pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Habis-habisan untuk Dakwah, Ikhwah ini Allah Berikan 'Hadiah'...

Written By @Adimin on 14 January, 2013 | January 14, 2013

 
Gludak....gluduk... kerompyang….
 
Beberapa waktu lalu datanglah utusan HAMAS ke Balikpapan, Syaikh Shiyam dan Syaikh Abdul Azis bersama para pegiat peduli Palestina dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Jakarta. Mereka datang dalam rangka penggalangan dana untuk Palestina. Saat itu sedang terjadi perang Hijaratus sijjil di bumi Gaza.

Siang itu terik tak terperi.  Baling-baling kipas anginku sudah mematung lantaran dinamonya telah tamat riwayatnya. Mati mendadak beberapa hari silam terserang stroke hebat karena kebanyakan berputar sementara terjadi penyumbatan-penyumbatan debu pada celah kumparannya. Kipas angin itu tak ubahnnya hanya sebuah patung maniken yang tidak laku.

Aku dan isteriku duduk berhadapan sambil bercakap-cakap dalam suasana rumah panas karena bias matahari yang mengurung rumah kami.

Aku: “Mi… kau tahu kan betapa kalau mendengar Palestina bergetar rasa tubuhku ini. Mendidih darahku hendak pergi berperang melawan Israel terlaknat. Tapi tak mungkin pula aku kesana. Paling-paling nanti ngerepotin tentara HAMAS saja, mereka repot jagain aku karena tak paham medan. Besok ada penggalangan dana untuk Palestina oleh KNRP. Masih adakah uang kita?”

Isteriku: “Aih, tak ada uang lagi kita abi, kecuali buat makan 10 hari. Tahu kan ini bulan tua? Belum gajian”.

“Ah iya… kenapa pula bulan, kau  ini cepat kali tuanya? Ini KNRP juga tak pandailah cari momen. Masak menggalang dana bulan-bulan tua begini. Tak punya almanak kah mereka ini bah? Ah memang kantor aja yang tidak mau beda dikit. Coba gajian tiap hari aja, tak usah tunggu akhir bulan.” Menggerutu aku cari kambing hitam. Padahal memang begitulah saban bulan. Besar pasak daripada tiang.

Isteriku semakin cepat mengibas-ngibaskan potongan kardus aqua yang dibuatnya kipas angin manual. Keringatnya mulai kering. Akhirnya aku perintahkan ia untuk mengumpulkan semua uang yang tersisa untuk disumbangkan ke Palestina dalam penggalangan dana besok. Kecuali hanya sedikit untuk beli bensin kendaraan. Urusan makan nanti ajalah, Allah yang atur ujarku. Isteriku yang solehah itu mengangguk saja menurut. Singkat cerita esoknya ramailah manusia berdesakan menyaksikan konser amal Opik, Sulis dan Grup Nasyid Shoutul Harokah di hotel Novotel Balikpapan.

Setiap ada yang menyumbang atau membeli barang lelang amal dalam jumlah besar, hatiku merinding. Ada yang membeli sorban Opik lima juta. Ada yang menawar delapan juta. Airmataku bercucuran. Aku demi Allah iri terhadap mereka. Seolah mereka berlomba memboking kamar di Surga. Aku tersudut dalam jasad miskin nan papa ini melantunkan potongan ayat Al-qur’an yang menurutku sangat cocok dengan kondisiku: “...lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infaqan” (QS: At-Taubah :92).

Ketika tiba waktu melelang syal rajutan keluarga Ismail Haniya dan ditandatangani oleh perdana menteri Hamas itu, suasana tegang. Dibuka harga dua puluh juta. Lalu naik perlahan-lahan dua puluh delapan juta, tiga puluh juta, enam puluh juta. Aku hampir pingsan tak berdaya. Kembali surah at-taubah ayat 92 mengiang-ngiang di telingaku. Akhirnya syal itu tutup harga tujuh puluh dua juta rupiah. Dibeli oleh sepasang pengantin muda yang tengah menanti kelahiran anak pertama mereka.

Lututku bergetar dan akhirnya jatuh terantuk ke atas lantai. Disusul jatuhnya airmataku setetes demi setetes. Allah… betapa beruntungnya orang kaya hari ini. Sungguh tak pernah aku iri kepada seorang kecuali hari ini. Aku hancur lebur dalam keharuan dan penyesalan. Dadaku berdegup kencang.

Belum selesai hatiku berdebam-debam dimumumkan pula kalau ada yang menyumbangkan rumahnya di Samarinda dan ada yang menyumbangkan mobilnya. Hampir saja aku pingsan. Kering kerontang tenggorokanku. Dehidrasi menahan dahaga iman yang bergejolak. Sungguh Allah hadirkan aku dalam suasana iman yang misterius ini dan menyaksikan iman orang berkelebatan menyambut seruan jihad maali. Aku hanya ternganga menatap langit-langit gedung. Hanya sanggup memancang niat, andai saja aku punya sekarung emas, akan ku-infaq-an hari ini untuk jihad Al-Aqsa.

Sudahlah tak sanggup lagi bercerita banyak mengisahkan hari indah itu. Aku dan isteriku beserta keempat anakku pulang kembali ke rumah.

Tiba di rumah aku kembali dalam suasana panas terik mengepung rumah. Aku dan isteriku duduk berhadapan. Di samping mayat kipas angin. Isteriku mengambil kembali potongan kardus untuk menjadi kipas angin manualnya.

Aku:  “Umi aku lapar, ayo makan yok!”

Aku sedikit berteriak kepada isteriku yang beranjak sebentar menghidupkan mesin cuci tua. Dari pagi pakaian itu disitu belum sempat dicuci.

Isteriku: “Hendak makan apa kita bi? Tak ada beras. Tak ada lagi uang.”

Aku: “Astaghfirullah. Iya ya? Wah bagaimana ini? Kasihan anak-anak belum makan semua lagi.”

Suasana hening. Aku menepuk jidatku sendiri dan menggenggam rambut berpikir keras cari akal untuk menghadirkan makanan. Aku butuh uang paling tidak lima puluh ribu rupiah untuk beli beras lima kiloan cap kura-kura. Supaya bisa hidup sepuluh hari dengan itu. Atau paling tidak seminggu sampai gajian.

Lama aku terdiam buntu pikiran dan tak karuan rasa. Anak-anak sudah bergelimpangan di lantai lemas lapar bercampur ngantuk. Tiba-tiba ada suara gemuruh:  “gludak-gluduk kerompyang…. gludak-gluduk kerompyang…. gludak-gluduk kerompyang….”

Aku saling bertatapan dengan isteriku. Lalu kami sama-sama berlari menuju sumber suara. Ternyata berasal dari mesin cuci yang memutar cucian tidak balance sehingga inner bucket-nya menyentuh housing tidak karuan menghasilkan suara ribut (noise) yang ekstrim.

Isteriku membuka penutup mesin cuci. Demi melihatnya kedalam betapa terkejutnya kami berdua. Pakaian yang ada semua membentuk lingkaran menempel pada dinding inner bucket dan membuat pola huruf O. Ini wajar karena efek sentrifugal akan membuat pakaian itu terlempar ke radius terluar dinding itu. Namun yang membuat kami terkesima adalah di bagian tengah lingkaran pakaian itu tepat didasar bucket bercokol sebuah lembaran kertas kumal berwarna kebiru-biruan.

Subhanallah. Maha suci Allah yang mengirimkan selembar uang lima puluh ribu rupiah ke dalam mesin cuci kami. Secara spiritual tentu saja Malaikat lah yang telah diperintahkan Allah untuk mengirim uang itu ke dalam mesin cuci kami dan mendramatisirnya dengan senandung “gludak-gluduk kerompyang….”. Tapi secara ilmiah tentu saja ini adalah lembar uang yang terlupa di kantong celana dan ikut tercuci. Secara tidak sengaja keluar dari kantong karena efek sentrifugal putaran mesin cuci. Tapi entah kapan dan di kantong celana yang mana aku tak tahu.

Kami bersorak kegirangan. Aku tancap gas ke mini market membeli beras cap kura-kura lima kilo. Kami pun hidup bertahan sampai gajian. Meski hanya dengan lauk kerupuk dan kecap.


Balikpapan-Batuampar, 26 Shafar 1434H

*Ibnu Ismail, Kabid GMPro DPD PKS kota Balikpapan - Kaltim

posted by Adimin

PKS: Jangan Lihat Nomor Urut, Tapi Track Record



JAKARTA (14/1) - Hari ini, 10 partai politik yang telah dinyatakan lolos sebagai peserta Pemilu 2014 akan mengambil nomor urut parpol sebagai peserta. Pelaksanaan pengundian akan dilakukan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), berapapun nomor urut parpol yang akan dipilih bukan masalah besar. Yang terpenting, masyarakat harus cerdas dalam memilih parpol dengan track record bersih, bukan sekadar nomor urut.

"PKS yakin masyarakat nantinya tidak akan bisa dibodohi dengan sekedar nomor urut partai politik. Masyarakat pasti akan menilai parpol dari track record parpol tersebut terutama aspek bersih dari korupsi, komitmen penegakan hukum dan kerja nyata di tengah masyarakat," ujar Ketua bidang Kebijakan publik DPP PKS Hidayat Nurwahid, Senin (14/1/2013).

Oleh karena itu, menurut ketua Fraksi PKS DPR RI ini, PKS merasa nyaman dengan nomor urut berapapun, meski secara pribadi dia berharap PKS mendapat nomor urut di bawah angka lima.

Hidayat juga berharap KPU memberi ruang jika tuntutan partai-partai yang tidak lolos verifikasi dipenuhi pihak-pihak berwenang. PKS sendiri merasa tidak nyaman dengan tidak lolosnya beberapa partai yang merupakan representasi wajah Indonesia sejak dulu. Dia mencontohkan Partai Damai Sejahtera yang ikut meramaikan Pemilu lalu, kini dinyatakan tidak lolos oleh KPU.

"Yang paling kami sesalkan adalah tidak lolosnya partai yg merupakan representasi umat kristiani yaitu PDS," tutur mantan Ketua MPR ini.

posted by Adimin

Ilmuwan Muslim Pendiri Ilmu Kesetimbangan



Ilmuwan Muslim terpandang di zaman kekuasaan Dinasti Abbasiyah ini dikenal sebagai ahli matematika. Menurut JJ O'Connor dan EF Robertson, matematikus Muslim dari abad ke-9 M itu telah berjasa dalam meletakkan dasar-dasar matematika modern.

Ia memainkan peran penting dalam penemuan hitungan integral, geometri analitik, dalil trigonometri lingkaran serta konsep angka-angka riil.

“Dalam ilmu mekanik, dia adalah seorang pendiri ilmu statika (ilmu kesetimbangan),” ujar O'Connor  dan Robertson dalam tulisannya tentang biografi sang ilmuwan.  Si jenius dari Harran, Mesopotamia (Turki) itu pun menguasai ilmu astronomi. Dalam bidang luar angkasa ini,  sejarah mencatatnya sebagai salah seorang pembaharu pertama terhadap sistem ptolemeus.

Sang matematikus Muslim yang berotak encer itu bernama Thabit Ibnu Qurra.  Nama lengkapnya Thabit Ibn Qurra Ibn Marwan al-Sabi’al-Harrani. Ia Terlahir pada tahun 836 di Harran, Mesopotamia – sekarang Turki. Awalnya, dia adalah anggota sekte Sabian – kelompok penyembah bintang.  Lantaran menuhankan bintang, anggota sekte ini sangat termotivasi untuk mempelajari astronomi. 

Pada zamannya, sekte ini telah melahirkan sederet astronom dan matematikus berkualitas. “Sekte ini memiliki hubungan yang kuat dengan Peradaban Yunani, sehingga mengadopsi kebudayaannya,” papar O'Connor dan Robertson. Ketika Islam berkembang makin meluas, sekte Sabian yang awalnya berbahasa Yunani akhirnya berada dalam kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

Perlahan namun pasti, anggota sekte Sabian pun mulai memeluk Islam. Mereka pun mulai menggunakan bahasa Arab mengganti bahasa Yunani.  Sejumlah dokumen menyebutkan pada usia muda, Thabit berprofesi sebagai pedagang penukaran mata uang. Ini menunjukkan bahwa Thabit berasal dari keluarga berada dan berpengaruh di komunitasnya.

Sejak muda, Thabit dikenal sangat cerdas. Ia menguasai bahasa Arab, Yunani dan Syriac. Suatu hari, seorang ilmuwan terkemuda dari Baghdad Muhammad ibnu Musa ibnu Shakir berkunjung ke Harran. Ia sungguh terkagum-kagum dengan pengetahuan bahasa yang dikuasi Thabit muda. “Sungguh seorang anak muda yang sangat potensial,” cetus  Ibnu Musa.

Sang ilmuwan pun kemudian menyarakan agar Thabit hijrah ke Baghdad – kota metropolis intelektual.  Ibnu Musa memintanya agar mau belajar matematika pada dirinya dan saudaranya. Tawaran itu tak disia-siakan Thabit. Ia pun hijrah meninggalkan tanah ke lahirannya untuk menimba ilmu matematika dan belajar kedokteran di Baghdad.

Setelah menamatkan pendidikannya, dia sempat kembali ke kota kelahirannya Harran. Sayangnya, dia tak harus berhadapan dengan pengadilan lantaran pemikirannya yang dianggap berbahaya. Guna menghindari hukuman, Thabit pun lari ke Baghdad. Di pusat pemerintahan Abbasiyah itu dia mengaddikan dirinya sebagai astronom istana. Thabit pun berada dalam lindungan Khalifah Al-Mu'tadid – salah seorang khalifah Abasiyah yang terkemuka.

Kemampuan Thabit dalam bahasa Arab dan Yunani dimanfaatkan khalifah. Thabit diminta untuk menerjemahkan teks-teks berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Sebagai ahli matematika, Thabit pun menerjemahkan dan merevisi  karya-karya besar yang semat ditulis Peradaban Yunani.

Meski bertugas untuk menerjemahkan karya-karya besar, bukan berarti  Thabit hanya menjiplak pengetahuan dari Yunani.  Berbekal kecerdasannya, ilmuwan Muslim yang brilian ini justru telah menemukan sederet  penemuan yang sangat penting bagi perkembangan ilmu  matematika.

Selain itu,  Thabit juga berjasa dalam mengembangkan ilmu astronomi.  Karya Thabit dalam astronomi yang terkenal berjudul Concerning the Motion of the Eighth Sphere. Selain itu, sang ilmuwan juga mempublikasikan hasil pengamatannya tentang Matahari. Hingga kini, tak kurang dari delapan risalah yang ditulisnya pada abad ke-9 M tentang astronomi masih eksis.

Thabit pun  telah memainkan peranan yang sangat penting  dalam menjadikan astronomi sebagai ilmu eksak. Ia telah menteorisasi hubungan observasi dan teori, mematematisasi astronomi serta fokus pada pententangan hubungan antara astronomi matematika dengan astronomi fisik.

Ia didapuk sebagai pendiri Ilmu Keseimbangan berkat kitab penting yang ditulisnya bertajuk Kitab fi'l-qarastun (Buku Kesimbangan Balok). Inilah karyanya yang monumental dalam bidang Ilmu Mekanik. Salah satu adikaryanya itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gherard of Cremona. Tak heran, jika karya Thabit itu menjadi sangat populer di dunia Barat. Melalui karyanya itu, Thabit mampu membuktikan asa-sas keseimbangan pengungkit.

Dalam bidang filsafat, Thabit pun banyak melahirkan risalah. Salah satu risalahnya yang masih eksis adalah hasil percakapannya dengan Abu Musa Isa ibnu Usayyid – muridnya yang beragam Kristen. Kepada Thabit Ibnu Usayyid banyak bertanya tentang berbagai hal dan semuanya dijawab Thabit. Risalah percakapan antara Thabit dengan muridnya itu hingga  kini masih ada. Risalah itu masih jadi bahan diskusi dan perdebatan.

Meski terpengaruh dengan Plato dan Aristotels, namun Thabit pun kerap mengkritisi ide-ide ilmuwan asal Yunani itu.  Thabit banyak mengoreksi pemikiran Plato dan Aristoteles, khususnya mengenai gerakan (motion). Hal itu tampak pada ide-denyanya yang didasarkan pada  penerimaan penggunaan pendapat mengenai gerakan dalam argumen-argumen geometrikalnya.

Semasa hidupnya, Thabit juga menulis risalah tentang logika,  psikologi, etika, klasifikasi ilmu, tata bahasa Syriac, politik, agama, serta kebudayaan  Sabian.  Jejaknya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dilanjutkan oleh  puteranya,  Sinan ibnu Thabit dan cucunya  Ibrahim ibnu Sinan ibnu Thabit. Kedua buah hatinya itu juga menjelma sebagai ilmuwan besar yang juga berkontribusi dalam mengembangkan matematika.

Thabit meninggal pada 18 Februari 901 di Baghdad. Meski begitu, jasa dan kontribusinya dalam beragam ilmu hingga kini masih dikenang.  Sosok dan kiprahnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan layak dijadikan contoh oleh generasi muda Muslim di era globalisasi ini.  “Hanya dengan menguasai ilmu pengetahuanlah, Islam akan bangkit dan menguasai dunia,”  ungkap Dr Youssef Chebli Phd, ketua World Islamic Mission Association. World Islamic Mission Association.
 

sumber : ROL
 
posted by Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger