Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
November 26, 2012
Hubungan Kiamat Dengan Ka'bah
Written By @Adimin on 26 November, 2012 | November 26, 2012
Sesungguhnya rumah yang pertama
dibangun untuk manusia beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah)
yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi manusia. (QS. Ali Imran: 96)
Kita mungkin pernah bertanya kenapa
harus solat menghadap Kiblat, juga kenapa harus ada Ibadah Thawaf, Ini
juga sering jadi perenungan manusia, seperti ini :
- Ketika mempelajari Kaidah
Tangan Kanan (Hukum Alam), bahwa putaran energi kalau bergerak
berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah energi akan naik ke atas
akan naik ke atas. Arah ditunjukkan arah 4 jari, dan arah ke atas
ditunjukkan oleh Arah Jempol.
- Dengan pola ibadah thawaf dimana bergerak dengan jalan berputar
harus berlawanan jarum jam, ini menimbulkan pertanyaan, kenapa tidak
boleh terbalik arah, searah jarum jam misalnya.
- Kenapa Solat harus menghadap Kiblat, termasuk dianjurkan berdoa dan pemakaman menghadap Kiblat
- Kenapa Solat Di Masjidil Haram menurut Hadist nilainya 100.000 kali dari di tempat sendiri.
- Singgasana Tuhan ada di Langit Tertinggi
Perenungan Sintesa :
- Energi Solat dan Doa dari individu atau jamaah seluruh dunia terkumpul dan terakumulasi di Kabah setiap saat, karena Bumi berputar sehingga solat dari seluruh Dunia tidak terhenti dalam 24 jam, misal orang Bandung solat Dzuhur, beberapa menit kemudian orang Jakarta Dzuhur, beberapa menit kemudian Serang Dzuhur, Lampung dan seterusnya. Belum selesai Dzuhur di India Pakistan, di Makasar sudah mulai Ashar dan seterusnya. Pada saat Dzuhur di Jakarta di London Sholat Subuh dan seterusnya 24 jam setiap hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya.
- Energi yang terakumulasi, berlapis dan bertumpuk akan diputar dengan generator orang-orang yang bertawaf yang berputar secara berlawanan arah jarum jam yang dilakukan jamaah Makah sekitarnya dan Jamaah Umroh / Haji yang dalam 1 hari tidak ditentukan waktunya.
- Maka menurut implikasi hukum Kaidah Tangan Kanan bahwa Energi yang terkumpul akan diputar dengan Tawaf dan hasilnya kumpulan energi tadi arahnya akan ke atas MENUJU LANGIT. Jadi Sedikit terjawab bahwa energi itu tidak berhenti di Kabah namun semuanya naik ke Langit. Sebagai satu cerobong yang di mulai dari Kabah. Menuju Langit mana atau koordinat mana itu masih belum nyampe pikiran saya. Yang jelas pasti Tuhan telah membuat saluran agar solat dan doa dalam bentuk energi tadi agar sampai Ke Hadirat Nya. Jadi selama 24 Jam sehari terpancar cerobong Energi yang terfokus naik ke atas Langit. Selamanya sampai tidak ada manusia yang solat dan tawaf (kiamat?).
Kesimpulan
- Solat dan Doa, diyakini akan sampai ke langit menuju Singgasana Tuhan selama memenuhi kira-kira persyaratan uraian di atas dengan sintesa (gabungan/Ekstrasi) renungan hukum agama dan hukum alam, karena dua-duanya ciptaan Tuhan juga. Jadi hendaknya ilmuwan dan agamawan bersinergi/ saling mendukung untuk mencapai kemaslahatan yang lebih luas dan pemahaman agama yang dapat diterima lahir batin
- Memantapkan kita dalam beribadah solat khususnya dan menggiatkan diri untuk selalu on-line 24 jam dengan Tuhan, sehingga jiwa akan selalu terjaga dan membuahkan segala jenis kebaikan yang dilakukan dengan senang hati (iklas).
- Terjawablah jika sholat itu tidak menyembah batu (Kabah) seperti yang dituduhkan kaum orientalis, tapi menggunakan perangkat alam untuk menyatukan energi solat dan doa untuk mencapai Tuhan dengan upaya natural manusia.
- Tuhan Maha Pandai, Maha Besar dan Maha Segalanya
Ini sekedar renungan dan analisa ,
semoga saja mampu memotivasi kita dan para Pakar untuk memicu
pemikiran, penelitian lebih dalam untuk lebih mempertebal keimanan dan
menjadi saksi bahwa Tuhan menciptakan semesta dengan penuh kesempurnaan
tidak dengan main-main (asal jadi) sehingga makin yakin dan cinta pada
Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin renungan ini berlebihan dan berfantasi,
tapi sedikitnya ini pendekatan yang mampu menjawab pertanyaan
sebagaimana di atas dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci dan Hadist
bahkan mendukungnya. Semoga bermanfaat…
Ramalan Untuk Memastikan Bahwa Ka’bah Dan Kiamat hanya Allah Yang Tahu :
- Ka’bah Akan Hancur Dengan Sendirinya (Terbukti dengan ditenggelamkan nya satu pasukan yang akan menyerang ka’bah suatu hari nanti)
- Jika Pusat Bumi Bergeser Akan Banyak Kekacauan (seperti Musim Yang tidak Mengenal waktu)
- Kiamat Akan Cepat Terjadi Jika Sholat Sudah Ditinggalkan
- Anda Pasti Juga pernah mendengar jika Siapa Yang Meninggalkan sholat berarti telah merobohkan Agama.
- Untuk selain Islam, kapan kapan akan kita kupas, bagaimana kemampuan Pentium 2 dan pentium 4 sungguh berbeda, bagaimana petunjuk Allah Disempurnakan dari umat Ibrahim, Musa hingga Muhammad saw, Nabi Isa menyempurnakan Taurat dengan Injil, Dan Muhammad menyempurnakan keduanya Dengan Al Qur’an. Hingga Kalian mengerti bahwa kita dulu adalah umat yang satu.
posted by Adimin
Label:
Ilmu dan Islam
November 26, 2012
Buku Harian Sang Pramugrari yang Mengharukan
Seorang ayah tua yang datang dari desa, membopong sekantung ketela merah
kering menempuh jarak jauh pergi menjenguk anaknya yang sedang kuliah
di Beijing, tindak tanduknya selama di pesawat telah membuat seorang
pramugari yang baik hati menjadi terenyuh. Pramugari tersebut menuliskan
rasa harunya itu ke dalam buku harian dan disebar luaskan di internet,
“Buku Harian Sang Pramugari” ini dengan cepat telah membuat puluhan ribu
Netter terharu…
Saya adalah seorang pramugari biasa
dari Eastern Airlines, karena masa kerja saya belum lama, jadi belum
menjumpai masalah besar yang tidak bisa dilupakan, setiap hari terlewati
dengan hal-hal kecil yaitu menuangkan air dan menyuguhkan teh. Tidak
ada kegairahan dalam bekerja, sangatlah hambar. Tapi hari ini, tanggal 7
Juni, saya telah menjumpai suatu kejadian yang merubah pemikiran saya
terhadap pekerjaan dan pandangan hidup.
Hari ini kami melakukan
penerbangan dari Shanghai ke Beijing, penumpang saat itu sangat banyak,
satu unit pesawat terisi penuh. Di antara rombongan orang yang naik
pesawat ada seorang paman tua dari desa yang tidak menarik perhatian,
dia membopong satu karung goni besar di punggungnya, dengan membawa
aroma tanah yang khas dari pedesaan.
Saat itu saya sedang berada di
depan pintu pesawat untuk menyambut para tamu, pikiran pertama yang
menghampiri saya saat itu adalah masyarakat sekarang ini sudah sangat
makmur, bahkan seorang paman tua dari desa pun memiliki uang untuk naik
pesawat, sungguh royal.
Ketika pesawat sudah mulai
terbang datar, kami mulai menuangkan air, hingga tiba di baris kursi ke
20-an, terlihat paman tua tersebut, dia duduk dengan sangat hati-hati,
tegak tidak bergerak sama sekali, karung goninya juga tidak diletakkan
di tempat bagasi bawaan, tingkah si paman tua itu menggendong karung
goni besar sekilas seperti rak penyangga bola dunia (globe), tegak
seperti patung.
Saat ditanya mau minum apa,
dengan gugup dia menggoyang-goyangkan tangannya dan berkata tidak mau.
Saat hendak dibantu untuk menyimpan karungnya di tempat bagasi dia juga
menolak. Terpaksa kami biarkan dia menggendong karung tersebut. Beberapa
saat kemudian tiba waktunya untuk membagikan makanan, kami mendapatkan
bahwa dia masih duduk dengan tegak dan tidak bergerak sama sekali,
kelihatannya sangat gelisah, saat diberi nasi, dia tetap saja
menggoyangkan tangannya menolak tanda tidak mau.
Karenanya kepala pramugari
datang menghampirinya dengan ramah menanyakan apakah dia sedang sakit.
Dengan suara lirih dia berkata ingin ke toilet tapi dia tidak tahu
apakah boleh berkeliaran di dalam pesawat, dia takut merusak
barang-barang yang ada di dalam pesawat.
Kami memberitahu dia tidak ada
masalah dan menyuruh seorang pramugara mengantarkannya ke toilet. Saat
menambahkan air untuk kedua kalinya, kami mendapati dirinya sedang
mengamati penumpang lain minum air sambil terus menerus menjilat-jilat
bibirnya sendiri, karenanya kami lantas menuangkan secangkir teh hangat
dan kami letakkan di atas mejanya tanpa bertanya kepadanya.
Siapa sangka tindakan kami ini
membuat ia sangat ketakutan dan berkali-kali ia mengatakan tidak perlu,
kami pun berkata kepadanya minumlah jika sudah haus. Mendengar demikian
dia melakukan tindakan yang jauh lebih mengejutkan lagi, buru-buru dia
mengambil segenggam uang dari balik bajunya, semuanya berupa uang koin
satu sen-an, dan disodorkan kepada kami. Kami mengatakan kepadanya bahwa
minuman ini gratis, dia tidak percaya. Dia sepanjang perjalanan
beberapa kali ia masuk ke rumah orang untuk meminta air minum tetapi
tidak pernah diberi, bahkan selalu diusir dengan penuh kebencian.
Akhirnya kami baru mengetahui
ternyata demi menghemat uang, sepanjang perjalanannya ia sebisa mungkin
tidak naik kendaraan dan memaksakan diri berjalan kaki hingga mencapai
kota terdekat dengan bandara, barulah dia naik taksi ke bandara, bekal
uangnya tidak banyak, maka dia hanya bisa meminta air minum dari depot
ke depot sepanjang perjalanan yang dilewatinya. Sayang sekali dia sering
sekali diusir pergi, orang-orang menganggapnya pengemis.
Kami menasihatinya selama
beberapa waktu lamanya hingga akhirnya dia mau mempercayai kami, duduk,
lalu perlahan-lahan meminum tehnya. Kami menanyakan apakah dia lapar,
maukah memakan nasi, dia masih tetap saja mengatakan tidak mau. Dia
bercerita bahwa ia memiliki 2 orang putra, keduanya bisa diandalkan dan
sangat berguna, keduanya diterima di perguruan tinggi, yang bungsu
sekarang kuliah di semester 6, sedangkan si sulung telah bekerja.
Kali ini dia ke Beijing
menjenguk anak bungsunya yang sedang kuliah. Karena anak sulung sudah
bekerja bermaksud menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersamanya
di kota, akan tetapi kedua orang tuanya tidak terbiasa, mereka hanya
menetap beberapa waktu lamanya lalu kembali lagi ke desa.
Kali ini karena anak sulungnya
tidak ingin sang ayah susah payah naik angkutan, maka dibelikanlah tiket
pesawat khusus bagi ayahnya dan bermaksud menemani ayahnya untuk
berangkat bersama dengan pesawat karena sang ayah tidak pernah menumpang
pesawat sebelumnya, ia sangat khawatir ayahnya tidak mengenali jalan.
Akan tetapi ayahnya mati-matian tidak mau naik pesawat karena
beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu pemborosan.
Akhirnya setelah bisa dinasihati
sang ayah tetap bersikukuh untuk berangkat sendirian, tidak mau anaknya
memboroskan uang untuk membeli selembar tiket lagi.
Dia membopong sekarung ketela
merah kering yang diberikan pada anak bungsunya. Ketika pemeriksaan
sebelum naik ke pesawat, petugas mengatakan bahwa karungnya itu terlalu
besar, dan memintanya agar karung itu dimasukkan ke bagasi, namun dia
mati-matian menolak, dia bilang takut ketelanya hancur, jika hancur anak
bungsunya tidak mau makan lagi. Kami memberitahu dia bahwa barang
bawaannya aman jika disimpan disitu, dia berdiri dengan waspada dalam
waktu lama, kemudian baru diletakkannya dengan hati-hati.
Selama dalam perjalanan di
pesawat kami sangat rajin menuangkan air minum untuknya, dan dia selalu
dengan sopan mengucapkan terima kasih. Tapi dia masih bersikukuh tidak
mau makan. Walaupun kami tahu perut si paman tua sudah sangat lapar.
Sampai menjelang pesawat akan mendarat, dia dengan sangat berhati-hati
menanyakan kepada kami apakah kami bisa memberikan sebuah kantongan
kepadanya, yang akan digunakan untuk membungkus nasi jatahnya tersebut
untuk dia bawa pergi.
Dia bilang selama ini dia tidak
pernah mendapatkan makanan yang begitu enak, dan dia akan bawakan
makanan itu untuk diberikan kepada anak bungsunya. Kami semua sangat
terkejut. Bagi kami nasi yang kami lihat setiap hari ini, ternyata
begitu berharganya bagi seorang kakek tua yang datang dari desa ini.
Dia sendiri enggan untuk makan,
dia menahan lapar, demi untuk disisakan bagi anaknya. Oleh karena itu,
seluruh makanan yang sisa yang tidak terbagikan kami bungkus semuanya
untuk diberikan kepadanya agar dibawa. Lagi-lagi dia menolak dengan
penuh kepanikan, dia bilang dia hanya mau mengambil jatahnya saja, dia
tidak mau mengambil keuntungan dari orang lain. Kami kembali dibuat
terharu oleh paman tua ini.
Meskipun bukan suatu hal yang besar, akan tetapi bagi saya ini adalah suatu pelajaran yang sangat mendalam.
Tadinya saya berpikir bahwa
kejadian ini sudah selesai sampai disini saja, siapa tahu setelah para
tamu lainnya sudah turun dari pesawat, tinggallah paman tua itu seorang
diri, kami membantunya membawakan karung goninya sampai ke pintu keluar,
saat kami akan membantunya menaikkan karung goni tersebut ke
punggungnya, mendadak paman tua itu melakukan suatu tindakan yang tak
akan pernah saya lupakan seumur hidup: dia berlutut di atas tanah, lalu
dengan air mata berlinang dia bersujud kepada kami dan mengatakan,
“Kalian semua sungguh adalah orang-orang yang baik, kami orang desa
sehari hanya bisa makan nasi satu kali, selama ini kami belum pernah
minum air yang begitu manis, tidak pernah melihat nasi yang begitu
bagus, hari ini kalian bukan saja tidak membenci dan menjauhi saya,
malah dengan ramah melayani saya, sungguh saya tidak tahu bagaimana
harus berterima kasih kepada kalian, saya hanya bisa berharap kalian
orang-orang yang baik suatu hari nanti akan mendapatkan balasan yang
baik”.
Sambil tetap berlutut, sambil
berkata seperti itu, sambil menangis, kami semua buru-buru memapahnya
untuk berdiri, sambil tiada hentinya menasihatinya dan menyerahkannya
kepada seorang penjaga yang bertugas untuk membantunya, setelah itu kami
baru kembali ke pesawat untuk melanjutkan pekerjaan kami.
Terus terang saja, selama 5
tahun saya bekerja, di dalam pesawat saya telah menemui berbagai macam
penumpang, ada yang tidak beradab, ada yang main pukul, juga ada yang
berbuat onar tanpa alas an, tapi kami tidak pernah menjumpai orang yang
berlutut kepada kami, terus terang kami juga tidak melakukan hal yang
khusus kepadanya, hanya menuangkan air agak sering untuk beliau, hal ini
telah membuat seseorang yang telah berumur 70 tahun lebih berlutut
untuk berterima kasih kepada kami, lagi pula melihat dia memanggul satu
karung ketela merah kering, dia sendiri rela tidak makan dan menahan
lapar demi membawakan anaknya nasi yang dibagikan di pesawat, juga tidak
mau menerima nasi jatah milik orang lain yang bukan menjadi miliknya,
tidak serakah, saya sungguh merasakan penyesalan yang amat mendalam,
lain kali saya harus bisa belajar berterima kasih, belajar membalas budi
orang lain.
Adalah paman tua ini yang telah mengajarkan kepada saya, bagaimana saya harus hidup dengan penuh kebajikan dan kejujuran. (The Epoch Times)
by Adimin
Label:
INSPIRASI