Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
April 20, 2015
posted by @Adimin
PKS Minta KAA Bisa Bebaskan Palestina dari Penjajahan Israel
Written By mediapkspadang on 20 April, 2015 | April 20, 2015
JAKARTA (19/4) - Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq menilai, peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) akan memberikan relevansi dan signifikansi ketika semangat serta cita-citanya diwujudkan yaitu membebaskan anggotanya dari penjajahan. Salah satunya soal Palestina yang masih dijajah negara zionis Israel.
"Saat ini tersisa satu penjajahan yaitu Palestina, kita menunggu apa yang akan dihasilkan dari pertemuan KAA ini," kata Mahfudz dikutip dari Antara, Minggu (19/4).
Dia juga menjelaskan, relevansi dan signifikansi KAA juga diukur pada bagaimana agenda pembangunan dan kemakmuran negara-negara anggotanya bisa diwujudkan. Menurut dia, perwujudan pembangunan dan kemakmuran itu harus tanpa penjajahan ekonomi dan politik modern.
"Kemerdekaan yang hakiki harus diwujudkan dengan kemandirian dalam pembangunan dan kemakmuran meski tetap dalam kerangka kerja sama kawasan dan global," ujar Wasekjen PKS ini.
Mahfudz juga menilai relevansi dan signifikansi KAA juga bila dihasilkan resolusi konflik di negara-negara anggotanya. Hal itu, menurut dia, terkait yang mengarah pada disintegrasi atau bahkan de-eksistensi negara-negara anggotanya.
"Saya menilai konflik di kawasan Timur Tengah juga harus menjadi agenda serius dalam KAA tersebut," katanya.
Diketahui, Indonesia akan menjadi tuan rumah peringatan ke-60 Koferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang akan digelar dalam dua sesi.
Sesi pertama akan digelar di Jakarta pada 19-23 April 2015 dan sesi kedua dilaksanakan di Bandung pada 24 April 2015. Hingga Minggu (19/4) sudah ada 32 kepala negara atau kepala pemerintahan yang mengkonfirmasi kehadirannya dalam forum tingkat internasional tersebut. [http://www.merdeka.com]
Label:
SEPUTAR PKS,
TOPIK PILIHAN
April 20, 2015
Sikap Muslim Ketika Banyak Musibah
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, rentetan peristiwa penting tercatat dalam album sejarah bangsa Indonesia.
Hal paling mendasar yang patut menjadi
renungan kita semua adalah rangkaian bencana dan musibah yang silih
berganti menyambangi negeri ini.
Mulai dari puting beliung, banjir, tanah
longsor, kebakaran, gunung meletus dan musibah lainnya yang bukan
disebabkan faktor alam.
Ratusan bahkan mungkin ribuan jiwa menjadi korban dari berbagai musibah yang terjadi sepanjang tahun lalu.
Di penghujung tahun 2014 saja, musibah
banjir dan tanah longsor menjadi trending di beberapa media masa yang
ada di Indonesia. Ditambah tragedi jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501
dengan rute penerbangan Surabaya – Singapura, menjadi musibah penutup
tahun yang memilukan yang tidak saja dirasakan keluarga korban, tetapi
boleh disebut duka nasional.
Bencana atau musibah biasanya diasumsikan
sebagai sesuatu yang mengerikan dan selalu menyisakan duka bagi mereka
yang ditimpa kemalangan.
Banyak orang yang kemudian berputus asa
setelah dirinya ditimpa musibah, namun tidak jarang juga yang menjadikan
musibah sebagai bahan instropeksi diri. Bahkan, mereka menghadapi
musibah dengan keyakinan dan tekad yang kuat untuk merubah diri menjadi
individu yang tegar dan kokoh.
Sebagai orang beriman, mestinya kita yakin
dan percaya akan setiap kejadian mengandung hikmah yang berharga.
Musibah yang terjadi di muka bumi ini boleh jadi merupakan azab Allah
Subhanahu Wata’ala terhadap hamba-hambaNya yang ingkar. Namun tidak
menutup kemungkinan musibah tersebut adalah bagian dari kecintaan Allah
yang ingin menguji manusia pilihan-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Sesungguhnya
jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang
siapa yang ridho terhadap ujian tersebut maka baginya ridho Allah dan
barang siapa yang marah terhadap ujian tersebut maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Hadis tersebut secara gamblang
menyampaikan bahwa metode ujian yang diberikan Allah kepada semua
manusia ciptaan-Nya adalah dengan musibah. Bagi mereka yang ikhlas dan
bijak menghadapi musibah sudah barang tentu ridho Allah akan selalu
menyertainya.
Wajar jika ada yang menyebutkan bahwa
manusia yang hebat tidak pernah lahir dari buaian kenikmatan, tetapi
merupakan hasil tempaan dari beragam ujian dan cobaan.
Pastinya semua manusia yang hidup di dunia
tidak akan luput dari berbagai macam ujian dan cobaan, baik berupa
musibah maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullah yang berlaku
bagi setiap insan sejak awal hingga akhir zaman, dan terjadi pada mereka
yang beriman maupun orang kafir. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS: al-Anbiyaa [21]: 35).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna
ayat tersebut yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan
bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang
bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa
yang berputus asa.
Ayat tersebut juga telah menunjukkan jenis
ujian Allah kepada setiap hamba-Nya, ada ujian kesenangan dan ada
musibah. Ironisnya banyak manusia yang lupa diri dan meninggalkan
Tuhannya ketika dirinya mendapat kesenangan dunia. Sementara ketika
menghadapi musibah ia akan merengek-rengek meminta keadilan Tuhan. Dan
banyak yang kemudian menyalahkan takdir ketika dirinya terjerumus dalam
penderitaan karena musibah yang dialaminya.
Permasalahannya, seberat apa musibah yang
sedang dihadapinya? Sehingga dirinya menduakan Allah yang telah menjamin
hidup dan matinya kelak. Coba simak kisah disembelihnya nabi Yahya bin
Zakariya.
Kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga
mati di dalam buih. Kisah Imam Malik yang dicambuk dan tangannya ditarik
sehingga lepaslah bahunya. Kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan
dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup.
Sungguh mulia hidup orang-orang yang
bersabar di jalan Allah meskipun musibah silih berganti menerpa
kehidupannya. Orang yang beriman senantiasa menghadapi bencana dan
musibah dunia fana ini tanpa mengeluh dan berputus asa. Keimanannya
kepada Allah mengantarkan dirinya yakin bahwa apapun ketetapan-Nya ada
kebaikan untuk kehidupannya di dunia dan kelak di akhirat.
Hikmah dalam Musibah
Sesungguhnya semua musibah yang menimpa
orang-orang yang beriman senantiasa disertai dengan pahala yang besar
dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Kewajiban sesama Muslim terhadap sesamanya
yang terkena musibah selain berupaya meringankan beban juga memberi
motivasi untuk bersabar. Nasehat dan motivasi untuk tetap sabar harus
ditanamkan dalam diri setiap orang yang sedang ditimpa musibah, dengan
harapan mendapat kebaikan dari musibah yang dialaminya.
Keyakinan ada Allah di balik setiap
musibah merupakan modal dasar bagi seseorang yang ingin sukses lulus
dari ujian dan cobaan Allah. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang
menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh; barang siapa yang beriman
kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan
Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: At-Taghâbun [64]: 11).
Dari ayat Allah tersebut, siapa pun yang
ditimpa musibah harus meyakini bahwa musibah tersebut merupakan
ketentuan dan takdir Allah Subhanahu Wata’ala.
Maka bersabar dan mengharap petunjuk Allah
agar mampu menjalani dan meraih keberkahan dari musibah yang
dijalaninya. Selain itu, berserah diri kepada Allah semata-mata
mengharap Allah akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu
yang lebih baik lagi.
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari setiap musibah yang terjadi pada diri seorang Muslim di antaranya:
Pertama, musibah
merupakan obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit
hati yang ada pada diri manusia. Kotoran dan penyakit hati apabila tidak
dibersihkan dapat mencelakakan seseorang karena menjerumuskan dirinya
berbuat dosa.
Dengan adanya musibah orang yang
berpenyakit tersebut dapat sadar diri dan mendekat kepada Allah untuk
meraih pahala dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Subhanahu
Wata’ala.
Kedua, menjadikan musibah
sebagai tolak-ukur kepribadian seorang Muslim yang senantiasa
berprasangka baik terhadap takdir Allah, baik itu dalam keadaan senang
maupun susah.
Rasulullah bersabda, “Sungguh
mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan
(untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia
mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan
baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu
adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Ketiga, musibah merupakan peringatan kepada setiap manusia atas apa yang telah diperbuatnya di muka bumi ini.
Banjir yang melanda desa maupun kota boleh
jadi adalah teguran kepada pembuat kebijakan setempat yang mengatur
wilayahnya agar tidak merusak lingkungan. Longsor juga demikian,
mengingatkan manusia yang gemar menggunduli gunung untuk menghentikan
kebiasaannya. Dengan peringatan tersebut, manusia harus menghambil ibrah
bagaimana menjaga keseimbangan hidup dengan ekosistem apa adanya.
Dan masih banyak lagi hikmah yang
terkandung dalam setiap peristiwa terutama musibah dan bencana yang
pasti menyambangi perjalanan hidup anak manusia. Inilah alat yang
menjadi bahan pertimbangan Allah untuk mengangkat derajat manusia, jika
mereka sabar menghadapi musibah niscaya ada balasannya, sebaliknya jika
mereka kufur karena musibah maka penderitaannya tidak hanya di dunia
saja, tapi juga di akhirat kelak.
Semoga Allah menjadikan bumi Indonesia
lebih baik di masa yang akan datang dan dijauhkan dari segala musibah
yang di luar batas kemampuan rakyat Indonesia.
Dan bagi kita sebagai pemilik negeri ini,
marilah bersama tingkatkan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan
tempat kita bermukim. Agar kehidupan yang harmonis dapat tercipta baik
di antara kita sebagai sesama manusia maupun antara kita dengan
lingkungan alam
Zainal Arifin
posted by @Adimin
Label:
MUHASABAH,
TOPIK PILIHAN
April 20, 2015
posted by @Adimin
Arwim El Ibrahimy: LPKD Sarana Penting untuk Kader Dakwah
Padang, sabtu (18/4) - Bidang Kepanduan dan Olahraga (BKO) PKS Kota Padang menggelar acara Latihan Pandu Kader Dasar (LPKD) tingkat kota padang. Kegiatan LPKD di pusatkan di areal perkebunan Air Dingin Kecamatan Koto Tangah.
Hadir dalam acara pembukaan LPKD Wakil Ketua DPD PKS Padang Ustad Arwim El Ibrahimy. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa sebagai kader dakwah, kegiatan ini merupakan bagian penting karena termasuk dalam Muwashofat kader.
“Sebagai kader kegiatan ini merupakan sarana penting yang harus diikuti, karena ini bagian dari muwashofat kader. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani), seorang kader harus memiliki fisik yang kuat. kegiatan seperti ini tidak semata menempah kekuatan fisik saja,” katanya.
“disini kita juga di tuntut bagaimana ruhiyah kita baik, tidak lalai dalam beribadah meski kita saat ini berada di areal perkebunan, kita tetap menjalankan ibadah dengan benar dengan sholat tepat waktu dan berjamaah,” lanjutnya.
“Kita juga di tuntun untuk bisa berjuang melawan hawa nafsu kita. Setiap kita memiliki kecendrungan pada yang baik dan yang buruk. Jadi kegiatan ini bagian dari perenungan kita, agar bisa mengendalikan hawa nafsu kita sesuai dengan ajaran Islam,” tambahnya.
Diakahir sambutannya, Arwim El Ibrahimy mengajak para peserta untuk menjaga kegiatan ini tetap dalam bingkai persaudaraan dan menghimbau agar peserta dapat menjaga lingkungan tempat diadakannya acara. [humas]
Label:
SEPUTAR PKS,
TOPIK PILIHAN
April 20, 2015
posted by @Adimin
Kader PKS Padang Ikuti Latihan Pandu Kader Dasar
Padang, Sabtu (18/4) - Bidang Kepanduan dan Olahraga (BKO) PKS Kota Padang menggelar acara Latihan Pandu Kader Dasar (LPKD) tingkat kota Padang. Kegiatan LPKD di pusatkan di areal perkebunan air dingin kecamatan Koto Tangah.
Ketua BKO PKS John Bahrian mengatakan tujuan kegiatan ini adalah sebagai sarana pemenuhan kebutuhan kader agar selalu siap terjun untuk kemenangan Dakwah.
"LPKD ini sebagai sarana wajib yang harus dimiliki oleh setiap kader karena merupakan salah satu muwashofat kader yaitu Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)," katanya.
"Selama dua hari kedepan (sabtu-ahad 18/19) peserta akan di gebleng untuk menjadi kader tangguh. Bukan hanya fisiknya saja tapi ruhiyahnya juga," tambahya.
"Peserta yang ikut LPKD ini berjumlah 70 orang, di bagi kedalam 10 kelompok. Masing-masing kelompok di pimpin satu orang ketua regu. Ketua regu bertanggung jawab penuh kepada regunya," ucap ketua BKO.
