pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

PKS Tak Bayar, Ya! Wajar Dihajar Media!

Written By Unknown on 09 June, 2013 | June 09, 2013




Media Benar, membela yang bayar! Kalimat itu yang saya ingat ketika mengukuti seminar ilmu komunikasi politik di kampus. Dalam seminar itu saya belajar bagaimana mengenal seorang politisi pembohong dari  tindak tutur. Lebih menarik lagi, pembicaranya nih adalah seorang wartawan juga yang kemudian berhenti  setelah bertahun-tahun menggeluti profesinya sebagai wartawan.  

Materi yang disampaikan pun cukup memukau, sentak dia mengatakan kepada mahasiswa “carikan saya di Indonesia media berita yang independen?” sambil menunjuk kepada mahasiswa yang berada di depannya. “Tidak ada media berita yang saat ini masih Independen, semuanya ditunggangi oleh politik”. Pembahasan pun berlanjut berjam-jam. Diskusi memanas menusuk ke sum-sum media dengan segala pernak-pernik bahasa dan  kepentingannya.

Dari Seminar ini, saya akhirnya memahami, betapa media berita sama bejatnya sama koruptor. Media berita  dan segala oknum wartawannya yang terlibat juga “penjilat”. Saya juga wartwan salah satu media lokal yang akhirnya keluar dan membangun media sendiri karena tidak ingin terseret dalam kondisi kemunafikan.  

Oknum wartawan dalam media layaknya  penjual makanan yang harus  mencari pelanggan untuk memakan menu yang dia sediakan. Terlepas haram atau tidaknya menu yang disajikan, urusan perutlah yang lebih utama. Tak jarang para wartawan idealis segera ditendang dari media yang memiliki orderan besar. 

Media berita pun tak ingin bangkrut hanya karena idelaisme seorang wartawan.  Hal ini terjadi kepada salah seorang teman wartawan saya yang kerap kali dipanggil Syam Terajana. Ia segera keluar dari media dimana dia bekerja hanya karena diminta untuk mencari pengiklan. Tentu pengiklan bukan sembarangan, pengiklan yang punya SK begitulah. Karena ia tidak mau melakukan hal itu, akhirnya dia hengkang dari media tersebut.
Dari kekecewaan itulah dia menulis sebuah artikel tanda kekecewaan dengan judul “ Wartawan bukan Pencari Iklan”.  

Apa inti dari kejadian ini, media berita benar-benar tidak bisa berlaku adil dan bijaksana dalam pemberitaan. Jika uang pesangan dari si A lebih besar, maka si A akan dibesar-besarkan dan lainnya akan dijatuhkan.  Hal ini pun bukan terjadi di tataran media lokal. Tetapi juga di media nasional lainnya. Saya tak perlu menyebutkan, cukup amati dan idetntifikasi pemilik media itu dan lihat performanya di saat memberitakan.

Saya akan kaitkan dengan media berita dalam pemberitaan politik. Dalam rubrik politik ini, pasien  yang saya angkat terkait partai yang sedang jadi buah bibir Indonesia. Pasien itu adalah  si PKS.  Silahkan  anda amati keseimbangan pemberitaan dan keberpihakan media di salah satu parpol.  Ketika PKS melakukan sesuatu, oleh media,  satu berita tentang  PKS dipecah menjadi 5 sampai 10 angle berita. Hal ini akan terlihat melebih-lebihkan. Tujuannya pun jelas untuk mendapatkan rating tinggi di media lain terutama media online yang butuh pageview yang banyak untuk mendapatkan peng-iklan berkelas juga.

Untuk media Online, Sebagai contoh IdBlognetwork.com  selaku penghubung instansi dan media publiser memberikan syarat alexa ranking blog anda dibawah 10,000,000 (10.000?) global ranking. Nah, untuk mendapatkan itu, berbagai media online harus memecah angle sebanyak mungkin terhadap topik yang hangat. Benar atau tidak tidak perduli yang penting dapat pengunjung yang banyak, klik iklan creeettt…dapet bayaran deh…!!

Hal inilah yang disebut oleh Fahri Hamzah sebagai Wartawan yang memakan bangkai saudara sendiri. Wartawan rela menyebar  berita yang sengaja anglenya sudah diorder oleh pihak tertentu kemudian dirasionalisakan menjadi  berita. Hal inilah yang disebut oleh media “Bad news is good news”. Jika demikina kondisi media, maka jangan pernah berharap negeri ini akan keluar dari keterpurukan.

Pernah kah media meliput kekayaan Freeport  yang dikuasai negeri asing. Beranikah media menelusuri latar belakang Freeport untuk dipublish di media beritanya agar Rakyat Indonesia tahu. Hal yang terjadi adalah, tulisan mereka yang kritis bahkan menjadi sampah dalam folder media dan tidak diekspos di pemilik media. Karena itulah, para kritikus hanya bersuara di blognya atau web sendiri. Sementara rating media itu masih rendah di mata Indonesia. Akibatnya berita yang seharusnya rakyat Indonesia tahu tidak kesampaian.

Media lebih suka membuka aurat partai lawan dari para sponsornya untuk bisa mendapatakan bayaran. Kasihan juga saya melihat hal ini. Olehnya itu, saya ingin menyampaikan ke pada pemilik media, cobalah menjadi agen pendidik masyarakat dengan berita yang mendidik dan benar adanya. Bukan berita yang sengaja dibuat-buat untuk membentuk persepsi masyarakat terhadap hal-hal yang goblok.

Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada team kompasiana yang telah membuka media ini. Saya masih percaya kompasiana dalam Indepensi media. Buktinya, hari ini ide saya masih bisa saya sampaikan dengan bebas dan berita apa pun yang saya ingin tuliskan terpublish dengan bebas. Tentu masih dalam koridor tertentu.

Mari kita cerdaskan rakyat dengan media yang sehat dan mendidik. Jangan jual harga diri media dengan menjual menu berita murahan yang ahanya akan merusak idealisme media itu sendiri.


Salam Cinta

Idrus Dama


*http://politik.kompasiana.com/2013/06/08/pks-tak-bayar-ya-wajar-dihajar-media--566973.html



posted by @A.history

Kalau Gue Bela PKS, Masalah Buat Lo?



Oleh:  Wijaya Kusumah/Blogger

Gonjang ganjing tentang PKS di kompasiana membuat saya tersenyum. Terkadang keberpihakan itu perlu agar kita tahu mengapa kita harus membela yang benar dan bukan membela yang bayar. Tapi saya agak kaget ketika banyak akun yang kurang saya kenal tiba-tiba menyerang pendapat saya dengan gagahnya. Seolah-oleh merekalah penguasa negeri ini dan tak suka bila ada org yang membela PKS. Kalau sudah begitu saya cuma bisa bilang, “kalau gue bela PKS, masalah buat lo?” 

Bagi saya, PKS ini partai yg bisa menjadi harapan. Walaupun sampai saat ini saya tidak pernah mencoblos PKS dalam pemilu ataupun pilkada. Saya melihat PKS perlu dibela melalui tulisan. Sebab informasi yang benar tentang PKS seringkali tidak ditulis oleh media arus utama. 

Contohnya ketika kunjungan Anis Matta Presiden PKS ke pesantren di Jawa Timur. Berita yang tertulis jauh benar dengan informasi sebenarnya. Selidik punya selidik, ternyata berita atau foto yang diambil wartawan adalah cuma demo anak kecil yg diperintahkan oleh gurunya yg ingin mencalonkan diri menjadi calon anggota DPR. Saya tersenyum ketika ada seorang kompasianer yg menuliskannya secara detail. Semoga anda sudah membacanya.

Membela PKS bukan berarti saya lantas memilih PKS dalam pemilu nanti. Belum tentu, sebab saya sudah memiliki pilihan tersendiri. Saya cuma ingin memberi contoh, walaupun kita berbeda tapi kita harus membela mereka yang mendapatkan perlakuan yang kurang berimbang dari media mainstrem. Internet adalah jalur yang saya pilih dan sangat murah. Kader PKS bisa memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi yang benar.

Jadi bila ada yang tak suka dengan tulisan saya tentang PKS, bagi saya mah ini biasa. Namanya juga manusia. Belum tentu yang mengkritik itu lebih baik daripada yang dikritik. Kita lihat saja kinerjanya di dunia nyata. Kalau dia cuma bisa berkoar doang di dunia maya dan tak jelas apa yang dilakukannya untuk banyak orang, itu artinya dia baru berjuang untuk dirinya sendiri. Sedangkan kita diajarkan untuk bermanfaat buat orang banyak apapun profesi kita. Sebagai guru saya sangat sedih bila ada orang cerdas, tapi sayang bila mereka tak mengggunakan kecerdasannya untuk membela yang benar. Komentar negatif ttg kita terkadang menjadi obat mujarab agar kita selangkah lebih maju.selamat berjuang wahai kader PKS, kami semua mendoakan perjuangan kalian. 

Bacalah basmallah dan yakinlah Allah meridhoi perjuangan yang suci ini.

Salam blogger persahabatan Omjay

*http://politik.kompasiana.com/2013/06/09/kalau-gue-bela-pks-masalah-buat-lo-567172.html

posted by @A.history

Pengamat Politik: Presiden SBY Butuh PKS, Setgab Tak Pecah


JAKARTA — Sekretariat Gabungan (Setgab) diyakini tidak akan pecah hingga berakhirnya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pada 2014 jika melihat peristiwa politik di koalisi selama ini. Pemerintah dinilai tetap membutuhkan semua partai politik koalisi, termasuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Perahu Setgab sudah retak dari dulu. Tapi saya yakin tidak akan pecah sampai akhir jabatan," kata Hanta Yuda, pengamat politik dari Pol-Tracking Institute, saat diskusi Sindo Radio "Perahu Retak Setgab" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (8/6/2013).

Hanta mengatakan, perbedaan sikap PKS terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi saat ini hampir sama dengan drama di koalisi sebelumnya, seperti bail outBank Century, hak angket pajak, hingga rencana kenaikan harga BBM tahun 2012. Semua drama politik itu tidak juga membuat perahu Setgab pecah.

Hanta menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak mungkin mengeluarkan PKS dari koalisi lantaran masih dibutuhkan untuk mengimbangi manuver Partai Golkar, khususnya di DPR. Saat ini, total kekuatan enam parpol koalisi pemerintah di DPR sekitar 75 persen.

Jika PKS keluar dari koalisi, total kekuatan koalisi di DPR masih mayoritas, yakni sekitar 65 persen atau 366 kursi. Hanya saja, kata Hanta, Partai Golkar bakal menjadi kunci lantaran memiliki 106 kursi atau sekitar 20 persen kursi. "Kalau PKS keluar, Golkar akan jadi penentu di koalisi (jika Golkar keluar, tinggal 45 persen di DPR). Jadi pemerintah butuh PKS," katanya.

Dikatakan Hanta, jika keputusan resmi PKS tidak mendukung kebijakan pemerintah soal BBM, bisa saja Presiden memberikan sanksi kepada PKS. Pasalnya, sudah ada pengalaman Presiden mengurangi kursi PKS di kabinet, dari empat menteri menjadi tiga menteri.

"Tapi kalau keluarkan PKS, saya ragu. Mungkin sampai 2014 begini saja ceritanya," pungkas Hanta.

Seperti diberitakan, para elite PKS menyebut menolak rencana kenaikan harga premium menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter. Penolakan itu juga terlihat dari spanduk-spanduk yang dipasang PKS di jalan-jalan Jakarta.

Namun, menteri-menteri asal PKS menyebut tidak ada keputusan resmi partai menolak kenaikan harga BBM. Sikap yang muncul di publik hanya merupakan sikap DPP PKS. Adapun sikap resmi partai berasal dari Dewan Pimpinan Tinggi Partai (DPTP).

*http://nasional.kompas.com/read/2013/06/08/10534623/Presiden.SBY.Butuh.PKS..Setgab.Tak.Pecah

posted by @A.history

Sistem Pembinaan PKS, Penangkal Gerakan Radikal, Waspadalah!

ilustrasi

By: Nandang Burhanudin 

****

Seorang jamaah orangtua salah satu SMU di Bandung menelpon; "Assalamu'alaikum, pak Ustadz ... mohon maaf saya stress!" 

"Stress kenapa bu?" tanya saya. 

"Anak saya lulus SMU tahun ini. Enam bulan lalu minta sekolah ke LN (Eropa). Saya sudah titipkan uang 400 juta di tabungan dia. Setelah UN, anak uang raib stadz. Malah anak saya dihamili ....", si ibu terdiam dan saya dengar isakan tangis yang nampak tak bisa ia tahan. 

"Inna Lillaahi wa Innaa Ilaihi Rooji'uun ... kok bisa begitu bu. Bukannya putri ibu aktivis Rohis?", tanya saya dengan dada berdebar. 

"Iya pak ustadz. Saya dengar ia direkrut kumpulan remaja yang bernama Remaja Didikan Allah. Singkatannya RADIKAL. Saya pikir, itu Rohis binaan Tarbiyah! Setahu saya, gerakan Tarbiyah tidak seperti itu ...", ujarnya. 

"Oooh ... ndak mungkin bu. Gerakan Tarbiyah itu gak mungkin menguras tabungan. Apalagi mustahil sampai mencederai kehormatan diri, lebih-lebih menghamili!" tegas saya. 

"Iya ... saya teledor pak ustadz. Kurang perhatian pada anak saya ....", keluhnya. 

*** 

Tarbiyah tak bisa dipungkiri merupakan solusi paling cergas dalam menangani pelbagai aksi radikalisme dan penyimpangan atas nama Islam. Karena tarbiyah memiliki prinsip: 

1. Membina kaum muda-mudi Islam untuk memiliki pemahaman Islam yang syamil-mutakamil (universal dan integratif), tidak parsial, menyeimbangkan suasana fikir-dzikir kaum muda-mudi agar komprehensif memahami dan mengamalkan Islam. 

2. Tarbiyah jauh dari doktrin-doktrin takfir (mengkafirkan), tabdi' (membida'ah-bid'ahkan), tadyi'i (menganggap sia-sia orang lain). Jiwa yang terbina dalam bingkai tarbiyah, ia harus paham Islam yang bisa diejawantahkan dalam keshalihan ritual maupun sosial. Rajin shalat, ia pun semakin taat. Rajin dhuha, ia semakin berbakti kepada orang tua. Rajin tilawah, ia semakin hari semakin menjadi berkah bagi kehidupan. 

3. Tarbiyah bersih dari unsur-unsur pemaksaan, apalagi eksploitatif yang berbentuk materi. Tarbiyah sifatnya adalah eksploratif, menggali potensi terbaik dari setiap jiwa kaum muda-mudi untuk meraih prestasi yang dibanggakan. Sejelek-jeleknya orang yang tertarbiyah, ia mudah diingatkan. 

Jadi, sudah saatnya kita meneguhkan Cinta-Kerja-Harmoni. Karena jala-jala kesesatan dan penyimpangan dengan jubah Islam dan Syariah, teramat gesit bergerak! Tak ada lagi waktu untuk diam!

Sumber: Nandang Burhanudin,10: 27, 08/06/13

posted by @A.history

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger