Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
January 22, 2014
Seorang agen dakwah harus bisa menunjukkan wajah Allah yang pengasih dan penyayang
hdy
posted by @Adimin
Berdakwah dengan cinta . . . . . .
Written By Sjam Deddy on 22 January, 2014 | January 22, 2014
Seorang agen dakwah harus bisa menunjukkan wajah Allah yang pengasih dan penyayang
“Kamu! Bisa nggak sih dibilangin. Kamu itu
perempuan. Kenapa sih pulangnya malam? Kan sudah Abang bilang, jangan
lewat Maghrib sampai rumah!,” demikian hardik lelaki itu dengan nada
tinggi pada adik bungsunya.
Lelaki berusia awal 20 tahun itu bersiap mendaratkan pukulan.
Tangannya sudah terangkat siap menampar sembari menahan sedu sedan
emosi.
Di hadapannya meringkuk gadis 11 tahun disudut ruangan. Dengan alasan
Kerja Kelompok bersama teman sekelas, sang adik berjanji pulang sebelum
shalat Maghrib. Ternyata, jam sembilan malam, Ia sampai di rumah.
Dengan suara bergetar, gadis remaja itu berkata: “Kenapa, sih Abang
kasar banget sama aku? Kalau sama binaannya, bisa senyum. Kalau sama
adik sendiri, kasar. Aku ini adik Abang,”tutur gadis itu sembari terisak
penuh cemas dan takut.
Pria itu tertegun. Ucapan sang adik sangat menohoknya. Ia baru
menyadari kekasarannya selama ini. Jika salah seorang adiknya terlihat
akrab dengan lawan jenis, maka ultimatum keras disampaikannya.
Jika ada di antara adik lelakinya tidak shalat berjamaah di masjid,
maka rentetan ayat al Qur’an dibacakannya. Jika Sinetron mampu menarik
perhatian ketimbang mengaji, serta merta hadits bertebaran dalam
ucapannya.
Bertahun-tahun bersikap seperti itu, membuat sosoknya ditakuti. Pria
itu menjelma seperti “polisi syariah” di rumah. Ia dipatuhi karena
ditakuti.
Mengingat itu semua, pelan-pelan tangannya diturunkan. Hatinya galau. Kata-katanya tersendat. Tidak tahu lagi mau bicara apa.
Pria itu tergesa masuk kamar kemudian membanting pintu. Protes adik kecilnya seakan membangunkannya dari tidur panjang.
Selama seminggu, Ia tidak bertegur sapa. Pria yang dituakan oleh adik-adiknya itu, lebih banyak mengurung diri di kamar.
“Saya merenung. Iya ya, kenapa kalau sama binaan, saya bisa berwajah
baik walaupun sebenarnya kesal. Seminggu setelah itu saya minta maaf
pada adik saya,”ujarnya.
Inilah sepenggal kisah Bendri Jaisyurrahman, saat menceritakan
pengalaman nya di depan peserta “Silaturahmi Akbar (Silakbar) Kerohanian
Islam (Rohis) se-Jakarta Timur” di AQL Islamic Center, Jakarta, beberapa
waktu lalu.
Sejak SMU, Bendri sudah menjadi Mentor di Rohis berbagai sekolah di
Jakarta. Di mata anak didiknya, Bendri dikenal sebagai Kakak Mentor yang
ramah dan memahami persoalan remaja. Tapi di depan adik-adik
kandungnya, ia yang tak kenal kompromi dalam urusan agama, justru
dirasakan begitu kasar oleh adiknya.
Dengan cinta
Kesadaran itu membuat aktivis Yayasan Sahabat Ayah itu menyesal. Demi
menebus kesalahannya sebelumnya, Bendri berbanting setir dalam
mem- praktikkan dakwah. Pernah ia mengajak adik kecilnya menonton
“Petualangan Sherina”, film yang saat itu sedang ramai diputar di
bioskop. Sejak itu ia juga berusaha lebih dekat dengan adik-adiknya.
“Semua saya lakukan tanpa mengeluarkan ayat-ayat al-Qur’an satu pun,”ujarnya.
Ia ingin agar kedekatan dengan sang adik terbangun. Sampai akhirnya
adiknya merasa nyaman untuk bercerita, barulah Ia giring untuk menaati
Allah dan Rasulnya.
“Bang, besok kan aku ulang tahun. Aku mau deh, kalo Abang beliin
gamis yang dipakai sama teman-teman Abang waktu Abang ceramah,”ucap
Mardiyah Wafa Syahidah, adik bungsu yang kemudian beranjak remaja.
Bendri tidak menyangka di usianya yang masih belia, 14 tahun, adiknya punya keinginan berabaya.
Sejak menerima kado dari sang kakak, dalam setiap kesempatan, gadis manis itu mengenakan abaya atas kesadaran sendiri.
Berdakwah dengan cinta menjadi prinsip Bendri sejak itu. Ia menyadari
akan lebih mudah menggiring seseorang menuju cahaya Islam ketika
pikirannya sudah terikat.
Selulus SMU, Mardhiyah mengaku siap menikah. Pada Bendri, Ia mempercayakan proses ta’arufnya.
“Semua pernikahan adik-adik saya, saya yang mencarikan calonnya. Mereka percaya pada saya,”ucapnya.
Mardhiyah menjadi satu-satunya mahasiswa Sastra Arab UI yang telah menikah dan memiliki anak ketika awal perkuliahan.
Mahasiswa lulusan terbaik Sastra Arab UI, 2011, itu menyebut nama Bendri pada kata sambutan dalam wisudanya.
“Abang adalah orang yang pertama kali mengenalkan Islam dengan penuh cinta,”ungkapnya penuh haru di depan ratusan mahasiswa.
Bendri menjelaskan, seorang agen dakwah harus bisa menunjukkan wajah Allah yang pengasih dan penyayang.
“Jika hanya kekerasan yang ditampilkan, maka objek dakwah kita
menafsirkan Islam sebagai agama yang galak,”tutur alumni STID DI Al
Hikmah dan Ma’had Utsman Bin Affan, Jakarta itu.
Pria yang banyak mengisi kajian keislaman remaja tersebut
mengungkapkan ada dua kemungkinan respon yang ditunjukkan objek dakwah
jika cara penyampaian nasihat tidak memperhatikan unsur fight or flight (melawan atau kabur).
Contohnya ketika anak-anak bercengkrama di masjid. Mereka seringkali
ditolak, diusir dari Masjid karena dianggap bikin berisik, tidak nyaman,
merasa dianggap ‘warga kelas dua’.
“Berbeda dengan penjaga Warnet, PS, atau Game Online yang selalu
ramah dengan anak-anak. Anak-anak ditanya kabar hari itu dan
dipersilahkan main dengan senang hati,”ungkapnya.
Hasilnya, masjid dipandang sebagai lokasi angker sedangkan lokasi PS dan game online sebagai rumah kedua mereka
hdy
posted by @Adimin
Label:
HIKMAH,
TOPIK PILIHAN