"Instruktur kita juga sudah siap untuk menggebleng para peserta selama dua hari kedepan. Instruktur yang kita libatkan sebanyak 10 orang dan memiliki spesifikasi yang berbeda-beda," ujarnya. [humas PKS Padang]
Label:
SEPUTAR PKS,
TOPIK PILIHAN
April 20, 2015
Penyakit Takatsur, Penghalang Utama Berbagi [2]
“Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim.” (QS. At Takatsur (102) : 1-6).
Di tengah jutaan rakyat miskin masih
banyak para pejabat yang gemar memamerkan kekayaan. Hilang
pada diri mereka rasa prikemanusiaan dan rasa takut kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. Telah lenyap pada diri mereka kekhawatiran terhadap
perhitungan yaumul hisab. Sesungguhnya keadaan ini telah diprediksi oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam.
“Akan tiba bagi manusia suata masa pada saat orang tidak lagi peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram.” (HR. Bukhari).
Pejabat tinggi melakukan korupsi secara
besar-besaran. Pejabat kecil melakukan korupsi kecil-kecilan. Yang
menjadi korban adalah rakyat kebanyakan. Kekayaan negara yang demikian
melimpah hanya dinikmati oleh segelintir kecil orang. Rakyat kebanyakan
harus rela hidup di bawah garis kemiskinan. Orang miskin tidak boleh
sakit. Orang miskin tidak boleh pintar. Orang miskin tidak boleh
bahagia. Terjadilah ketimpangan dalam distribusi wewnang dan hasil
pembangunan. Bertolak dari sinilah terjadinya kehancuran berbagai
negeri.
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang
diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu.” (QS. Al Hasyr (59) : 7).
Kita tidak boleh membiarkan ketimpangan
sosial ini terus terjadi. Kita harus berjuang dengan cara mencerdaskan
masyarakat kita, terutama para pejabat kita yang suka melakukan
manipulasi angka-angka. Kita ajari mereka agar memiliki kecerdasan
finansial sehingga kemakmuran rakyat yang menjadi cita-cita berdirinya
negara Indonesia itu dapat terwujud. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang makmur dan memperoleh ampunan dari Tuhan Yang Maha Pengampun).
Hidup di zaman sekarang ini memang berat.
Semua serba uang. Mau melahirkan anak memerlukan uang. Mau makan, mau
sekolah, bahkan mau ke WC di terminal pun harus mengeluarkan uang.
Apalagi kalau sakit, mati pun mengeluarkan uang.
Hal ini sesuai dengan prediksi Rasulullah. “Pada akhir zaman kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama dan urusan dunianya.” (HR. Thabrani).
Memang dengan harta yang cukup kita dapat
memelihara harga diri kita dari meminta-minta, dan kita bisa menolong
orang lain. Dengan harta yang cukup kita dapat makan dan minum yang
halal dan thayib, bisa bersedekah dan bisa beribadah haji. Kita bisa
makan kenyang, tidur pulas, menutup aurat dan tempat tinggal yang mapan.
Justru, orang yang rakus bermental miskin.
Berapapun karunia yang diberikan oleh Allah SWT tidak dapat
mengantarkannya bermental memberi. Islam mengajarkan, orang yang kaya
itu bukanlah orang yang banyak saldonya di Bank. Orang yang kaya adalah
orang yang kaya hati.
Orang yang kaya hati, senang berbagi dan memberi orang-orang yang membutuhkannya.
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta”.
Maksudnya, ia gemar bersedekah dan
memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala
kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan. Ia yakin dengan memberi
sesungguhnya akan mendapat kan/memperoleh. Allah Subhanahu Wata’ala akan
menggantinya dan melipatgandakannya. Orang inilah yang bermental kaya.
Sebaliknya, orang yang simpanannya banyak, tetapi merasa kurang terus,
sehingga ia dihinggapi penyakit thoma’ (rakus), sesungguhnya ia
bermental miskin. Semakin menumpuk kekayaan yang dimilikinya bagaikan
minum air laut, semakin diminum semakin haus.
Orang bertakwa tidak terjangkiti penyakit
materialis. Yaitu, ketika memberi selalu mempertimbangkan untung/rugi.
Ada maksud tersembunyi dibalik pemberiannya itu. Ia khawatir jika ia
memberi, jatuh miskin. Takut hartanya berkurang. Ia tidak percaya bahwa
Allah Subhanahu Wata’ala yang melapangkan dan menyempitkan rezeki
seseorang.
Dengki (Hasud)
Dengki adalah rojaa-u zawaali ni’mati al-ghoir
(senantiasa berharap hilangnya nikmat pada diri orang lain). Dalam
sejarah kehidupan manusia sifat buruk inilah yang menjadi penyebab
pembunuhan pertama kali di dunia. Dilakukan putra seorang Nabi yang
bernama Qobil dan Habil. Habil meninggal di tangan kakak kandungnya
hanya karena persoalan wanita. Wajar jika Rasulullah mengingatkan kepada
kita bahwa sifat hasud tidak sekedar mencukur rambut bahkan mencukur
sendi-sendi agama.
Beliau juga mengingatkan: “Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki akan membakar seluruh kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.“ (al Hadist). Ummat ini akan menjadi baik selama tidak berkembang sifat dengki.
Demikian bahayanya secara individu dan
sosial, Rasulullah shallahu ‘alahi wa sallam mengajarkan kepada kita doa
khusus agar terhindar dari penyakit dengki.
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri
ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Ssesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr (59) : 10).
Takabur (Sombong)
Menurut Imam Al Ghozali puncak keruntuhan
kepercayaan adalah syirik (menyekutukan Allah) dan puncak kerusakan
akhlak adalah takabur. Takabur adalah menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain (bathrul haq wa ghomthun Nas). Sifat warisan iblis
inilah yang menjadikan anak manusia tidak pandai melihat kekurangan
dirinya sendiri (intropeksi), tetapi lebih senang melihat kekurangan
orang lain. Semua orang memiliki kans untuk bersikap sombong dalam
profesi apapun. Karena keturunan (nasab), kedudukan (hasab), ketampanan
(al Jamal), kekuatan (al Quwwah), kekayaan (harta), ilmu (pengetahuan),
al atba’ (pengikut).
Tetapi, kesombongan yang paling dibenci
adalah kesombongan yang dilampiaskan tanpa alasan. Yaitu, orang miskin
yang sombong, orangtua yang berzina, dll. Seharusnya miskin harus tahu
diri. Seharusnya orangtua itu lebih cenderung kepada ketaatan. Karena,
usia yang dimilikinya semakin berkurang. Tua-tua berbudi, makin tua
makin mengabdi.
Allah sangat membenci kesombongan. Karena pada dasarnya manusia itu tempat salah dan lupa (al insanu mahalil khothoi wa an nisyan).
Sekalipun manusia memiliki potensi yang baik yang diberikan oleh Allah
Subhanahu Wata’ala, tetapi dibatasi oleh berbagai kekurangan/kelemahan.
Di dalam diri manusia disamping ada sisi
terang, pula ada sisi gelap. Manusia hanya berisi tong kotoran yang
bersumber dari dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung,
lubang qubul dan lubang dubur. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Allah
tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga seorang yang dalam
dirinya masih tersimpan sifat sombong sekalipun seberat atom.
Dendam
Sifat ini sangat berbahaya baik secara
individu maupun kelompok/kehidupan sosial. Karena sifat ini akan
mendorong seseorang untuk menjatuhkan orang lain yang berbeda dengannya.
Ia ingin melihat orang yang menjadi lawan politiknya celaka. Ia akan
berusaha agar tidak ada orang lain yang menyainginya, baik dalam aspek
jabatan, kekayaan, pengaruh, ilmu dll. Ia gembira jika melihat orang
lain bernasib buruk, dan menderita, serta jatuh, agar posisinya tetap
eksis dan diakui orang lain. Rasulullah mengingatkan kepada kita agar
senantiasa waspada terhadap penyakit jiwa ini. Sebab penyakit ini akan
mudah merusak pergaulan hidup.
Jika kita mencermati carut marutnya
kehidupan manusia dari masa ke masa pokok pangkalnya adalah efek ketiga
penyakit jiwa tersebut. Yaitu: serakah, dengki, sombong dan dendam.
Usaha yang terpenting dalam mengatasi
gejolak sosial lanjut beliau, masing-masing individu dari anak bangsa
ini mengembangkan tiga sifat berikut:
Pertama, maafkanlah orang yang pernah berbuat zalim kepadamu (wa’fu man zhalamaka).
Kedua, berilah kepada orang yang pernah menghalangi pemberian kepadamu (wa’thi man haromaka).
Ketiga, sambunglah orang yang pernah memutuskan hubungan kepadamu (wa shil man qotho’aka).
Jika sikap senantiasa memberi kepada siapa
saja, apapun bentuknya pemberian itu, baik berupa materi dan immateri,
menjalin silaturahim dan menyebarkan pintu maaf maka rahmat Allah akan
senantiasa meliputi kehidupan mereka…
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء
وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS: Ali Imran (3) : 133-134).
oleh Shalih Hasyim
posted by @Adimin
Label:
OASE,
TOPIK PILIHAN