Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
May 26, 2015
posted by @Adimin
Walikota Bersama Isteri Hibur Rakyat Kota Padang di Lomba Selaju Sampan
Written By mediapkspadang on 26 May, 2015 | May 26, 2015
Padang, - Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, SP bersama Isteri hibur rakyat Kota Padang dengan cara mendayung sampan di dayung, di saksikan ribuan penonton memadati bantaran di tepi sungai Batang Araw, di iringan tebukan tangan yang tak henti-hentinya, ini sebagai bukti sebuah kerinduan rakyat Kota Padang, tentang lomba Salaju Sampan Rang Palinggam yang fakum 12 tahun lamanya.
Kini lomba di gelar kembali atas keperkasaan para tua-tua salaju sampan Kota padang, di sambut baik Walikota Padang untuk dilaksanakan kembali acara tradisional Salaju Sampan tersebut karena lomba ini sudah di kenal di manca negara, akan di jadikan kalender tahunan.
Hal ini di sampaikan Walikota, usai menaiki Sampan bersama Isteri di anjungan garis finish, Kamis (23/5).
Walikota katakan kita harus melestarikan adat dan budaya serta tradisional rakyat kota padang yang hampir hilang seperti lomba salaju sampan rang palinggam, giling lado, pakaian kerudung dsb.
Di samping itu, daerah kita sangat indah dan cantik tentu sangat menarik di kunjungi para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, tentu semua tak terlepas dari promosi yang kita lancarkan nantinya, seperti elat lomba salaju sampan, tradisi Sebar Gula, Penca Silat akan kita bikin kalendernya.
Begitu juga dengan kesenian dan tradisi lainnya. sehingga orang yang datang kekota padang memiliki tujuan untuk cari hiburan dan menyenangkan, ujar Walikota. [tf/humas pemko]
Label:
TOKOH,
TOPIK PILIHAN
May 26, 2015
posted by @Adimin
PKS: RAPBN 2016 Tidak Sensitif Kebutuhan Masyarakat
Jakarta (26/5) - Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) meminta Pemerintah melakukan peningkatan kebijakan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, meningkatkan lapangan kerja, mendorong pemerataan ekonomi nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 23 Ayat 1.
"Kondisi perekonomian nasional saat ini cukup mengkhawatirkan, akibat lambatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya angka pengangguran dan tergerusnya daya beli rakyat akibat kenaikan harga-harga," kata Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin, saat menyampaikan pandangan Fraksi PKS terhadap materi yang disampaikan Pemerintah pada Rabu (20/5) lalu, tentang Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) Tahun 2016, di Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (26/5).
Fraksi PKS, lanjut Politisi PKS asal Sulawesi Selatan ini, menyayangkan perencanaan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidak komprehensif dan kurang tajam membaca realitas lapangan. Kegagalan tersebut, ungkapnya, tercermin dari kebijakan pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan melepasnya ke kisaran harga pasar.
"Kebijakan ini telah memperlemah daya beli masyarakat karena dampak inflasi yang ditimbulkan, akibatnya konsumsi dalam negeri menurun. Titik krusialnya adalah pemerintah gagal memitigasi secara struktural dampak kenaikan tersebut terhadap fluktuasi harga-harga. Sehingga kebijakan BBM ini melemahkan aggregate demandcukup serius," ungkapnya.
Sementara itu, lanjut Andi Akmal, penetapan target pertumbuhan ekonomi 2016 yang diasumsikan sekitar 5,8-6,2 persen tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang menargetkan sebesar 6,0-6,6 persen.
"Fraksi PKS memandang bahwa potensi ekonomi nasional sesungguhnya memungkinkan untuk tumbuh lebih tinggi dan lebih berkualitas untuk menjawab kebutuhan lapangan kerja baru, pengurangan kemiskinan, serta peningkatan pemerataan dan kesejahteraan rakyat," paparnya.
Terkait target angka kemiskinan 2016 sebesar 9-10 persen, lanjut Anggota Komisi IV DPR ini, Fraksi PKS memandang perlu dibuat lebih progresif. Hal ini sangat penting mengingat angka kemiskinan dan mendekati miskin (near poor) yang tinggi, dan ini dinilai mencederai amanat konstitusi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, dalam APBNP 2015 telah disepakati target penurunan kemiskinan untuk tahun 2015 adalah 10,3 persen.
"Fraksi PKS memandang diperlukan peningkatan kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan terutama untuk menyelesaikan masalah di hulu, yang menjadi penyebab kemiskinan. Hal ini sangat penting, mengingat kemiskinan di Indonesia berakar dari kemiskinan pedesaan dan pertanian. Basis data kemiskinan yang masih kurang memadai, harus benar-benar dibenahi agar lebih valid dan mampu menjamin ketepatan program-program pengentasan kemiskinan. Selain itu, implementasi kebijakan reformasi agraria untuk meningkatkan penguasaan tanah bagi petani dan kelompok tani juga sangat mendesak," pungkasnya.
