pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Jabar dan Sumbar Raih Penghargaan Pemprov Pengelola Anggaran Terbaik

Written By Sjam Deddy on 26 February, 2014 | February 26, 2014


Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) memberikan penghargaan bagi kementerian dan lembaga serta pemerintah provinsi yang mampu mengelola anggarannya dengan baik pada 2013.

Ketua TEPPA, Kuntoro Mangkusubroto di Jakarta, Senin 24 Januari 2014 mengungkapkan, penilaian yang dilakukan bukanlah berdasarkan tingkat serapan anggaran. Namun, yang utama dinilai dari efektivitas dan efisiensi organisasi pelaksana dalam mengeksekusi anggarannya. "Hal tersebut menjadi kuncinya," kata Kuntoro.

Dia memaparkan, secara garis besar, kriteria penilaian kinerja yang menjadi penilaian antara lain, deviasi antara target dan capaian, besaran pagu anggaran, besaran belanja modal, karakteristik keluaran kegiatan, sebaran geografis pekerjaan, pelaksanaan e-procurement, hingga intensitas pelapor sebagai indikator.

"Poin-poin itu diberi pembobotan berdasarkan tingkat kepentingannya," ungkap dia.

Penilaian dilakukan berdasarkan skor 1-100 persen yang didapatkan kementerian dan lembaga atas kriteria yang telah ditetapkan. Penerima penghargaan tersebut yaitu:

Kategori Kementerian dan Lembaga

1. Kementerian Pekerjaan Umum (PU), dengan skor 82,4 persen (kinerja terbaik I).

2. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dengan skor 72,56 persen (kinerja terbaik II).

3. Lembaga Sandi Negara dengan skor 72,42 persen (kinerja terbaik III).

4. Badan SAR Nasional dengan skor 71,23 persen (kinerja memuaskan I).

5. Kementerian Agama dengan skor 70,95 persen (kinerja memuaskan II).

6. Kementerian Pertahanan dengan skor 70,62 persen (kinerja memuaskan III).

Kategori Pemerintah Provinsi

1. Kalimantan Timur dengan skor 80,86 persen (kinerja terbaik I).

2. Jawa Barat dengan skor 79,33 persen (kinerja terbaik II).

3. Jawa Timur dengan skor 76,88 persen (kinerja terbaik III).

4. Kepulauan Riau dengan skor 71,71 persen (kinerja memuaskan I).

5. Nusa Tenggara Barat dengan Skor 71,48 persen (kinerja memuaskan II).

6. Sumatera Barat dengan skor 70,84 persen (kinerja memuaskan III)


posted by @Adimin

"PKS Dimata Masyarakat" | Testimoni Yang Bikin Nangis

>



posted by @Adimin

Gen AMPM dari 34 Provinsi Siap Antarkan Anis Matta Jadi Presiden


Jakarta – Setelah terbentuk dan melakukan operasi senyap selama sekitar sebulan, Gen AMPM akhirnya muncul ke permukaan. Hal ini terkuak di acara Election Update bertema “PKS Di Mana-Mana, Di Mana-Mana PKS”, Selasa (18/2) lalu, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta.

Henry Baskoro, tim sukses Anis Matta, mengonfirmasi validitas desas-desus yang selama ini berkembang tentang tim pemenangan Anis Matta. “Kami sudah terbentuk sekitar sebulan. Sejak terbentuk hingga pagi tadi, sebenarnya kami melakukan operasi senyap. Hari ini, karena Pak Pres (presiden PKS –red) meminta presentasi, terpaksa kami muncul ke permukaan,” tuturnya.

Ketika ditanya perihal makna AMPM, pria asal Jakarta itu tidak langsung menjawab. “Tentang makna, nanti ada penjelasannya di akhir. Yang jelas, kami telah merancang tahapan-tahapan yang harus dilalui sampai beberapa bulan ke depan, meliputi operasi di dunia nyata dan maya, keterwakilan di seluruh indonesia, dan menganalisis perkembangan politik di tanah air. Dan sejauh ini, kami sukses di semua tahapan itu,” ungkapnya.

Sementara Irwan Indra, Koordinator Pusat Gen AMPM, menerangkan progres timnya. “Sampai saat ini, kami telah memenuhi keterwakilan di seluruh Indonesia. Per hari ini, jumlahnya sudah mencapai sekitar 3000 orang. Jumlah itu insya Allah akan terus bertambah secara eksponensial,” katanya, sambil menunjukkan daftar nama dan nomor telepon koordinator Gen AMPM seluruh Indonesia.

“Kita memang bergerak di luar struktur partai. Pak Anis memang menginginkan seperti itu, supaya struktur partai tetap fokus pada pemenangan PKS di pemilu legislatif. Maka relawan-relawan yang kami kumpulkan, mohon maaf kepada para petinggi PKS yang hadir di sini, mayoritas bukan kader. Mereka adalah masyarakat biasa yang setuju dengan gagasan Pak Anis, dan mereka disebut sebagai ‘Gen AMPM’,” beber pria asal Jogjakarta itu, yang disambut takbir oleh peserta. (DLS/MFS/Anismatta.net)

posted by @Adimin

Ibu Cincu, Srikandi Humas Pertama Partai Keadilan di Sulsel

Pada apel siaga kader PKS se-Sulsel di Lapangan Hertasning (22/02), Presiden PKS, Anis Matta memanggil seorang ibu muda untuk naik ke atas panggung. Anis memperkenalkan bahwa perempuan yang akrab disapa Ibu Cincu ini adalah relawannya pada pemilu 1999 lalu, perempuan yang naik panggung ditemani anak laki-lakinya itu hanya tersenyum di hadapan ribuan kader PKS Sulsel. Banyak kader PKS yang tidak menjumpai pemilu tahun 1999 bertanya-tanya siapa gerangan Ibu Cincu dan bagaimana sepak terjangnya dalam agenda pemenangan pemilu tahun 1999 lalu. Untuk menjawab pertanyaan itu, tim media PKS Sulsel melakukan wawancara langsung dengan Ibu Cincu.

Sepak Terjang Dalam Bidang Humas

Pemilu tahun 1999 adalah moment bersejarah bagi perempuan bernama lengkap Wahidah Eka Putri itu. Banyak pengalaman yang tak terlupakan, mulai pengalaman unik, suka duka dan heroiknya memperjuangkan dakwah lewat Partai Keadilan (PK). Saat itu, Ibu Cincu masih tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, dia sudah memangku sebuah amanah di DPW PK Sulsel sebagai anggota tim Humas. Saat itu DPW PK diketuai oleh Surya Darma, dan Humas DPW PK diketuai Ali Arifin.

Sosok peramah ini adalah satu-satunya akhwat yang menjadi anggota tim Humas di Partai Keadilan Sulsel. Menurutnya, itulah sebabnya Anis Matta mengenal dirinya. “Saat itu jumlah kader masih sedikit, kita berbagi peran, saya diamanahkan masuk ke humas, satu-satunya akhwat.” kata Ibu Cincu.

Perempuan kelahiran 03 oktober 1974 ini mengaku bahwa menjadi Humas di tahun 1999 itu sangat menantang apalagi untuk ukuran Partai Keadilan yang saat itu baru seumur jagung. “Saat itu belum ada twitter, facebook seperti sekarang, mengundang media untuk meliput kegiatan Partai keadilan itu sangat susah. Disitulah tantangannya, bagaimana humas menghadirkan wartawan surat kabar, Televisi dan radio lokal untuk meliput acara kita.” Kenang ibu Cincu.

Menanggapi perkembangan humas PKS saat ini, ibu yang juga pengguna aktif sosial media itu mengaku sangat mengapresiasi seluruh humas PKS, karena bisa memanfaatkan teknologi informasi dengan baik. “Alhamdulillah melihat geliat dakwah di sosial media itu sangat positif.” Ungkapnya. Srikandi pertama humas Partai Keadilan Sulsel ini juga berpesan kepada humas PKS agar tidak kaku dalam berinteraksi dengan orang lain. “Sebagai humas kita tidak boleh kaku, harus cair, kesan ekslusif itu harus dihapuskan.” Pesan Ibu Cincu.

Jadi Relawan Anis Matta

Perumpuan yang berdarah campuran Bugis-Tionghoa itu ikut membersamai Anis Matta dalam sosialisasi sebagai caleg DPR-RI dapil 1 Sulsel. Dia menyertai Anis dalam anjangsana ke media-media lokal. “Saat itu Anis Matta belum menjadi siapa-siapa, dia bukan pejabat publik, jadi kemana-mana kita belum dikenal, termasuk saat kami kunjungan ke media.” Kata Ibu dari 3 anak ini.

Menjabat sebagai anggota tim Humas membuat waktu perempuan berpenampilan sederhana itu banyak tersita oleh kegiatan partai. Dia mengaku sering pulang malam karena agenda humas yang sangat padat. “Kami biasa rapat untuk merumuskan isu apa yang akan kita angkat ke media sampai larut malam.” Ungkapnya.

Pada pemilu 1999 dia masih berstatus lajang, menurutnya itu juga yang membuat waktunya lowong dalam agenda pemenangan. “Waktu itu masih lajang, kalau saat ini anak sudah tiga orang, jadi waktunya tidak lowong seperti dulu lagi.” Lanjut Perempuan berkacamata itu.

Beruntung saat itu Ibu Cincu dari keluarga yang berada, ayahnya menyiapkan fasilitas kendaraan berupa mobil untuk digunakan ke kampus, dengan mobil itu pulalah Ibu Cincu melaksanakan tugas dakwahnya sebagai humas.

Kisah Anis Matta dan Pengamen Losari

Sosok yang menamai dirinya Ibu Pembelajar ini mempunyai cerita unik tentang Anis Matta dan pengamen Pantai Losari. Menurutnya, Pria kelahiran Bone itu selalu memiliki ide-ide segar, contohnya pada tahun 1999 Anis Matta mengumpulkan pengamen Pantai Losari dan mengajarinya lagu Partai Keadilan, anak-anak itu kemudian mengamen di sepanjang pantai losari dengan menyanyikan lagu Partai Keadilan. “Jadi para pengamen itu menyanyikan lagu partai keadilan, Islam cinta keadilan, takkan takut akan rintangan.” Ungkap Ibu Cincu sambil menyanyikan lagu yang berjudul Islam Cinta Keadilan. Dia juga menceritakan tentang Anis Matta yang kadang ketiduran di mobil usai sosialisasi karena kelelahan. “Kadang pak Anis ketiduran di mobil, mungkin karena kelelahan sosialisasi.” Kenangnya.

Setiap kali datang ke Makassar dan berkunjung ke kantor DPW PK yang saat itu beralamat di jalan Maccini, Anis Matta selalu mengajak tim humas untuk keluar menyapa masyarakat di sekitar kantor. “Saya melihat bagaimana Anis Matta mengetuk pintu rumah warga dan memperkenalkan diri dari Partai Keadilan. Kami mengekor di belakang beliau turut menyapa masyarakat.” Kata Ibu Cincu dengan senyum dikulum.

Bersama Akhwat-Akhwat Tangguh

Bergabung dalam Partai Keadilan di awal-awal dakwah menggeliat membuatnya merasakan perjuangan para kader dalam sosialisasi dengan dana minim. Namun dia menyaksikan ketangguhan para akhwat yang rela berkorban untuk kerja-kerja dakwah, saat minim atribut karena terkendala dana, maka para akhwat mengumpulkan jilbab warna putihnya untuk disablon dengan logo Partai Keadilan. Menurutnya atribut seperti stiker dan bendera adalah barang mahal dan sangat susah didapat. “Kalau kita dapat stiker, ya Allah senangnya. Kita tempel dengan senang hati di rumah.” Kata Ibu Cincu mengenang perjuangannya di tahun 1999.

Jika ada event partai, akhwat yang jadi panitia konsumsi berkumpul pada malam hari untuk memasak konsumsi untuk acara besok, karena dana sangat kurang. “Dulu akhwat masak sendiri, sekarang alhamdulillah kan tidak repot lagi karena tinggal pesan catering jika ada event partai.” Lanjutnya.

Walaupun Partai Keadilan tidak lolos Electoral Threshold pada pemilu 1999 dan belum berhasil mengantar Anis Matta ke senayan, namun Wahidah Eka Putri tidak berputus asa. Saat PK harus berganti nama jadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada tahun 2003, Ibu Cincu tetap setia hingga saat ini.

Saat dirinya dipanggil naik ke panggung oleh Anis Matta di acara apel siaga kader PKS Sulsel, Ibu Cincu mengaku kaget dan tidak menyangka bahwa Presiden PKS masih mengenal dirinya. “Saya tidak menyangka pak Anis Matta masih kenal saya.” Pungkas Ibu Cincu menutup ceritanya.

Begitulah dakwah mengajari kita untuk selalu mengenang kebaikan saudara seperjuangan, besar atau kecil kontribusi itu tidak akan sia-sia. [MN/Tim Media PKS Sulsel]


posted by @Adimin

Sang Presiden PKS di Mata Sang Guru

Foto (kiri) Abdul Djalil Thahir bersama Anis Matta. (ist)

Sore itu, hujan masih turun malu-malu ketika tim media PKS Sulsel tiba di kediaman ustad Abdul Djalil Thahir, sosok berwajah teduh dengan senyum bersahabat menyambut kami di depan pintu. Sosok itulah yang diakui oleh Anis Matta telah membentuk karakternya sejak remaja, dan dari didikan sosok itu pulalah lahir orang-orang besar, dua diantaranya adalah Anis Matta dan Shamsi Ali, Imam Besar Amerika Serikat. Ditemani teh hangat, obrolan tentang sosok Anis Matta di mata Sang Guru mengalir dengan deras.

Santri Paling Kecil di Darul Arqam

“Dia bertubuh kecil tapi pemberani.” Abdul Djalil Thahir

Pada awal tahun 1980, seorang anak kecil datang bersama pamannya ke pesantren Darul Arqam untuk mendaftarkan diri sebagai santri baru, bocah itu bertubuh kecil dan kurus, dia adalah santri paling kecil diantara ratusan santri Darul Arqam, namun sorot matanya tajam melambangkan ketegasan dan kecerdasan. Santri kecil itu bernama Anis Matta. Pamannya yang bernama H. Mahmud menyekolahkan Anis Matta di pesantren yang didirikan oleh Ustad Abdul Djabbar.

Anis Matta, bocah berusia 11 tahun itu datang sebagai botol kosong yang siap diisi apa saja di pesantren. Maka didikan para pembina di pesantren membuat karakternya terbentuk dengan baik.

Dengan tubuh yang kecil, awalnya banyak santri yang tidak memperhitungkan Anis Matta, namun dengan berjalannya waktu, anak itu memperlihatkan kemampuannya, kecerdasannya dan kepawaiannya dalam berkata-kata membuatnya diakui oleh semua santri Darul Arqam, tak terkecuali Sang Guru, Abdul Djalil Thahir.

Sosok Cerdas dan Disiplin

“Di Pesantren ini, kalian harus siap “dipalu”, “digergaji”, kalian memang tidak merasakan manfaatnya saat ini, tapi kalian akan merasakan manfaatnya saat keluar nanti.” Abdul Djalil Thahir

Nasehat itulah yang sering diulang oleh Abdul Djalil di depan semua santri Darul Arqam, Abdul Djalil saat itu adalah guru bahasa arab di pesantren tersebut. Dia adalah guru yang sangat disiplin, tidak pernah terlambat masuk mengajar.

Darul Arqam mengajarkan para santrinya untuk hidup disiplin, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali semua ada aturannya. Abdul Djalil mengakui bahwa Anis Matta adalah sosok yang sangat patuh pada peraturan pesantren.

“Saya sangat tegas jika mengajar, santri yang terlambat boleh mengikuti pelajaran tapi dengan syarat berdiri sampai pelajaran usai. Anis Matta tidak pernah terlambat mengikuti pelajaran, dia anak yang rajin.” Ungkap lelaki kelahiran 1945 ini.

Di Pesantren, Anis Matta adalah sosok yang ramah, dia tidak punya musuh dan tidak pernah bertengkar. Dia disukai banyak orang karena kecerdasan dan kebaikannya.

Nasi Kecap yang Membuatnya jadi Orang Besar

Seperti halnya pesantren pada umumnya, menu makanan pesantren ala kadarnya. Menurut Abdul Djalil, di pesantren Darul Arqam santri tetap makan 3 kali dalam sehari.

“Santri makan 3 kali dalam sehari, dan aturan tetap berlaku, jika ada santri yang terlambat pada jam makan, maka dia tidak mendapatkan jatah makanan, dia makan pada jadwal makan selanjutnya.” Tegas Abdul Djalil.

Anis Matta pernah menceritakan bahwa menu sarapan pagi di pesantren Darul Arqam saat itu sangat unik, hanya sepiring nasi kecap, menu itu pertama kali dirasakan Anis Matta di pesantren itu. Namun guru-gurunya sering menasehati bahwa nasi kecap itulah yang nantinya akan membuatnya jadi orang besar.

Abdul Djalil menambahkan bahwa dia melatih para santri untuk menjadi orang mandiri dan kuat. Saat itu Darul Arqam masih hutan, jauh dari akses kendaraan umum, harus berjalan beberapa kilo untuk sampai di jalan raya. Fasilitas juga sangat minim, Untuk mandi, para santri harus berusaha sendiri menimba air di sumur yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari pesantren. Sumur itu dikelilingi oleh kubangan kerbau yang menyebabkan airnya bau. Namun para guru menghibur Anis dan kawan-kawannya, bahwa air yang bau itulah nanti membuat mereka jadi orang-orang kuat.

Yah, nasi kecap dan air yang bau itulah yang membuat Anis menjadi orang besar dan berkarakter. Apa yang dinasehatkan para gurunya ternyata benar adanya.

Anis Matta Sosok yang Kritis

“Kalau kamu tidak bisa melawan dan mengalahkan saya, berarti kamu bukan murid saya.” Abdul Djalil Thahir

Salah satu karakter Anis Matta yang disukai oleh Abdul Djalil adalah sikap kritis yang dimiliki anak umur belasan tahun itu. Anis berani menyampaikan kritikannya jika merasa tidak sesuai dengan pendapatnya. Menurut Abdul Djalil itu adalah karakter pemimpin. Ayah dari delapan anak ini menceritakan sikap kritis Anis Matta yang tidak bisa dia lupakan.

“Saat itu Anis Matta kelas 6 (Tiga Aliyah), kebijakan di pesantren, santri aliyah dimasukkan ke jurusan IPA, Anis dan teman-temannya tidak setuju, karena harusnya mereka di jurusan syariah dan tarbiyah, tapi karena saat itu saya lagi di luar kota mengikuti pendidikan selama 3 bulan maka dia belum sempat protes.” Kenang Abdul Djalil.

Menurutnya, Anis tidak bisa menahan gejolak ketidak setujuannya, maka dia mendatangi rumah Abdul Djalil dan bertemu dengan istri Sang Guru, Khaeriah Abdul Jabbar.

“Bu, tolong berikan alamatnya ustad, kami mau kirim surat, kami tidak mau seperti ini.” Protes Anis di depan istri Abdul Djalil.

“Tidak bisa, kamu tidak boleh mengganggu suami saya yang sedang ikut pendidikan, kalau mau protes nanti saja ketika dia sudah pulang.” Tegas Khaeriyah menolak permintaan Anis, maka Anis pun menahan keinginannya hingga Sang Guru kembali ke pesantren.

Saat kembali dari pendidikan, Abdul Djalil melihat gejolak dan sikap kritis di mata Anis, maka dia menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan kebijakan pesantren.

“Kenapa kalian tidak mau belajar IPA? Padahal dalam Al-quran itu isinya tentang alam dan cara mengatur alam.” Abdul Djalil menjelaskan panjang lebar di depan ratusan santri, Anis mendengarkan dengan seksama.

Setelah itu tidak ada penentangan, Suami dari Khaeriyah Abdul Djabbar itu sangat paham bahwa Anis memang kritis jika tidak ada hal yang sesuai dengan pemikirannya, namun setelah mendapat penjelasan dan masuk akal maka dia akan menjadi orang yang sangat patuh.

Sosok Cinta Membaca dan Menulis

Siapa yang tidak mengenal Anis Matta dengan buku Serial Cinta nya. Ternyata Putra kelahiran Bone itu telah memulai karir menulisnya saat dia masih di Pesantren Darul Arqam, tulisan sastra berupa puisi pernah dimuat di koran lokal, dan tulisannya juga sering menghiasi buletin Pesantren, buletin itu bernama iqro.

Anis Juga adalah sosok yang selalu mempergunakan waktunya dengan baik, tidak ada waktu yang dibiarkan terbuang percuma, dia selalu mengisi waktu luangnya dengan membaca.

“Makanya kalau dia berbicara, dia bisa menyambungkan peristiwa-peristiwa, itu semua didapat dari membaca.” Ungkap lelaki pendiri Pesantren Darul Aman itu.

Menjadi Sekretaris Sejak Aliyah

“Jika ingin menjadi ketua yang sukses, jadilah sekretaris yang sukses” Abdul Djalil Thahir.

Sebelum menjadi presiden Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta adalah Sekretaris Jenderal sejak Partai Keadilan terbentuk pada tahun 1998, dia adalah sekretaris yang tak tergantikan. Pengalaman menjadi sekretaris ternyata sudah dijalani oleh bintang Darul Arqam sejak kelas 5 (2 Aliyah). Saat itu Anis menjadi sekretaris OSIS yang diketuai oleh Thalabuddin Welete.

Abdul Djalil yang juga pembina OSIS sengaja menempatkan Anis sebagai sekretaris karena dia melihat ada karakter kepemimpinan dalam dirinya.
“Sekretaris yang sukses bisa menjadi ketua yang sukses, sedang ketua yang sukses belum tentu menjadi sekretaris yang sukses.” Nasehat Abdul Djalil kepada Anis Matta saat itu.

Anis menjalankan tugasnya sebagai sekretaris OSIS selama satu tahun, Abdul Djalil menganggap bahwa dia sukses menjadi sekretaris saat itu.

Dia Bintang di Pesantren dan Di Luar Pesantren

“Jika Anis menjadi presiden RI, maka Shamsi Ali jadi menteri luar negeri” Abdul Djalil Thahir

Anis Matta menyelesaikan pendidikan di Darul Arqam pada tahun 1986 dengan menjadi lulusan terbaik. Dia menjadi bintang di Darul Arqam, tidak ada yang bisa menggeser Anis dari posisi pertama. Abdul Djalil menuturkan bahwa salah satu santri yang sama cerdasnya dengan Anis Matta adalah Shamsi Ali, santri dari Kajang Bulukumba yang saat ini menjadi Imam Besar di Amerika Serikat. Shamsi Ali adalah Junior Anis Matta.

“Anis angkatan 1986 sedang Shamsi Ali angkatan 1987. Mereka sama-sama cerdas.” Ungkap salah satu pendiri Yayasan Pembina Dakwah Islamiyah itu.

Lelaki yang juga perintis Pesantren Darul Istiqamah itu menyatakan bahwa Jika Anis Matta menjadi Presiden RI maka Shamsi Ali layak menjadi menteri luar negeri.

“Mereka adalah sosok yang cerdas, sahabat akrab, jiwa leadership ada pada diri mereka.” Lanjut sosok yang juga menjadi calon DPD RI nomor urut 4 ini.

Bintang Darul Arqam itu tidak pernah redup, setelah dia melanjutkan kuliah di LIPIA Jakarta, bintang itu makin bersinar, dia kembali menjadi sosok yang dikagumi kecerdasannya bahkan dia ditawari untuk melanjutkan S2 di Saudi Arabiyah dengan beasiswa full. Namun Anis menolak tawaran itu dan lebih memilih menggeluti keasyikannya dalam tarbiyah di bumi pertiwi.

Keputusan Anis itu sempat merisaukan Sang Guru, namun dia yakin bahwa Anis saat itu adalah sosok dewasa yang bisa menimbang baik dan buruknya sebuah keputusan.

“Nak, kenapa kamu menolak beasiswa S2 itu? ini adalah kesempatanmu untuk kuliah disana” Abdul Djalil menanyakan alasan Anis menolak tawaran beasiswa itu.

“Saya lebih memilih untuk mentarbiyah disini ustad.” Anis menjelaskan alasannya, dia lebih memilih gerakan tarbiyah yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai Keadilan yang saat ini berganti nama menjadi PKS.

“Lihatlah, itu adalah keputusan yang tepat, dia memang cerdas dan penuh pertimbangan. Gerakan tarbiyah yang dia pilih menjadikannya dikenal seperti sekarang.” Kata Abdul Djalil sembari tersenyum mengisahkan Anis Matta.

Anak Sang Guru yang Setia Mendampingi Anis Matta

Abdul Djalil sangat mencintai Anis Matta dan Anis pun sangat mencintai dan menghormati Sang Guru, setelah keluar dari Darul Arqam bahkan saat Anis Matta sudah punya nama, dia tidak pernah lupa terhadap gurunya, Anis selalu menjaga silaturahim dengan Abdul Djalil. Bahkan Anis meminta anak ke empat dari gurunya itu menjadi sekretaris pribadinya. Dan Abdul Djalil “mewakafkan” anaknya, Ahmad Sahal untuk mendampingi Anis Matta.

Ahmad Sahal sendiri adalah seorang penghapal qur’an sejak usianya masih belasan tahun, dia menghapal al-quran di Pakistan saat mengikuti ayahnya yang sedang kuliah di Universitas Internasional Islamabad. Sahal adalah orang asing pertama yang menghapal Al-quran 30 juz di Islamabad.

Dari Ahmad Sahal inilah Sang Guru mengupdate info tentang keseharian Anis Matta, dia selalu mengikuti perkembangannya setiap hari.

“Anis juga yang mencarikan jodoh buat adiknya (Ahmad Sahal, red)” Ungkap Abdul Djalil, Anis mempertemukan Sahal dengan putri gurunya di Jakarta.

Pesan Sang Guru Buat Sang Calon Presiden

Abdul Djalil tidak meragukan kemampuan murid terbaiknya itu, menurutnya Anis memang layak menjadi 01 negeri ini. Maka ada satu pesan penting Sang Guru buat Sang Calon Presiden.

“Niat untuk menjadi 01 RI harus dipermantap, karena kamu memenuhi persyaratan untuk itu.” Pesan Abdul Djalil menutup ceritanya.[MN]

[Tim Media PKS Sulsel]


posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger