Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
July 10, 2017
Oleh Irsyad Syafar Lc., MEd
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS Hud: 42-43).
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS Al Anbiya: 87-88).
posted by @Adimin
Ramadhan 12 (HANYA KEPADAMU KAMI MINTA TOLONG)
Written By NeO on 10 July, 2017 | July 10, 2017
HANYA KEPADAMU KAMI MINTA TOLONG
(وإياك نستعين)
(وإياك نستعين)
Oleh Irsyad Syafar Lc., MEd
Ada
hakekat yang harus kita imani dan yakini dengan baik, yaitu kita adalah
makhluk yang lemah. Kesadaran inilah yang akan membuat kita selalu minta
tolong dan bergantung kepada Yang Maha Kuat, yaitunya Allah ta'alaa.
Ketika manusia lupa bahwa dia lemah, ketika itulah dia mulai tersesat.
Ketika manusia merasa bisa dan mampu sendiri, maka ketika itu pula dia
merasa tidak perlu dan tidak butuh kepada Allah.
Iblis tersesat
dan terkutuk serta diusir dari sorga karena merasa paling baik. Ia
membangkang terhadap perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Perasaan
hebatnya telah membuatnya angkuh. Akibatnya, ia dan pengikutnya menjadi
penduduk abadi di dalam neraka. Allah berfirman:
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا ۖ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ.
Artinya: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi
terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu,
benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya". (QS
Al A'raf: 18).
Anak Nabi Nuh mati tenggelam dalam banjir besar
karena merasa mampu menyelamatkan diri sendiri. Ia enggan menerima
tawaran pertolongan dari sang Ayah yang Nabi. Ia menolak untuk beriman
kepada Allah. Akibatnya berakhir dengan tragis:
وَنَادَىٰ نُوحٌ
ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ
مَعَ الْكَافِرِين. قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ
وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ.
Artinya: ".... Dan Nuh memanggil anaknya (yaitu Kan`an) sedangkan
anaknya itu berada di tempat yang jauh) dari bahtera ("Hai anakku!
Naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang
kafir.
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan." (QS Hud: 42-43).
Qarun telah merasa hebat dengan ilmu dan seluruh
kekayaannya yang tak terkira. Akibatnya ia menjadi angkuh dan sombong,
merasa bisa melakukan apa saja dengan ilmu dan kekayaannya. Padahal
telah banyak orang-orang yang lebih kuat sebelumnya, dibinasakan oleh
Allah. Allah ta'alaa berfirman:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ
عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ
قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ
جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ.
Artinya: Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya memperoleh harta itu,
karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya
Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka."
(QS Al Qashash: 78).
Setelah itu Allah binasakan dia dengan seluruh hartanya, tanpa mampu dia dan orang lain untuk membela dirinya:
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ
يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ.
Artinya: "Maka Kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada lagi baginya suatu golongan pun yang mampu
menolongnya (terhadap azab Allah) selain Allah. Dan tiadalah ia termasuk
orang-orang yang dapat membela dirinya (dari azab Allah)". (QS Al
Qashash: 81).
Begitu pula tragisnya nasib Firaun yang telah
merasa kuat, bahkan mengklaim diri sebagai Tuhan. Ia pun tewas tenggelam
di laut merah bersama pasukannya. Juga raja Abrahah dengan pasukan
bergajahnya. Merasa sangat kuat dan ingin berbuat sekehendaknya. Sampai
"rumah Allah" hendak dia runtuhkan dan dia tukar dengan tempat
peribadatan baru di kampungnya. Hanya dengan sangat sederhana, dengan
batu-batu kecil yang dibawa burung ababil, dia dan pasukannya pun musnah
tak bersisa.
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ.
Artinya: "(burung itu) Yang melempar mereka dengan batu berasal dari
tanah yang terbakar. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan (ulat)." (QS Al Fiil: 4-5).
Sebaliknya, disaat seorang
hamba dalam puncak kelemahan dan ketidakberdayaannya, lalu berserah diri
dan meminta tolong kepada Allah, maka dia bisa berubah menjadi kuat,
selamat dan bangkit karena pertolongan dari Allah ta'laa.
Nabi
Adam bersama istrinya Hawwa, mengalami kesengsaraan yang tiada tara.
Yaitu saat dilempar dari sorga yang penuh nikmat dan fasilitas, ke dunia
yang penuh kesulitan, perjuangan dan duka cita. Namun keduanya berserah
diri kepada Allah. Sehingga Allah menjaga dan menguatkan keduanya dalam
kehidupan berat di dunia. Sebagaimana Allah firmankan dalam QS Al
A'raf: 23-25:
قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. 23
Artinya: Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ .24
Artinya: Allah berkata, "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu
menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat
kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai
waktu yang telah ditentukan".
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ. 25
Artinya: Allah berfirman, "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan".
Begitu juga Nabi Yunus yang sudah ditelan oleh ikan besar. Secara
logika manusia dia sudah tewas. Tak ada yang bisa menyelamatkannya.
Sampai hari kiamat dia akan berada dalam perut ikan tersebut. Namun,
karena dia meminta pertolongan kepada Allah, maka selamatlah dia sampai
kembali ke daratan.
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ
أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ.
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي
الْمُؤْمِنِينَ.
Artinya: "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (yaitu
Nabi Yunus bin Matta) ketika ia pergi dalam keadaan marah terhadap
kaumnya (sedangkan Nabi Yunus belum mendapat izin dari Allah untuk
pergi) lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mampu untuk menghukumnya.
Maka ia menyeru dalam tempat yang gelap gulita (gelapnya suasana dalam
perut ikan paus) "bahwa bahwasanya tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS Al Anbiya: 87-88).
Begitu juga Nabi Ayyub as, yang Allah
selamatkan dengan pertolonganNya dari musibah berat yang menimpanya dan
seluruh istri, anak-anak dan hartanya. Bahkan juga dari penyakit berat
yang menimpanya. Pertolongan itu datang karena Nabi Ayyub menyerahkan
diri kepada Allah SWT.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي
مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا
لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ
مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84)
Artinya: "Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya,"(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah
Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun
memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat
gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS Al Anbiya:
83-84).
Dan Nabi Ibrahim as yang menghadapi raja yang bengis yang
mengklaim diri sebagai Tuhan. Tubuhnya sudah terikat dan terkurung
dalam kayu bakar yang sangat besar. Api besar akan segera melahap
sekujur tubuhnya. Namun Nabi Ibrahim menyerahkan sepenuhnya kepada
Allah. Hanya Dia yang mampu dan berkuasa menolongnya. Api yang sangat
besar itupun berubah menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim.
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ
(68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69)
وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ (70)
Artinya: Mereka berkata, "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian,
jika kalian benar-benar hendak bertindak.” Kami berfirman, "Hai api,
menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim, "mereka
hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi." (QS Al Anbiya: 68-70).
Begitulah, dua situasi yang sangat kontradiktif. Di saat manusia merasa
kuat dan mampu, serta tak meminta tolong kepada Allah, justru saat
itulah dia menjadi sangat lemah. Sebaliknya, ketika manusia berada dalam
posisi paling lemah dan tak berdaya, tapi meminta tolong dan berserah
diri kepada Allah, justru ketika itulah dia menjadi kuat dan selamat.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ
قَدْرًا (3)
Artinya: ".... Barang siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."
(QS Ath Thalaq: 2-3).
posted by @Adimin
Label:
SLIDER,
TOPIK PILIHAN