Di hari-hari yang penuh fitnah masih ada orang-orang yang tetap teguh memegang keimanannya dengan kebenaran dan kesabaran
Dari Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam:
يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يُخَيَّرُ فِيهِ الرَّجُلُ بَيْنَ الْعَجْزِ
وَالْفُجُورِ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ الزَّمَانَ فَلْيَخْتَرْ الْعَجْزَ
عَلَى الْفُجُورِ
“Akan datang pada kalian semua suatu zaman di mana seorang
laki-laki akan dihadapkan pada pilihan antara kondisi ketidakmampuan dan
kemaksiatan di mana-mana. Barangsiapa yang mendapatkan zaman tersebut
maka hendaknya dia memilih sebagai pihak yang tertekan daripada harus
melakukan tindakan kemaksiatan. [HR. Ahmad, hadits no. 7686.
Al-Haitsami menyatakan hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya‘la dari
seorang syaikh yang sanadnya berakhir pada Abu Hurairah ra. Sedangkan
para perawinya adalah orang-orang yang terkenal tsiqah. [Majma‘ Az-Zawâ’id (7/287)].
Merujuk kembali pada apa yang pernah dikatakan oleh Ahmad Thomson
tentang jenis masyarakat ketiga, yakni masyarakat jahiliyah yang jauh
dari syari’at dan jauh dari keselerasan alam semesta. Hidup dalam
atmosfir peradaban Dajjal yang sistemik telah membuat banyak orang
berada pada posisi yang dilematis. Larut dalam arus global kadangkala
memang menjanjikan keuntungan duniawi yang besar, namun bersamaan dengan
itu larut pula identitas keimanan kita karena telah melebur dalam
kekufuran.
Ada seorang kawan yang curhat paska PHK yang menimpa dirinya. Demi
menyambung hidupnya, ia memutuskan untuk menjual susu segar dengan
membuka lapak / warung tenda di pinggir jalan. Malam itu pembelinya
adalah dua orang pemuda dan pemudi yang hanya memesan segelas susu.
Butuh satu jam lebih bagi keduanya untuk menghabiskan susu itu, lantaran
di sela-sela menikmati susu itu keduanya juga sedang ‘menikmati’ dunia
cinta mereka yang sedang merah jambu. Kawan penjual susu ini tentu saja
merasa resah, satu jam lebih ia dipaksa menonton adegan pacaran
konsumennya. Menjual susu segar tentu halal dan legal, namun bila
setiap hari harus dipaksa menikmati ‘tayangan life’ pasangan muda-mudi
semacam itu, tentu saja bisa mengancam keselamatan imannya.
Di luar sana, masih ribuan contoh lain yang menggambarkan kondisi
dilematis seorang muslim saat harus berhadapan dengan system jahiliyah;
suap, bohong, manipulasi, riba, maksiat dan kejahatan lainnya, terutama
yang berkaitan erat dengan transaksi bisnis dan muamalah.
Hadits di atas memberikan isyarat terkait merajalelanya kezhaliman
dan kemaksiatan di muka bumi dalam seluruh sendi kehidupan. Kondisi yang
demikian itu mengakibatkan seorang muslim dihadapkan pada pilihan
sulit.
Namun demikian, Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassallam
mengingatkan agar seorang mukmin memilih yang lebih rendah, yaitu
kondisi tertekan. Mungkin ia dianggap kalah secara dunia, namun
sejatinya ia telah memenangkan akhiratnya.
Nubuwat di atas juga dikuatkan dengan hadits lain yang menggambarkan
bukan hanya ujian eksternal saja yang akan dihadapi oleh seorang mukmin.
Namun ada juga ujian internal dari dalam dirinya berupa sifat kikir dan
mengikuti hawa nafsu. Inilah kombinasi ujian yang membuat seorang
mukmin yang tetap sabar berpegang pada syariat seperti mereka yang
menggenggam bara.
Dari Abu Umaiyyah Asy-Sya‘bani ra, dia berkata: Aku pernah mendatangi Abu Sya‘labah Al-Khusyani dan bertanya kepadanya, “Bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini?” Dia bertanya, “Ayat yang mana?” Maka aku pun membaca ayat:
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian, tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi madharat kepada kalian apabila kalian telah
mendapat petunjuk. (Al-Mâ’idah [5]:105).” Maka dia pun menjawab,
“Demi Allah, engkau telah menanyakannya kepada orang yang ahli
tentangnya. Aku pernah menanyakan makna ayat ini kepada Rasulullah saw.
Maka, beliau bersabda,
بَلْ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى
إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً
وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ
وَدَعْ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ
مِثْلُ الْقَبْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ
خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ
‘Teruskanlah olehmu untuk selalu melakukan amar makruf nahi
munkar hingga engkau akan menyaksikan kekikiran yang ditaati, hawa nafsu
yang diperturutkan, kehidupan dunia yang diutamakan, serta orang-orang
yang terpesona terhadap berbagai pendapat yang dikeluarkannya. Hendaknya
kamu hanya bergaul dengan orang-orang yang searah denganmu dan jauhilah
orang-orang yang awam. Sebab setelah zamanmu itu akan datang suatu
zaman penuh cobaan di mana orang yang memegang teguh agamanya ibarat
menggenggam bara api. Ketahuilah, saat itu orang yang terus berusaha
untuk memegangi agamanya maka pahalanya sama dengan 50 orang yang juga
melakukan hal yang sama dari kalian’. [ HR. Abu Dawud, Al-Malâhim, hadits no. 4319]
Hadits di atas menjelaskan bahwa di hari-hari yang penuh ekstra kesabaran (ayyamush shabr)
tersebut masih ada orang-orang yang tetap teguh memegang keimanannya
dengan kebenaran dan kesabaran. Mereka inilah yang hidup dalam
keterasingan yang yang dijanjikan keselamatan dan kemenangan. Mereka itu
orang-orang yang akan mendapatkan pahala yang amat besar dari Allah Subhanahu Wata’ala sebagai balasan atas keteguhan mereka dalam memegang agamanya.
Nubuwat di atas memang bernada ancaman, namun di dalamnya juga
mengandung bisyarah / kabar gembira yang menakjubkan. Jika di masa itu
Allah mengkaruniakan kita kesabaran, maka itulah zaman dimana kita akan
menuai kebajikan 50 kali lipat generasi para sahabat. Semoga Allah
menyelamatkan kita dari beratnya ujian di akhir zaman.*
Penulis buku-buku Akhir Zaman
posted by @Adimin