Alkisah, akhirnya Hurmuzan menghadap amirul mukminin, Umar Bin Khattab.
‘Umar memerhatikan
Hurmuzan dan pakaian yang dikenakannya lalu berkata, “Aku berlindung kepada
Allah subhanahu wa ta’ala dari api neraka dan aku memohon pertolongan-Nya.”
“Segala puji hanya
milik Allah subhanahu wa ta’ala yang telah menghinakan orang-orang
seperti ini dan para pengikutnya dengan Islam. Wahai kaum muslimin,
berpegangteguhlah kamu dengan agama ini, ikutilah petunjuk Nabi kalian dan
janganlah dunia ini membuat kalian jadi sombong dan congkak, karena
sesungguhnya dunia ini pasti lenyap,” lanjut Khalifah Umar.
Salah satu utusan
berkata, “Ini adalah Raja Ahwaz, berbicaralah dengannya!”
“Tidak, sampai
semua perhiasan yang dipakainya itu disingkirkan darinya,” kata ‘Umar.
Setelah
Hurmuzan berganti dengan pakaian biasa, ‘Umar kemudian berkata,
“Hai Hurmuzan, kamu lihat bagaimana hasil pengkhianatanmu dan ketetapan Allah?”
“Hai ‘Umar, kami
dan kamu sebelum ini hidup dalam kejahiliahan. Waktu itu, Allah membiarkan
antara kami dan kamu lalu kami mengalahkan kamu, karena ketika itu Dia tidak
bersama kami dan tidak pula bersama kamu. Namun, ketika Allah bersama kamu,
kamu pun berhasil mengalahkan kami,” ujar Hurmuzan.
“Kamu dapat
mengalahkan kami di masa jahiliah, tidak lain adalah karena kalian bersatu,
sementara kami berpecah belah.”
Beliau
melanjutkan, “Apa alasanmu melanggar perjanjian berkali-kali?”
Kata Hurmuzan,
“Aku takut kau membunuhku sebelum aku menerangkan nya.”
“Tidak usah
takut.”
Hurmuzan meminta
air, lalu segera diberikan padanya dengan sebuah cangkir yang buruk, tetapi dia
berkata, “Andaikata aku mati kehausan pasti aku tidak akan mungkin dapat minum
dengan cangkir seperti ini.”
Kemudian,
dibawakan kepadanya air dalam cangkir lain yang disukainya. Ketika dia
memegangnya, tangannya bergetar hebat dan dia berkata, “Aku takut dibunuh
ketika sedang minum.”
“Tidak apa-apa,
minumlah.”
Hurmuzan mulai
minum.
‘Umar berkata,
“Berikan lagi, dan janganlah kamu jatuhkan hukuman mati padanya, padahal dia
masih haus.”
Tiba-tiba Hurmuzan
membuang air tersebut. Melihat hal itu Umar menyuruh seseorang agar
mengambilkan air dan memberikannya kepada Hurmuzan. “Jangan sampai kalian
membunuhnya dalam keadaan haus,” kata Umar.
Tapi ternyata
Hurmuzan menolak pemberian ‘Umar.
“Aku tidak butuh
air,” jawabnya. “Aku sengaja melakukan hal itu untuk mendapatkan jaminan
keselamatan darimu,” tandasnya dengan tenang.
“Kalau begitu, aku
akan membunuhmu sekarang juga,” kata ‘Umar.
“Tapi engkau telah
memberikan jaminan keselamatan padaku.”
“Engkau bohong,”
sahut ‘Umar.
Tiba-tiba Anas bin
Malik yang berada di tempat itu berkata, “Dia benar wahai Amirul Mukminin,”
Anas membenarkan ucapan Hurmuzan. “Engkau telah memberinya jaminan
keselamatan,” lanjutnya.
“Celaka engkau
wahai Anas,” kata ‘Umar kepada Anas. “Mungkinkah aku memberikan jaminan
keselamatan kepada orang yang telah membunuh al-Barra’ bin Malik?, (yang tak
lain saudara kandung Anas bin Malik sendiri, red). Sebaiknya engkau
menjelaskannya. Kalau tidak, aku akan menghukummu,” tegas Umar kepada Anas bin
Malik.
“Pertama engkau
mengatakan, “tidak ada yang akan menyentuhmu hingga engkau meminumnya” kepada
Hurmuzan,” kata Anas menjelaskan. Engkau juga mengatakan, “tidak ada yang akan
menyentuhmu hingga engkau menceritakannya kepadaku.” Lanjut Anas mengingatkan
Umar.
Bahkan orang-orang
yang berada di situ juga membenarkan perkatan Anas.
Umar lalu
menghadap kepada Hurmuzan dan mengatakan, “Engkau telah menipuku,” katanya.
“Demi Allah aku tidak akan tertipu kecuali engkau masuk agama Islam,” tambah
‘Umar.
Ternyata setelah
itu Hurmuzan menyatakan diri masuk Islam. Maka Umar pun memperlakukan Hurmuzan
dengan baik dan menyuruhnya menetap di Kota Madinah.
Sebagai penutup,
kata-kata bersejarah Umar yang dicatat oleh Sayyid bin Husain Al-‘Affani ini
patut untuk dijadikan renungan terkait betapa pentingnya nilai Izzah
bagi umat Islam:
“Kami adalah suatu
kaum yang telah dimuliakan (diberikan Izzah) oleh Allah dengan Islam.
Jika kita mencari Izzah pada selainnya, maka Allah akan menjadikan kita
hina.” (dalam buku Anwâr al-Fajr fî Fadhâ`ili Ahli Badr”,
2006:504)
posted by @Adimin
Post a Comment