pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Keteladanan Melahirkan Manusia Beradab

Written By NeO on 10 August, 2017 | August 10, 2017

Abdullah Nasih Ulwan berpendapat, keteladanan merupakan kunci dari pendidikan akhlak seorang anak


Oleh: Arsyis Musyahadah


Abdurrahman an-Nahlawi dalam kitab Ushul at-Tarbiyah al-Islamiyah mengatakan, pengaruh yang tersirat dari sebuah keteladanan akan menentukan sejauh mana seseorang memiliki sifat yang mampu mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan ilmu pengetahuan, kepemimpinan atau ketulusan.

Dalam pendidikan, keteladanan pendidik merupakan faktor yang dapat melahirkan kepribadian bagi seorang anak didik. Keberhasilan anak didik adalah indikator kesuksesan seorang pendidik tersebut.

Keberhasilan yang dimaksud di sini bukan hanya dalam bidang intelektual, melainkan anak didik yang berhasil adalah yang memiliki akhlakul karimah (akhlak yang mulia).

Pendidikan yang sukses selalu melihat pada anak didik, sebagai objek pendidikan. Anak didik yang sukses merupakan produk dari pendidik yang sukses. Ketika ingin mengindentifikasi pendidik yang cerdas, maka lihatlah anak didiknya.

Ibn Sina mengatakan, guru yang baik adalah guru yang cerdas, mengetahui cara mendidik anak, dan cakap dalam mendidik anak.

Senada, Abdullah Nasih Ulwan berpendapat, keteladanan merupakan kunci dari pendidikan akhlak seorang anak.

Allah berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (QS. An-Nisa’ [4]: 48).

Disayangkan, negeri yang telah memiliki enam Undang-Undang Pendidikan Nasional ini sedang mengalami krisis keteladanan.

Sebelumnya pernah dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan, kualitas guru di Indonesia sangat memprihatinkan.

Terbukti dengan banyaknya guru yang tidak mengembangkan potensi diri. Sebagiannya hanya memahami bahwa tugas sebagai pendidik tak lebih dari rutinitas  mengajar dan menuntaskan kriteria pembelajaran atau kurikulum yang dibebaninya.

Guru demikian, biasanya cenderung abai apakah muridnya paham atau tidak paham atas penyampaiannya. Mereka hanya peduli bahwa RPP dan materi pelajaran telah dipenuhi dan tuntas dilaksanakan.

Dalam pendidikan Barat sekular, guru hanya mengajarkan ilmu pengetahuan yang cukup diketahui dan tidak perlu diterapkan.

Guru tidak wajib memiliki kepribadian yang baik, sehingga pendidikan keteladanan tidak dapat berlangsung atau kurang maksimal.

Mirisnya kondisi di atas mulai merambat ke sebagian di negeri ini. Guru datang ke sekolah hanya mengajar dengan metode yang menjenuhkan.

Sekadar mengecek apakah muridnya mengerjakan tugas yang diberikan, kemudian menghukum murid yang mendapat nilai rendah dalam ujian.

Ketiadaan keteladanan berpengaruh pada kepedulian guru terhadap muridnya. Guru lebih gelisah ketika sang murid tak dapat menjawab soal ujian daripada muridnya yang sengaja meninggalkan shalat.

Tak banyak guru yang mengetahui bagaimana latar belakang dan perkembangan muridnya di kelas.

Sikap acuh seperti inilah yang dikhawatirkan oleh sebagian orang tua yang telah mengamanahkan anaknya untuk dididik di sekolah.

Terkadang, kepedulian guru hanya sebatas pada lingkungan sekolah. Jadi ketika seorang anak melakukan kenakalan di luar sekolah, guru pun tidak menunjukkan kepeduliannya.

Lebih jauh, kondisi di atas mengantar murid tidak bisa memahami urgensi dan tujuan dalam menuntut ilmu. Sehingga mereka cenderung meremahkan ilmu.

Padahal ilmu memiliki kedudukan tinggi dalam ajaran Islam. Kewajiban seorang murid bukan hanya untuk memahami ilmu, tapi juga mengamalkan ilmu yang dipahami.

Sorang murid harus memiliki adab terhadap guru dan aktivitas keilmuan. Karena dengan adab, murid itu bisa khusyuk kepada Allah.

Oehnya, jika seorang murid yang cerdas secara intelektual tapi berperilaku buruk. Maka tak bukan, itu difaktori dengan ilmu yang tak berkah.

Burhanuddin Az-Zarnuji pernah berkata, banyak dari para pencari ilmu yang sebenarnya mereka sudah bersungguh-sungguh menuntut ilmu, namun mereka tidak merasakan nikmatnya ilmu.

Hal ini disebabkan mereka meninggalkan atau kurang memperhatikan adab dalam menuntut ilmu.

Fenomena loss of adab (hilangnya adab) dalam pendidikan patut menjadi alasan kecemasan segenap orangtua dan para guru.

Berbagai kasus amoral kian merebak dan bertambah. Nyaris kejahatan tak beradab itu tak henti setiap hari.

Sebagai sosok pelajar atau mahasiswa, bisa dikata mustahil jika mereka tak mengetahui bahwa perbuatan biadab tersebut sangat dilarang dan haram hukumnya dalam Islam.

Pastinya, bukan untuk menyalahkan sepihak kepada guru atau orangtua di sekolah dan di rumah. Tapi perlu diingat, keduanya memegang peran yang sangat vital dalam proses pendidikan.

Oehnya, pendidikan yang sukses adalah bukan pendidikan yang sekadar ditopang dengan gedung megah dan fasilitas mewah serta kurikulum yang wah saja.

Pendidikan yang berhasil adalah ketika sng gukewajibannya sebagai pendidik. Yaitu mengajarkan ilmu dan menanamkan adab kepada murid-muridnya.

Bukan cuma memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowldge) tapi juha memindahkan nilai dan kepribadian (transfer of value).  Dengan prinsip demikian, niscaya guru menjadi sosok teladan dan murid menjadi pribadi beradab

 

posted by @Adimin

Peran Pemuda untuk Realisasikan Pancasila dan Keutuhan NKRI


Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menyampaikan bahwa sosialisasi Empat Pilar MPR RIdilaksanakan untuk melaksanakan perintah UU yaitu UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD menugaskan Pimpinan MPR untuk menyosialisasikan Pancasila, UUD NRI tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan salah satu tujuannya adalah untuk merespon aspirasi dari masyarakat.
 
Hidayat Nur Wahid mengatakan MPR tidak mungkin sendiri dalam melakukan sosialisasi sebab jumlah anggota MPR terbatas. Selain itu, MPR juga disibukan oleh aktivitasnya di DPR dan DPD sebab anggota MPR adalah anggota DPR dan DPD. Di kedua lembaga itu, menurut Hidayat Nur Wahid sangat luar biasa kesibukannya padahal yang perlu disosialisasikan adalah hal-hal yang mendasar.

Hidayat Nur Wahid mengungkapkan sejak dirinya menjadi Ketua MPR periode 2004-2009, sosialisasi ini sudah dilakukan. Pada saat itu namanya Sosialisasi Putusan MPR, kemudian periode 2009-2014 menjadi Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan tetapi setelah ada keputusan MK kini namanya Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Hidayat berharap agar dalam sosialisasi ini pemerintah mengambil peran yang besar sebab jaring-jaring kekuasaan pemerintah hingga sampai daerah, sedangkan anggota MPR jumlahnya terbatas.

Perlunya keterlibatan pemerintah dalam mensosialisasikan Pancasila, keinginan itu telah disampaikan MPR pada masa pemerintahan Presiden SBY serta masa pemerintahan Presiden Jokowi. Dan saat ini Hidayat Mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang telah membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKPPIP). Lembaga ini membantu Presiden dalam pemantapan Pancasila. "Alhamdulilah telah terbentuk unit kerja itu,” ujarnya.

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat membuka dan menjadi narasumber acara sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diselenggarakan oleh MPR bekerjasama dengan pengurus Yayasan Komunitas Insan Kreatif (KOMUNIKA) di Syailendra Convention Hall, Hotel Borobudur Indah, Kota Magelang, Sabtu (5/8/2017). Turut didampingi oleh anggota MPR Fraksi PKS Mardani Ali Sera Kepala Biro Pimpinan MPR RI Muhammad Rizal dan dihadiri 400 peserta sosialisasi dari Yayasan KOMUNIKA.

Dalam sosialisasi yang dihadiri oleh dan ratusan pelajar dan mahasiswa tersebut Hidayat Nur Wahid memaparkan sejarah dalam proses lahirnya Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dikatakan, sebenarnya Pancasila telah disepakati oleh para tokoh dan pendiri bangsa ini.
Pada saat ini banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila yang menyebabkan terjadinya kegaduhan politik. Untuk itu dirinya berharap kepada generasi muda yang terhimpun dalam Yayasan KOMUNIKA untuk mempertahankan Pancasila dengan serius. “Penting sekali kaum muda untuk merealisasikan Pancasila agar dapat memperjuangkan keutuhan NKRI," ujar Hidayat yang juga sebagai Wakil Ketua Majelis Syuro PKS


posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger