalahan pasar inpres. Permasalahan pasar
yang memang sudah rumit dan terkatung katung sebelumnya disepakati dikucurkan
dana sebesar 27 Milyar. Fraksi PKS mendorong pemerintahan Kota Padang untuk
segera merealisasikan pembangunan pasar inpres kota padang, karena menyangkut
nasib 1008 pedagang yang selama pasca gempa 2009 menempati kios kios darurat
yang ada.
Fraksi PKS juga mendorong
pemerintahan kota Padang, meningkatkan sarana dan prasarana infrastruktur Kota
Padang, seperti betonisasi jalan lingkungan, pengasapalan jalan jalan, yang
semuanya menyangkut dengan aktifitas sosial masyarakat Kota Padang.
Disektor pendidikan, fraksi PKS
juga mendorong pemerintakan Kota Padang untuk merealisasikan pendidikan gratis yang
berkualitas bagi warga Kota Padang khususnya SD, SMP , SMA/SMK yang direalisasikan dalam
bentuk perwako, sehingga bisa memberikan kenyamanan warga Kota Padang.
Secara
umum fraksi PKS mengingatkan pemerintahan Kota Padang untuk segera
merealisasikan program programpembangunan Kota Padang, yang mana APBD tahun 2015
ini meningkat yang mulanya 307 milyar menjadi 450 milyar, bisa terserap dan
terimplementasikan secara maksimal sehingga wajah dan kondisi Kota Padang secara
umum menjadi lebih baik.
posted by @Adimin
Label:
Berita Fraksi,
TOPIK PILIHAN
December 02, 2014
Kebijakan Jokowi, adalah refleksi Cara Pandangnya Tentang Indonesia
Teringat
akan wawancara Jokowi dalam acara Mata Najwa, tak lama berselang
setelah beliau dinyatakan menang sebagai Presiden ke-7 RI oleh Mahkamah
Konstitusi ( MK). Ketika ditanya oleh Najwa Shihab,"Sebagai seorang
Presiden, apa pandangan Bapak tentang Indonesia?"
Mau tahu apa jawaban Jokowi pada saat itu? Setelah lama berpikir lantaran tak siap dengan pertanyaan tersebut, lantas seperti biasa dengan gaya khasnya tersenyum-senyum, Jokowi pun menjawab,"Indonesia itu sangat lekat dengan kemiskinan!"
Mendengar jawaban sang Presiden, Najwa Shihab pun sempat terdiam beberapa saat dengan kening berkerut serta pandangan terpana (tak percaya). Mungkin Najwa Shihab bingung dan tak menyangka sama sekali, bila cuma beginilah jawaban seorang Presiden yang notabene selalu diklaim oleh para pecintanya sebagai negarawan sejati saat ditanya tentang konsep negara Indonesia. Sebuah jawaban yang sangat dangkal dan terlalu naif kedengarannya, sekaligus juga merendahkan Indonesia sebagai sebuah negara yang kaya dan berdaulat.
Bertolak dari "konsep" Jokowi tentang Indonesia ini, saya pun akhirnya tersadar dan selanjutnya sangat memahami bahwa apa-apa yang dikerjakan Jokowi dalam bentuk kebijakannya sekarang ini, memang seiring-sejalan dengan pola pikir atau cara pandangnya selama ini tentang negara kita tercinta. Bahwa Indonesia itu memang identik dengan kemiskinan dan selamanya akan menjadi (dibuat) miskin.
Konsep atau cara pandang tentang kemiskinan ini pun kemudian direalisasikan lewat kebijakan-kebijakan Jokowi yang selalu berkoar dengan slogan "pro rakyat"nya. Menaikkan harga BBM yang jelas-jelas mencekik leher rakyat, sehingga menyebabkan angka kemiskinan kian meningkat. Selanjutnya mengeluarkan kartu-kartu sakti seperti KIS, KIP dan termasuk pula PSKS (Program Simpanan Keluarga Sejahtera), semua ini tak lain merupakan penterjemahan dari konsep atau cara pandang Jokowi sebagaimana yang beliau paparkan dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab malam itu. Amboi, tidak meleset sama sekali!
Dengan kebijakan-kebijakannya ini, Jokowi seolah-olah ingin mengatakan serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memang merupakan sebuah negara miskin dan terbelakang. Lihatlah rakyat Indonesia yang kerab berteriak-teriak (demo) menolak kenaikkan harga BBM karena mereka merasa tak mampu membeli BBM dengan harga tinggi tersebut. Juga karena tak kuat menahan himpitan beban ekonomi yang semakin berat.
Namun di sisi yang lain banyak rakyat Indonesia yang berharap mendapatkan dana kompensasi dari dicabutnya subsidi BBM tersebut. Bahkan mereka rela antri berjam-jam lamanya di kantor pos hanya untuk mendapatkan uang yang cuma sebesar 400 ribu saja, yang mana tidak diketahui akan berapa lama program bagi-bagi uang ini akan diberlakukan. Tragisnya lagi "kartu sakti" ala Jokowi ini telah memakan korban jiwa seorang nenek di kota Solo belum lama ini. Bukankah semua ini mencerminkan bagaimana buruk dan kusamnya wajah Indonesia di mata dunia? Sama persis dengan apa yang ada di kepalanya Jokowi. Ironis bukan?
Kembali kepada jawaban Jokowi tadi, barangkali bukan hanya Najwa Shihab saja yang pada saat itu mendengar secara langsung, saya dan mungkin juga para penonton lainnya yang kebetulan menyaksikan acara tersebut melalui televisi, saya jamin pasti akan melongo, terkejut sekaligus geleng-geleng kepala. Tak mampu berkata-kata lagi (speechlees).
Namun apapun itu adanya, ternyata memang cuma sebatas itulah kualitas serta kapasitas seorang Jokowi sebagai Presiden dari sebuah negara besar bernama Indonesia. Mau tidak mau, suka tidak suka meskipun terdengar "lucu" dan miris tentu saja, sebagian dari rakyat Indonesia telah memilihnya. Jadi apapun yang dilakukannya ataupun kebijakan yang dikeluarkannya sekarang harus diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, sebagai bentuk konsekuensi atau resiko dari pilihan yang sudah diambil dan ditentukan.
Wallahu a'lam...
Oleh: Ria Dahlia
Mau tahu apa jawaban Jokowi pada saat itu? Setelah lama berpikir lantaran tak siap dengan pertanyaan tersebut, lantas seperti biasa dengan gaya khasnya tersenyum-senyum, Jokowi pun menjawab,"Indonesia itu sangat lekat dengan kemiskinan!"
Mendengar jawaban sang Presiden, Najwa Shihab pun sempat terdiam beberapa saat dengan kening berkerut serta pandangan terpana (tak percaya). Mungkin Najwa Shihab bingung dan tak menyangka sama sekali, bila cuma beginilah jawaban seorang Presiden yang notabene selalu diklaim oleh para pecintanya sebagai negarawan sejati saat ditanya tentang konsep negara Indonesia. Sebuah jawaban yang sangat dangkal dan terlalu naif kedengarannya, sekaligus juga merendahkan Indonesia sebagai sebuah negara yang kaya dan berdaulat.
Bertolak dari "konsep" Jokowi tentang Indonesia ini, saya pun akhirnya tersadar dan selanjutnya sangat memahami bahwa apa-apa yang dikerjakan Jokowi dalam bentuk kebijakannya sekarang ini, memang seiring-sejalan dengan pola pikir atau cara pandangnya selama ini tentang negara kita tercinta. Bahwa Indonesia itu memang identik dengan kemiskinan dan selamanya akan menjadi (dibuat) miskin.
Konsep atau cara pandang tentang kemiskinan ini pun kemudian direalisasikan lewat kebijakan-kebijakan Jokowi yang selalu berkoar dengan slogan "pro rakyat"nya. Menaikkan harga BBM yang jelas-jelas mencekik leher rakyat, sehingga menyebabkan angka kemiskinan kian meningkat. Selanjutnya mengeluarkan kartu-kartu sakti seperti KIS, KIP dan termasuk pula PSKS (Program Simpanan Keluarga Sejahtera), semua ini tak lain merupakan penterjemahan dari konsep atau cara pandang Jokowi sebagaimana yang beliau paparkan dalam wawancaranya dengan Najwa Shihab malam itu. Amboi, tidak meleset sama sekali!
Dengan kebijakan-kebijakannya ini, Jokowi seolah-olah ingin mengatakan serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memang merupakan sebuah negara miskin dan terbelakang. Lihatlah rakyat Indonesia yang kerab berteriak-teriak (demo) menolak kenaikkan harga BBM karena mereka merasa tak mampu membeli BBM dengan harga tinggi tersebut. Juga karena tak kuat menahan himpitan beban ekonomi yang semakin berat.
Namun di sisi yang lain banyak rakyat Indonesia yang berharap mendapatkan dana kompensasi dari dicabutnya subsidi BBM tersebut. Bahkan mereka rela antri berjam-jam lamanya di kantor pos hanya untuk mendapatkan uang yang cuma sebesar 400 ribu saja, yang mana tidak diketahui akan berapa lama program bagi-bagi uang ini akan diberlakukan. Tragisnya lagi "kartu sakti" ala Jokowi ini telah memakan korban jiwa seorang nenek di kota Solo belum lama ini. Bukankah semua ini mencerminkan bagaimana buruk dan kusamnya wajah Indonesia di mata dunia? Sama persis dengan apa yang ada di kepalanya Jokowi. Ironis bukan?
Kembali kepada jawaban Jokowi tadi, barangkali bukan hanya Najwa Shihab saja yang pada saat itu mendengar secara langsung, saya dan mungkin juga para penonton lainnya yang kebetulan menyaksikan acara tersebut melalui televisi, saya jamin pasti akan melongo, terkejut sekaligus geleng-geleng kepala. Tak mampu berkata-kata lagi (speechlees).
Namun apapun itu adanya, ternyata memang cuma sebatas itulah kualitas serta kapasitas seorang Jokowi sebagai Presiden dari sebuah negara besar bernama Indonesia. Mau tidak mau, suka tidak suka meskipun terdengar "lucu" dan miris tentu saja, sebagian dari rakyat Indonesia telah memilihnya. Jadi apapun yang dilakukannya ataupun kebijakan yang dikeluarkannya sekarang harus diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, sebagai bentuk konsekuensi atau resiko dari pilihan yang sudah diambil dan ditentukan.
Wallahu a'lam...
Oleh: Ria Dahlia
posted by @Adimin
Label:
Analisis,
REFLEKSI,
TOPIK PILIHAN