Keterangan Foto: Anggota Komisi IV, Andi Akmal Pasluddin usai menyampaikan pandangan Fraksi PKS dalam Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (26/5).
[Humas Fraksi PKS DPR RI]posted by @Adimin
Label:
SEPUTAR PKS,
TOKOH,
TOPIK PILIHAN
May 26, 2015
Oleh A.Kholili Hasib
“Islam Nusantara”: Islamisasi Nusantara atau Menusantarakan Islam? [1]
Islam tidak memerlukan predikat atau sifat lain. Jika Islam diberi sifat yang lain, justru akan mempersempit Islam itu sendiri
BELAKANGAN ini makin
ramai diskusi di media sosial dan forum-forum tentang term “Islam
Nusantara”. Agus Sunyoto, Wakil Ketua PP Lesbumi NU, menjelaskan istilah
ini.
“Definisi Islam Nusantara, menurut saya,
adalah Islam yang berkembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia atau
Nusantara yang memiliki ciri khas tersendiri, yang kelihatan berbeda
sama sekali dengan Islam yang mainstream dilakukan di Timur Tengah.
Tetapi ada juga sambungan-sambungan dan kaitan-kaitan dari pengaruh
Timur-Tengah”, kata Agus Sunyoto dalam wawancara di Majalah AULA Mei 2015.
Dari segi terminologi, istilah “Islam
Nusantara” kurang tepat. Karena bisa membawa pada pengertian bahwa
Islam Nusantara merupakan bagian dari jenis-jenis Islam yang banyak.
Kita harus menyatakan bahwa Islam itu satu dan tidak plural (banyak).
Adapun yang nampak banyak, sebenarnya adalah ‘madzhab’, aliran
pemikiran, pemeluk dan lain-lain.
Menyematkan sifat pada kata Islam perlu hati-hati.
Pengggunaan kata sifat yang ditempelkan
kepada Islam, misalnya “Islam Jawa”, Islam Bali”, “Islam Arab”, “Islam
China”, “Islam Pluralis” “Islam Sekular” dan lain-lain akan membuat
kesan bahwa Islam itu plural.
Prof. Syed M. Naquib al-Attas, pakar
sejarah Islam Melayu, menekankan pemakaian bahasa secara benar sehingga
makna yang benar mengenai istilah dan konsep kunci yang termuat
didalamnya tifak berubah atau dikacaukan. Setiap terminologi kunci
mengandungkan sebuah paradigma (Syed M Naquib al-Attas,Islam dan Sekularisme, hal. 198).
Karena itu, term ‘Islam’ tidak memerlukan
predikat atau sifat lain. Jika Islam diberi sifat yang lain, justru akan
mempersempit Islam itu sendiri. Maka, seharusnya yang tepat adalah
istilah “Muslim Nusantara” karena hakikatnya pemeluk Islam itu terdiri
dari banyak bangsa dan suku, termasuk didalamnya Muslim yang ada di
Nusantara ini. Atau lebih tepat menggunakan istilah “Islam di
Nusantara”. Karena agama Islam telah menyebar luas ke seluruh dunia,
termasuk di Nusantara.
Kesan Islam itu plural dalam term “Islam Nusantara” merupakan bagian dari misi liberalisasi agama Islam. [Baca juga: “Islam Nusantara”, Makhluk Apakah Gerangan?]
Pemahaman bahwa Islam itu tidak satu tapi
banyak merupakan proyek liberalisasi dengan mengusung ideologi
relativisme dan pluralisme. Menggiring kepada sikap pembiaran terhadap
model-model Islam yang lain yang belum tentu sesuai dengan ajaran Islam.
Aroma relativisme dan permisivisme mendompleng dalam terminologi “Islam
Nusantara” bisa disimak dalam pendapat Agus Sunyoto. Dia mengatakan:
“Kalau dikumpulkan ya kelompok-kelompok dari aliran kepercayaan
macam-macam itu sebetulnya yang mewarisi Islam Nusantara. Saya lama
meneliti golongan kebatinan yang beraneka ragam. Karena mereka memiliki
traidisi yang sama, tradisi kebudayaan dan keyakinan yang sama pula”
(majalah AULA, Mei 2015 hal. 17).
Menurut pendapat tersebut, aliran
kebatinan dan aliran-aliran kepercayaan — yang dipengaruhi animisme dan
dinamisme — dimasukkan dalam rumpun model “Islam Nusantara” yang harus
dirawat tidak boleh disalahkan.* (bersambung)
Oleh A.Kholili Hasib
hidayatullah
posted by @Adimin
Label:
FAKTA,
REFLEKSI,
TOPIK PILIHAN