pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

HNW: Pilih Pemimpin yang Peduli Pendidikan Rakyat

Written By mediapkspadang on 03 December, 2015 | December 03, 2015

SRAGEN (03/12) – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid berharap pemilihan kepala daerah seperti di Sragen, menjadi momen untuk memilih pemimpin-pemimpin yang peduli dengan pendidikan rakyatnya.

“Semoga hadirnya pemimpin yang peduli dengan pendidikan rakyatnya, mampu menjadikan daerah itu menjadi maju dan unggul,” kata Hidayat dalam silaturahim bersama tokoh dan aktivis pendidikan se-Kabupaten Sragen di RM Dou Dugi, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/12/2015).

Hidayat mengatakan tujuan pendidikan nasional jika dapat diimplementasikan dengan baik akan mampu mengatasi berbagai macam situasi darurat di Indonesia. Seperti darurat narkoba, korupsi, kejahatan pada anak-anak dan perempuan, akhlaq mulia, serta darurat AIDS.

“Tujuan pendidikan nasional yang jelas tertuang dalam UUD Pasal 31 ayat 3, 4, dan 5, jika dilaksanakan akan menghadirkan anak-anak bangsa yang luar biasa bagus, hebat, dan berkualitas. Bukan generasi yang makin jauh dari jati diri bangsa, menjauhkan generasi bangsa dari bangsa-bangsa yang abmoral dan kriminal,” ujarnya.

Hidayat menegaskan komitmen kuat pemerintah, guru-guru, dan aktivis dalam menghadirkan pendidikan yang berkualitas di Indonesia, akan menghadirkan kebangkitan dan kejayaan. Komitmen kuat serta implementasi yang baik dapat mengubah kondisi bangsa yang terjajah dan terkalahkan, menjadi suatu bangsa yang unggul.

“Komitmen kuat ini pernah dicontohkan oleh Negara Jepang. Setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu, saat itu mereka nyaris luluh lantak akibat Perang Dunia II. Namun, Kaisar Jepang saat itu justru bertanya kepada Jenderal Angkatan Perang-nya tentang berapa jumlah guru yang masih tersisa?” ujar Hidayat.

Dengan jumlah guru yang tersisa, lanjut Wakil Ketua Majelis Syuro PKS ini, maka Jepang membuat sistem pendidikan yang mampu mengangkat bangsanya menjadi unggul kembali. Hal ini dibuktikan 20 tahun kemudian, Jepang berhasil menjadi bangsa yang maju, beradab, dan berbudaya.

“Perhatian Kaisar terhadap pendidikan itu pula yang membuat Jepang tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang hasil produksinya mampu membanjiri pasar Amerika, yang justru dahulu mengalahkan Jepang,” tuturnya.

9 Desember 2015 Kabupaten Sragen akan menggelar Pilkada yang diikuti empat pasangan. PKS bersama Gerindra mendukung pasangan nomor 3, Yuni-Dedy. Tiga pasangan lainnya adalah Sugiyamto dan Joko Saptono (PDIP dan Partai Demokrat), Jaka Sumanta dan Surojogo (PKB dan PAN), serta Agus Fatchur Rahman dan Djoko Suprapto (Partai Golkar dan PPP). [pks.id]

Keterangan Foto: Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid dalam silaturahim bersama tokoh dan aktivis pendidikan se-Kabupaten Sragen di RM Dou Dugi, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/12/2015).

posted by @Adimin

Darurat Kecerdasan Literasi Bagi Kader PKS

Tanggal 10 Agustus lalu M Sohibul Iman resmi dilantik menjadi Presiden PKS. Bila ia mengemban tugas pembenahan secara holistik atas kondisi internal partai, maka salah satu hal yang harus dibenahi itu mirip sekali dengan cuitannya di media sosial twitter, dua hari sebelum ia dilantik.

Pada tanggal 8 Agustus, melalui akun twitternya @msi_sohibuliman ia mengeluhkan ekses melimpahnya informasi yang membuat “kita” (ia gunakan kata kita sebagai ajakan introspeksi) mudah menyebarkan informasi sampah yang disertai cacian.
“Melimpahnya informasi kadang bikin kita menjadi seperti orang bodoh. Dengan mudah kita share info-info sampah, bahkan dengan info-info itu kita tebar caci dan fitnah. Boleh jadi ini paradok paling heboh di era medsos: makin melimpah informasi bukan makin bijak dan penuh hikmah tapi makin ceroboh dan tebar fitnah,” begitu tulisnya.
“Pada kasus ekstrim, ceroboh dan fitnah bisa timbulkan irreversible damage (kerusakan yang tak dapat dipulihkan). Itu kerugian besar. Petaka bagi semua,” imbuhnya lagi.
Mungkin Sohibul Iman mendapati kenyataan ini setelah melihat kondisi sekitarnya di media sosial. Dan sebagai seorang petinggi PKS, bisa ditebak ia dikelilingi oleh kader-kader PKS, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Memang kenyataannya, beberapa kejadian menunjukkan adanya darurat literasi bagi kader PKS. Kasus yang terbaru adalah tersebarnya di kalangan pendukung PKS sebuah tulisan hoax yang menuduh korban penembakan Paris adalah boneka, bukan jasad manusia.
Pabrikasi Isu dan Jebakan
Begitu melimpah bahan untuk dibaca oleh kader partai yang memang terkenal punya hobi membaca. Seorang penulis bernama Erwyn Kurniawan pernah bercerita tentang sosok penjual buku yang selalu mengeluh dagangannya tak begitu laku bila ia jajakan di tengah acara partai. Lantas ada yang menyarankan agar dagangannya itu dijajakan pada acara PKS – sesuatu yang belum pernah dicoba pedagang buku tersebut. Ternyata benar, di acara PKS lah ia bisa mengipas-ngipas lembaran uang dengan penuh senyum.
Itu baru terhadap buku yang untuk memperolehnya harus mengeluarkan uang. Bagaimana lagi bila bahan bacaan itu gratis didapat melalui internet via jejaring sosial, atau aplikasi chatting semisal Whatsapp atau BBM? Kader PKS menikmati benar limpahan informasi ini.
Keluhan Sohibul Iman tadi tentang tabiat manusia di era melimpahnya informasi, berlaku juga buat kader PKS. Puncaknya adalah pada perhelatan pilpres yang lalu. Begitu banyak informasi simpang siur yang sesungguhnya tak layak sebar. Isu Jokowi keturunan Cina, misalnya, sempat dimakan oleh beberapa pendukung PKS di media sosial. Padahal saya dengar langsung dari pengurus PKS di Jawa Tengah bahwa isu itu bohong. Jokowi keturunan Jawa asli.
Sebuah web online punya kontribusi besar dalam penyebaran isu ini. Padahal selama ini web tersebut suka menyudutkan PKS. Terhadap tulisan di web tersebut yang menyudutkan PKS, kader menyangkal. Tetapi terhadap tulisan yang menyudutkan pihak yang berseberangan dengan partainya, kader PKS menelan mentah-mentah tanpa kehati-hatian.
Isu-isu itu seperti dipabrikasi lalu dijadikan “bom” paket yang dikirimkan oleh seorang misterius. Isu Jokowi keturunan Cina memang menjadi “bom” yang sukses meledak di tengah pendukung Prabowo-Hatta. Ada isu lain yang “meledak di tengah jalan”, belum sampai ke tujuan. Misalnya isu “RIP Jokowi” yang belum apa-apa terdeteksi beredar awal dari kalangan pendukung Jokowi-JK. Bisnis.com menulis berita ini dengan judul “WAH...Penyebar 'RIP Jokowi' Diduga Pendukung JKW4P Sendiri”.
Perang rumor pada zaman pilpres lalu memang merupakan yang paling parah. Kedua belah kubu pasangan calon sama-sama mendapat gempuran. Salah satu pihak yang disorot dalam penyebaran isu adalah tabloid Obor Rakyat. Media ini bahkan sempat dipolisikan oleh kubu Jokowi-JK. Lalu berselang setahun kemudian, para pendukung Jokowi semakin geram karena bos pimred Obor Rakyat malah menjabat sebagai Komisaris BUMN. Padahal posisi Komisaris BUMN belakangan banyak ditempati oleh para pendukung Jokowi. Lalu di pihak mana sebenarnya Obor Rakyat ini? Apa tujuan kampanye negatif yang dilakukan Obor Rakyat di pilpres lalu? Victim playing kah?
Di tubuh PKS sejatinya sudah banyak yang curiga adanya pabrikasi isu yang bertujuan menjebak dan meruntuhkan reputasi partai. Si pembuat isu ini tampaknya paham karakter kader PKS yang rakus informasi dan militan membela pihak yang didukungnya.
Sebuah isu bombastis dihembuskan ke tengah media sosial, tak menunggu lama agar isu itu tersebar kemana-mana, lalu disiapkan bantahannya yang kuat. Dan reputasi penyebar pun hancur sudah.
Karena itu lah pentingnya melek literasi.
Kecerdasan Literasi Buat Kader PKS
“Di medsos ada orang/kelompok yg hobi menghasut. Ada juga orang/kelompok yang gampang dihasut. Jadilah sinergi penghasut+terhasut. Semua jadi kusut. Ada orang/kelompok yang hanya bisa eksis dengan menghasut. Hakikatnya mereka itu pengecut. Mereka sorak bila kita layani. Kita biarkan mereka mati sendiri,” begitu tulis Sohibul Iman di twitter, mensinyalir nyata adanya pelaku pabrikasi isu dan hasutan.
Sekedar melek informasi tidak cukup. Dan menjadi melek informasi di zaman sekarang justru sangat mudah. Yang dibutuhkan adalah melek literasi. Lebih tinggi dari sekedar melek informasi.
Wikipedia mendefinisikan literasi media sebagai “kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses.”
Melek literasi berarti mampu melakukan penilaian terhadap sebuah informasi, bahkan mampu melakukan validasi sehingga tidak terjebak kabar bohong. Juga bisa mendeteksi framing atau spinning sebuah berita.
Salah satu cara memvalidasi kabar adalah dengan tabayun. Itu adalah “kata sakti” yang suka disodorkan kader PKS bila diserang rumor. Artinya, kader PKS paham bagaimana menjadi melek literasi. Saat menyuruh orang lain “tabayun dulu”, artinya kader PKS menuntut orang agar melek literasi.
Bagaimana dengan kader PKS sendiri? Sudahkah mengaplikasikan nasihatnya?
Belajar dari asbabun nuzul turunnya perintah tabayun (mendalami masalah) pada Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 6, sikap menelan bulat-bulat informasi tanpa memeriksanya kembali bisa berujung pada permusuhan hingga pertumpahan darah. Atau istilah yang digunakan Sohibul Iman: irreversible damage.
Harusnya kader PKS menjadi yang terdepan dalam menyikapi rumor. Menjadi teladan bagi masyarakat. Dan sebagaidu’at (pendakwah), tradisi tabayun adalah salah satu poin yang harus didakwahkan dan diteladankan. Karena itu merupakan syariat Islam.
Tabayun tak selalu bermakna bertanya langsung kepada yang tertuduh. Justru sebenarnya yang dimintai bukti adalah pihak penuduh, bukan pihak tertuduh. Ulama merumuskan kaidah fiqh yang berbunyi: “Penuduh wajib membawa bukti, sedangkan tertuduh cukup bersumpah”. Jadi yang perlu diperiksa, dianalisa, dan didekontruksi dalam sebuah isu adalah konten tuduhan. Sudahkah ia dilengkapi bukti-bukti yang valid?
Kecerdasan literasi adalah saat berbagai sumber informasi yang dilahap oleh seseorang mampu membuatnya memiliki wawasan yang menopangnya dalam berfikir. Sehingga bila berargumentasi, hujjah yang dibangun punya landasan yang terujuk, bukan sekedar asal membual. Luasnya wawasan seseorang juga melindunginya dari kabar-kabar bohong. Bukan kah salah satu karakter yang ingin dicapai dalam program pembinaan kepribadian Islam di PKS adalah “mutsqofatul fikr”, atau fikiran yang berwawasan?
Materi ghozwul fikri yang diterima oleh kader PKS melalui pembimbing keislamannya harus ditempatkan dalam posisi yang tepat. Mengabaikan ghozwul fikri, bisa membuat seorang muslim hanyut dalam skenario pihak yang terjangkit islamophobia yang menginginkan umat Islam jauh dari aqidahnya. Tetapi menghayati materi ini di luar batas, bisa membuat paranoid. Sikap begini mudah sekali mengafirmasi kabar-kabar bohong seputar teori konspirasi. Makanya, ada yang menelan mentah-mentah tulisan hoax “korban Paris adalah boneka”.
PKS punya perangkat untuk membuat kadernya melek literasi, melalui program pembinaan keislaman tiap pekan. Di tubuh PKS terdapat juga praktisi jurnalistik, blogger/penulis yang melek literasi, atau pakar informasi yang bisa merumuskan sebuah kurikulum dalam membenahi mental kader PKS di dunia maya. Perlu ada pelatihan menginvestigasi isu. Atau paling banter, menggencarkan nasihat agar mengabaikan kabar yang tidak mampu diverifikasi.
Ikhtiar-ikhtiar tersebut perlu diwujudkan bila benar ada keinginan untuk memperbaiki kemampuan kader PKS dalam berliterasi, sehingga tidak lagi menjadi bulan-bulanan pihak yang mempabrikasi isu.
Penulis: Zico Alviandri
Foto: Kembara Pramesywara (RPF)
Tautan:
[sumber: pks.id]

posted by @Adimin

HNW: Pemerintah Harus Maksimal Sukseskan Pilkada Serentak

SRAGEN (02/12) – Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid meminta Pemerintah dan penyelenggara Pemilukada melakukan langkah-langkah maksimal untuk mensukseskan Pilkada serentak 9 Desember 2015 mendatang. Salah satu di antaranya adalah dengan perbaikan data pemilih.

“Kita sudah berkali-kali menyelenggarakan Pemilu maupun Pemilukada, seharusnya data-data pemilih makin baik. Tidak boleh ada lagi pemilih siluman,” tandas Hidayat Nur Wahid dalam kampannye akbar pasangan calon bupati dan wakil bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan Dedy Endriyatno (Yuni-Dedy) di Lapangan Nglorok, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/12) siang.

Pemerintah, terutama aparat keamanan, lanjut Hidayat, juga harus mencegah terjadinya permainan uang dalam Pemilukada serentak. Karena hal itu menciderai proses demokrasi dan melecehkan masyarakat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi.

“Sebagai pemilik kedaulatan tertinggi, rakyat jangan mau dilecehkan dengan dihargai murah suaranya. Rakyat jangan mau dibeli suaranya. Pilih sesuai hati nurani,” tandas Hidayat, yang juga Wakil Ketua MPR RI ini.

Kepada pasangan Yuni-Dedy yang diusung Partai Gerindra dan PKS, Hidayat berpesan agar jika terpilih nanti harus menepati janji-janji yang disampaikan saat kampanye. “Harus meneruskan yang baik dan menjadikan Sragen lebih baik dari sekarang,” katanya.

Pilkada Kabupaten Sragen diikuti empat pasangan. Selain pasangan Yuni-Dedy, tiga pasangan lainnya adalah Sugiyamto dan Joko Saptono yang diusung PDIP dan Partai Demokrat, Jaka Sumanta dan Surojogo diusung PKB dan PAN, serta pasangan Agus Fatchur Rahman dan Djoko Suprapto yang diusung Partai Golkar dan PPP. [pks.id]

Keterangan Foto: Ribuan massa menghadiri kampannye akbar pasangan calon bupati dan wakil bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan Dedy Endriyatno (Yuni-Dedy) di Lapangan Nglorok, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/12) siang.

posted by @Adimin

Kyai NU: PKS Jelas-jelas Ahlus Sunnah Wal Jamaah

LAMPUNG (02/12) - Tuduhan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah jelmaan wahabi bahkan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sangat tidak berdasar bahkan terkategori fitnah. Hal tersebut diungkapkan pimpinan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulama (NU) Darul A'mal Kota Metro KH Samsuddin Thohir.

"PKS jelas-jelas termasuk ahlus sunnah wal jamaah yang selaras dengan apa yang dianut mayoritas Muslim di Indonesia," ujar KH Samsuddin Thohir saat menerima kunjungan Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al-Jufri di Metro, Lampung, Rabu (2/12/2015).

Istilah anti tahlil, anti marhabanan, serta tuduhan sejenis yang dialamatkan ke PKS terutama selama pesta demokrasi pemilihan kepala daerah seperti sekarang amat disesalkan Kyai Samsuddin.

"Ini sudah tidak sehat lagi. Apalagi saya juga dengar ada yang menjelek-jelekkan PKS dengan menyamakan seperti PKI. Ini keterlaluan," ujar mantan Ketua Syuriah PWNU Lampung ini.

Habib Salim Segaf yang berkunjung ditemani calon Wali Kota Metro Abdul Hakim, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Lampung Mufti Salim memperkenalkan struktur PKS pusat maupun wilayah yang baru terbentuk.

Mengamini apa yang disampaikan Kyai Samsuddin, Habib Salim menyatakan bahwa ahlus sunnah wal jamaah(aswaja) adalah bagian dari PKS. "Saya juga santri Krapyak yang notabene ahli sunnah wal jamaah. Jadi kalau ada fitnah wahabi terhadap PKS, itu sangat tidak berdasar," ujar Habib Salim.

Habib Salim Segaf yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi dan Menteri Sosial RI ini juga menyempatkan menjenguk Ketua Syuriah PWNU Lampung KH Ngaliman Marzuki yang sedang sakit di kediamannya di Kota Gajah, Lampung Tengah. [pka.id]

Keterangan Foto: (ki-ka) Pimpinan Ponpes NU Darul A'mal Kota Metro KH Samsuddin Thohir, Calon Wali Kota Metro Abdul Hakim, dan Ketua Majelis Syuro PKS Hb. Salim Segaf Al Jufri bersilaturahim di Metro, Lampung, Rabu (2/12/2015).

posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger