pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Anis Matta: Indonesia Tatap Sejarah Gelombang Ketiga

Written By mediapkspadang on 06 January, 2014 | January 06, 2014

MAKASSAR -- Tahun 2014 bukan semata ditandai proses pergantian kepemimpinan. Tapi sekaligus momentum peralihan sejarah Indonesia memasuki gelombang yang ketiga.

PRESIDEN Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta membagi perjalanan sejarah Indonesia menjadi tiga gelombang besar. Pertama, "menjadi Indonesia" yang berlangsung sejak abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20. Kedua, "menjadi negara modern" yang terjadi sejak merdeka sampa era Reformasi, dan ketiga adalah gelombang "sejarah baru" yang dimulai 2014 sampai waktu yang akan ditentukan oleh sikap bangsaini ke depan.

"Pemilu 2014 menjadi strategis bukan semata disebabkan peralihan kekuasaan, tapi peralihan sejarah. Pergantian kepemimpinan itu biasa dalam demokrasi. Yang lebih penting, apa maknanya bagi perjalan kita sebagai bangsa," terang Anis Matta saat tampil sebagai pembicara pada Mukernas VIII Wahdah Islamiyah di Asrama Haji Sudiang, Makassar 5 Januari.

Menurutnya, jika pendorong (dirve) gelombang sebelumnya berasal dari luar; kolonialisme (gelombang I) dan Perang Dingin (gelombang II), maka drive gelombang ketiga berasal dari dalam, yaitu perubahan signifikan komposisi demografi.

Anis menyebut perubahan yang utama adalah proporsi orang di bawah 45 tahun akan mencapai lebih dari 60 persen dari populasi. Ini disebutnya "the new majority", kelompok mayoritas baru yang ada di Indonesia sekarang ini. Yang diistilahkan sejumlah ekonom dan ahli kependudukan sebagai bonus demografi atau "dividen demografi".

Anis melanjutkan, tantangan politik yang segera muncul di gelombang ini adalah perlunya kategorisasi baru yang bukan berbasis ideologi untuk mewakili kelompok. "Semua polarisasi lama dalam politik, apalagi polarisasi ideologi tidak lagi relevan. Makanya, kita harus mencari ide tentang "the next Indonesia" yang benar-benar mewakili ruh zaman, mewakili orang-orang yang berumur di bawah 45 tahun," sambung mantan wakil ketua DPR RI ini.

Pada gelombang baru ini, orang akan mengagungkan pertumbuhan, tetapi akan disandingkan dengan pertanyaan tentang kualitas hidup. Masyarakat Indonesia ke depan di-drive oleh usaha mencari bukan sekedar kesejahteraan, tetapi hidup yang lebih berkualitas.

Anis juga meyakini, di gelombang ketiga, akan lahir native democracy. Generasi yang sejak lahir hanya mengenal demokrasi. Mereka tidak melewati dan merasakan perubahan dari situasi Orde Baru ke zaman Reformasi. Makanya, memandang demokrasi sebagai given (terberi), bukan hasil perjuangan berdarah-darah.

"Karena gelombang sejarah ini di-drive oleh perubahan demografi, maka orientasi kemanusiaan menjadi utama. Tidak perlu lagi ada pertentangan antara negara dan masyarakat. Negara kembali ke makna dasar sebagai organisasi sosial yang menciptakan keteraturan.

Konsolidasi sosial akan membesarkan komunitas hingga mampu bernegosiasi dengan negara. Manusia sebagai orientasi utama ini menuntut pendekatan kepemimpinan (leadership approach) baru," tegas di depan seribuan kader Wahdah Islamiyah se-Indonesia.

Putera kelahiran Bone ini juga menjelaskan peta kekuatan Islam di masa mendatang bukan terutama pada basis teritorinya, akan tetapi pada kekuatan narasi dan ide-idenya.

Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, Zaitun Rasmin merespons positif wacana dan gagasan Anis di Muktamar Wahdah. "Pak Anis tidak hanya memiliki fikiran cemerlang tapi juga pengetahuan luas, dia aset berharga bangsa ini," tutup Zaitun Rasmin Lc.

Anggota DPRD Kota Makassar dari PKS, Iqbal Djalil LC mengaku gagasan sejarah Indonesia gelombang ketiga menyisakan tantangan bagi generasi ini. "Ulasan itu mengingatkan gerakan Islam lebih kuat pada konsep dan ide-ide yang selaras dengan gagasan bangsa ini," tambahnya. (ysd)

*http://m.fajar.co.id/politik/3081288_5964.html

posted by @Adimin

Hidayat Nur Wahid-Anis Matta Saling Dukung di Pemira PKS

JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid dan Presiden PKS Anis Matta saling menjagokan satu sama lain di ajang pemilihan rakyat (pemira) PKS. Hidayat mengaku menjagokan Anis ia dinilai tokoh muda yang lebih kompeten dibandingkan dirinya.

"Pak Anis tokoh yang lebih muda, energik, dan visioner," kata Hidayat di Jakarta, Sabtu, (4/1/2014).

Terpilihnya Anis sebagai bakal calon presiden PKS dapat mendorong proses regenerasi politik di PKS maupun Indonesia. Tokoh-tokoh muda seperti Anis dinilai bisa membawa perubahan bagi bangsa dan negara.

Dia juga mengaku mengapresiasi usulan Anis yang mengadakan Pemira. Menurutnya, hal ini mampu menciptakan demokrasi di dalam suatu partai. "Kita apresiasi partai dan Pak Anis Matta yang sudah mengadakan pemira ini, ini bukti kompetennya Pak Anis," ujar dia.

Selain Anis, Hidayat juga mengaku mendukung kandidat lainnya, Ahmad Heryawan yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Sama dengan Anis, menurutnya pria yang akrab disapa Aher itu juga merupakan tokoh muda yang mempunyai peluang di kancah nasional.

Sebelumnya, Anis sendri mengaku lebih suka Hidayat yang bakal calon presiden. Anis menjelaskan, karier Hidayat di dunia politik lebih mengkilap. Terlebih, sebelum menjadi Ketua Fraksi PKS di DPR, Hidayat juga dianggapnya sukses saat menjabat sebagai Ketua MPR di periode 2004-2009.

"Sebenarnya lebih berpeluang dia (Hidayat) karena sukses pimpin MPR dan dari suku Jawa. Saya kan dari suku minoritas," kata Anis di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (3/1/2014) malam.

(Kompas.com)


posted by @Adimin

Unggul di Pemira PKS, Hidayat Nur Wahid Kaget


Jakarta - Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengaku kaget dengan hasil Pemilihan Rakyat (Pemira). Ia menempati urutan teratas bersama empat orang lainnya, yakni Anis Matta, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring, dan Nur Mahmudi Ismail. Dia mengaku tidak pernah memprediksi hasil seperti itu sebelumnya.

"Terus terang saya kaget dengan perolehan suara saya yang mendapatkan suara terbesar," kata Hidayat saat ditemui usai mengisi ceramah di Pondok Pesantren At-Tahiriyah, Jakarta, Sabtu, (4/1/2014).

Dia pun mengingat bahwa dirinya pernah mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta bersama pasangannya Didik J Rachbini pada tahun 2012 lalu. Saat itu, ia dan Didik dikalahkan pasangan Joko "Jokowi" Widodo dan Basuki "Ahok" Tjahja Purnama.

"Saya sudah kalah di Jakarta, kok di nasional saya bisa menang?" tanya Hidayat.

Namun menurutnya, pemira PKS ini belum selesai. Masih ada proses uji publik yang harus dilalui semua kandidat. Dia pun berharap, pemira ini dapat melahirkan tokoh terbaik yang mampu membantu PKS mendulang suara.

Sebelumnya, Hidayat unggul dalam pemilihan raya (pemira) calon presiden PKS. “Dari 22 nama yang kita calonkan, maka lima besarnya adalah Hidayat Nur Wahid dengan 55.670 suara, Anis Matta 48.153 suara, Ahmad Heryawan 46.014, Tifatul 31.714 suara, dan kelima adalah Nur Mahmudi Ismail dengan perolehan 20.429 suara,” kata Sekretaris Jenderal DPP PKS Taufik Ridho dalam jumpa pers di kantor DPP PKS, Jakarta, Minggu (29/12/2013).

(Kompas.com)

posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger