pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Ibu dan Karakter Bangsa

Written By mediapkspadang on 22 December, 2015 | December 22, 2015


Edisi Selasa, 22 Desember 2015, Hal 5 Kolom Opini*


Setiap 22 Desember kita memperingati Hari Ibu. Peringatan ini kita pahami sebagai bentuk pengakuan sekaligus penghormatan terhadap peran dan arti penting ibu dalam membangun bangsa.

Tentu saja peringatan ini tidak boleh sekadar seremonial dan simbolisasi, tapi harus menjadi momentum untuk lebih membuka ruang bagi optimalisasi peran ibu sebagai pendidik utama (dan pertama) dalam ”sekolah” pertama yang bernama keluarga. Ibu merupakan jantung kehidupan karena setiap orang lahir dari rahim seorang ibu.

Secara hakiki rahim seorang ibu memberikan pelajaran yang luar biasa bagi seorang anak. Rahimnya tidak saja memberikan nutrisi yang menumbuhkan janin, tapi juga menghadirkan ikatan (bonding ) cinta dan kasih sayang pada diri anak. Ketika seorang anak lahir di dunia, cinta dan kasih sayang ibulah yang membesarkannya.

Cara ibu menyusui dan menyapih adalah pelajaran tentang menumbuhkan masa depan. Sementara cara ibu menggendong dan menatahnya berjalan adalah pelajaran tentang memeluk dan mewujudkan harapan. Dalam ajaran agama posisi dan kedudukan seorang ibu tak terbantahkan.

Bahkan disebutkan dalam sebuah Hadits Nabi bahwa keridaan Allah terletak pada keridaan orang tua. Ibu adalah orang tua yang utama karena dalam Hadits yang lain disebutkan bahwa surga itu di bawah telapak kaki ibu. Pun, Rasulullah SAW memuliakan seorang ibu tiga kali lebih besar dari seorang ayah.

Dalam sebuah Hadits sahih yang diriwayatkan oleh Bukhori-Muslim disebutkan ”Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan berkata, alaihi wasallam dan berkata, Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbaktipertamakali?

Nabishalallaahu Nabi shalallaahu alaihi wasallam menjawab, alaihi wasallam menjawab, Ibumu!Ibumu! Dan, orang tersebut kembali bertanya, Dan, orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi?Kemudian siapa lagi? Nabi shalallaahu Nabi shalallaahu alaihi wasallam menjawab, alaihi wasallam menjawab, Ibumu!Ibumu!

Orang tersebut bertanya kembali, Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi?Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Beliau menjawab, Ibumu. Ibumu. Orang tersebut bertanya kembali, Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi, Kemudian siapa lagi, Nabi shalallahu Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab, alaihi wasallam menjawab, Kemudian ayahmu.”

Ibu dan Visi Kebangsaan
Melihat kedudukan strategis seorang ibu tersebut, sudah seharusnya upaya pemuliaan, penghormatan, serta pengakuan terhadap peran-peran ibu dalam mendidik generasi diafirmasi dalam kebijakankebijakan pemerintah dan negara. Negara harus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi optimalisasi peran tersebut serta bagi pemuliaan dan penghormatan ibu sebagai jantung kehidupan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang dibangun di atas fondasi nilai dan karakter kemanusiaan yang hakiki dan nilai-karakter itu ditransformasikan sejak dini melalui peranperan pengasuhan seorang ibu dalam sekolah keluarga. Bukan saja membangun bangsa, seorang ibu sejatinya juga mencetak pemimpin bangsa yang unggul melalui pendidikan kepribadian yang ditanamkan sejak dini. Ahli psikologi menyatakan bahwa seorang manusia melewati masa-masa perkembangan kemampuan dan internalisasi nilai-karakter sepanjang hidupnya.

Usia emas (the golden age ) manusia itu ada pada masa anak-anak (khususnya fase usia 0-4 tahun) karena kecerdasannya terbangun 50% dari total kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18 tahun. Jadi, by scientific masa tersebut sangat menentukan tumbuh kembangnya sebagai generasi yang akan mengisi masa depan bangsa ini. Fase tersebut ada dalam peran pengasuhan seorang ibu (bersama ayah tentu saja).

Jika kita menyadari bukti ilmiah (scientific evidence ) tersebut dikaitkan dengan upaya membangun kebangsaan yang berkarakter, sudah semestinya kita memfokuskan energi dan kebijakan negara pada upaya optimalisasi peran ibu (orang tua) sebagai pendidik generasi. Artinya, harus ada keberpihakan negara untuk melindungi dan mempromosikan peran ibu dan keluarga, dan itu dituangkan dalam kebijakan yang konkret dan bersifat masif menjadi sebuah gerakan kolektif.

Realitas hari ini bangsa kita menghadapi tantangan (sekaligus ancaman) nilai-karakter yang pada gilirannya akan mengoyak identitas kita sebagai sebuah bangsa. Masifnya budaya liberal telah menggeser sendi-sendi kehidupan sosial, bahkan negara. Masyarakat menjadi permisif, abai pada nilai-nilai luhur, yang berekses luas pada maraknya pergaulan bebas, kelahiran di luar nikah, aborsi, pornografi dan pornoaksi, narkoba, dan berbagai penyakit sosial lainnya seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Kemampuan keluarga untuk mentransformasi nilai-nilai luhur dan karakter kebangsaan nyatanya kalah cepat dengan masifnya budaya yang merusaknya. Hal ini harus menjadi peringatan keras bagi para pemimpin dan guru bangsa bahwa jika kita tidak mampu menghadirkan solusi yang efektif, akan menjadi ancaman serius bagi visi kebangsaan kita ke depan. Solusi itu ada pada revitalisasi peran ibu dan keluarga.

Tawaran Kebijakan

Bagaimana model kebijakan negara yang mempromosikan optimalisasi peran ibu/orang tua/keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkarakter? Bagi penulis, hal itu dapat dilakukan jika negara fokus dan berpihak pada upaya untuk memperkuat ketahanan keluarga. Secara elementer ketahanan keluarga menempatkan ibu (orang tua) sebagai pendidik dan pengasuh utama bagi anakanaknya.

Konsep ini akan memanggil setiap ibu Indonesia untuk kembali dan mengambil peran tanggung jawab penuh atas pengasuhan anak-anak mereka. Artinya, para ibu dan orang tua harus mengikuti, mendampingi, mengupayakan, dan tidak bisa abai pada perkembangan anak-anak mereka. Konsepsi tersebut secara tegas merupakan upaya mengarusutamakan keluarga (family mainstreaming ) dalam kehidupan, yang secara implementatif membutuhkan transformasi kebijakan negara terhadap dunia pendidikan secara luas.

Tanggung jawab pendidikan anak tidak bisa lagi dilepas begitu saja pada institusi pendidikan formal tanpa melibatkan orang tua. Sebaliknya, orang tua diberikan ruang dan peran-peran yang optimal dalam mengetahui, mendampingi, serta mengupayakan peningkatan dan perkembangan pendidikan anak-anak mereka.

Konsepsi ini juga membutuhkan lingkungan yang kondusif bagi terlaksananya peran-peran orang tua, khususnya ibu, secara optimal. Antara lain diwujudkan dengan pemberian hak cuti hamil dan menyusui bagi ibu bekerja yang memadai untuk memberikan hak-hak anak di masamasa golden age mereka.

Perusahaan atau kantor ibu bekerja juga harus terus didorong untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar ikatan (bonding ) antara ibu dan anakanak mereka tetap terjaga antara lain dengan mengupayakan tempat pengasuhan anak (day care ) di lingkungan perusahaan/ kantor mereka.

Terakhir, secara luas negara harus terus hadir mengampanyekan family mainstreaming ini dengan menyosialisasikan dan memberikan bekal pengetahuan dan wawasan kepada para ibu (dan calon ibu) tentang pentingnya pengasuhan dan pendidikan anak-anak.

Argumentasinya sederhana: negara harus menjamin terwujudnya generasi bangsa yang berkarakter, dan itu lahir dari ibu yang memahami dan melaksanakan peran sebagai pendidik dan pengasuh utama generasi. Semoga keberpihakan negara ini ke depan akan menjadi kado indah bagi ibu Indonesia. Selamat Hari Ibu!

H Jazuli Juwaini, MA
Ketua Fraksi PKS DPR RI




posted by @Adimin

Silaturahim ke Presiden RI, PKS Ingin Komunikasi Politik Kuatkan Kebijakan Prorakyat

JAKARTA (21/12) - Pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melakukan silaturahim ke Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo sebagai bagian dari menjalin komunikasi politik PKS dengan berbagai elemen bangsa.

Presiden PKS Sohibul Iman didampingi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Mardani Ali Sera, Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman, Ketua Bidang Politik, Hukum, dan HAM (Polhukam) Al-Muzzammil Yusuf, Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Wirianingsih, dan Ketua Bidang Pekerja, Petani dan Nelayan (BPPN) Ledia Hanifah Amalia. Jajaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS bertemu Presiden Jokowi, Senin (21/12) di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Sohibul Iman, rencana untuk bersilaturahim ke berbagai elemen politik merupakan program kepengurusan PKS periode 2015-2020 sebagai bagian dari upaya membangun suasana kondusif dalam politik dan kenegaraan.

“Jika parpol punya hubungan yang baik dengan berbagai elemen politik bangsa, maka banyak hal terkait kepentingan rakyat yang bisa diselesaikan dengan baik dengan mengutamakan kepentingan rakyat,” ujar Sohibul Iman.

Silaturahim ini, lanjut Sohibul, tidak akan mengubah posisi PKS sebagai partai oposisi loyalis. PKS akan tetap bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat, dan mendukung program-program pemerintah yang dibuat untuk kebaikan bangsa.

Silaturahim ini juga tidak akan mengubah posisi PKS di Koalisi Merah Putih (KMP). “PKS tetap berada dan terikat dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada di KMP,” tandas Sohibul.

Selain bersilaturahim, ujar Sohibul Iman, PKS juga menyampaikan pemikiran terkait dua hari besar yang diperingati secara nasional maupun internasional dalam waktu dekat ini. Kedua hari besar tersebut adalah Hari Buruh Migran Internasional dan Hari Ibu.

“Terkait pekerja migran, kami meminta Pak Jokowi dan kabinet dapat menekan tingkat pengabaian hak-hak pekerja migran. Sementara terkait Hari Ibu, PKS juga meminta pemerintah dapat terus meningkatkan perhatian pada upaya pengarusutamaan keluarga dan ketahanan keluarga,” ungkap pria kelahiran Tasikmalaya, 50 tahun lalu ini.

Terakhir, Sohibul Iman juga menyampaikan tentang rencana PKS menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada pertengahan bulan Januari 2016 mendatang, sebagai bagian dari konsolidasi kepengurusan baru PKS. [pks.id]

Keterangan Foto: Suasana silaturahim


posted by @Adimin

Sohibul Iman Menangis Bacakan Puisi untuk Ibunda


JAKARTA (21/12) – Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman membaca puisi dalam peringatan Hari Ibu di Kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (21/12/2015).

Suasana haru memenuhi ruang acara saat ia menitikkan air mata dan terbata membacakan puisi yang ditulis sendiri olehnya untuk sang Almarhumah Ibunda.

“Puisi ini saya tulis persis di hari wafat Ummi, tepatnya setelah pemakaman. Saya masuk kamar dan mulai menuliskannya,” kata pria yang akrab disapa Kang Iman itu sebelum membacakan puisinya.

Kang Iman menuturkan pada bait keenam puisinya menceritakan proses wafat sang Ibu. Kala itu pertengahan November 2005, Kang Iman terus menerima telepon yang mengabarkan kondisi Ibunda. Sekitar pukul 10 pagi, Kang Iman menerima kabar duka saat berkantor di Universitas Paramadina.

“Ummi wafat dengan cara yang indah. Almarhumah tersenyum dengan Al Quran terbuka di sisinya. Saat itu di samping Almarhumah juga terdapat telepon rumah yang sering digunakan untuk menelepon putra-putrinya di pagi hari. Ummi dimakamkan selepas Ashar. Kami semua iri,” lirihnya.

UMMI

Semakin terasa nilai seorang Ibu,

rahimnya melingkupi denyut nadi dunia,
ada rasa hambar hidup tanpa dia

Ibulah yang membisikiku dengan suara hatinya

senantiasalah empati dan simpati pada penderitaan orang lain

Dia yang mengajariku dengan contohnya

bertegur sapa dan bermurah senyumlah kepada semua orang

Dia yang selalu mengingatkanku dengan bijak tentang kemuliaan

bukan harta, tapi ilmu dan kesahajaan

Di atas semua itu,

do'a-do'anya setiap saatlah yang mendatangkan kebaikan-kebaikan Allah kepada putra-putrinya

Dan kemarin, Allah melaluinya mengajariku tentang cara menjemput ajal yang baik

dengan senyum dan Alquran di sisinya

Ummi,
 
rehatlah di sisi Sang Kekasih,
kau telah menuntaskan tugas muliamu,
nikmatilah dekapan hangat Kekasih kita bersama

Tunggulah di surga-Nya,

putra-putri, menantu, cucu, cicit, handai taulan, dan karib-kerabat akan datang menyusulmu walau dengan bekal yang jauh lebih sedikit dari milikmu
Ummi,

kami akan berusaha meniru kebaikan-kebaikanmu, agar dapat berkumpul lagi di surga-Nya,
Amiin..

Tasikmalaya, 13 Syawal 1426 H / 15 Nopember 2005
 
Kami, yang kehilanganmu
Namun Ikhlas, karna kau bahagia di sisi-NYA

Keterangan Foto: Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menangis saat membacakan puisi dalam peringatan Hari Ibu di Kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (21/12/2015).
 




posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger