pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Warsito, Penemu Alat Mengobati Kanker Raih Penghargaan Kekayaan Intelektual

Written By Sjam Deddy on 06 May, 2014 | May 06, 2014



Direktur Eksekutif CTech Laboratories Edwar Technology, Dr. Warsito Purwo Taruno, M.Eng menyabet penghargaan Anugerah Nasional Hak Kekayaan Intelektual (HKI) tahun 2014, untuk kategori inventor, dari Direktorat Jendral HKI Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

“Saya berharap pemerintah terus berupaya melindungi karya-karya inovasi anak bangsa di berbagai bidang, dan menciptakan ruang agar karya-karya tersebut bisa ikut berkompetisi pada pasar yang saat ini didominasi oleh produk-produk luar.” Kata Warsito seperti dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.

Warsito yang juga menjabat sebagai ketua umum Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia (MITI) itu juga menyampaikan bahwa regulasi yang ada di Indonesia belum cukup kondusif, untuk membuat hasil riset dan produk inovasi anak bangsa bisa diserap oleh pasar dalam negeri sekalipun.

Salah satu penemuan Warsito adalah prototip untuk teknologi kapasitansi listrik berbasis medan listrik pada tahun 2004. Ia dan lembaga yang dipimpinnya telah berkolaborasi dengan universitas dan institusi terkemuka dunia untuk penelitian dan pengembangan, termasuk NASA, Departemen Energi Amerika Serikat dan Kyoto Universiy.

Saat ini penelitian yang dikembangkan Warsito fokus pada ECVT untuk diagnosis kanker dan ECCT untuk terapi kanker.

Sebelumnya Warsito juga telah menerima beberapa penghargaan atas risetnya dari berbagai kementerian seperti Anugrah Iptek 18 Karya Unggulan Teknologi Anak Bangsa 2013 dari Kementrian Riset dan Teknologi, Penghargaan Rintisan Teknologi Industri 2010 dari Kementerian Perindustrian, dan Anugrah Hak Kekayaan Intelektual Luar Biasa 2009 dari Kementerian Pendidikan Nasional.


posted by @Adimin

Semua Partai Korupsi Kecuali PKS..! "Aku Orang PKS Juga 'Kan, Mi?"




Kisah nyata ini terjadi pada suatu pagi, di penghujung April. Adik dan Kakak diantar oleh Umminya ke sekolah seperti biasa. Sembari mengisi waktu luang dalam perjalanan, mereka bertiga pun mengobrol.

Adik    : "Mi, korupsi itu apa?" tanya si adek memulai obrolan.


Kakak  : "Korupsi itu mencuri. Iyakan, Mi?" sela si kakak.


Adik     : "Mi, kata Bu Guruku semua partai korupsi termasuk PKS. Betul, Mi?" tanya si adek lagi.


Kakak  : "Gak mungkinlah orang PKS korupsi. Kan liqo tiap minggu yah, Mi?!," sela si kakak lagi.


Adik     : "Betul. Ibu Guruku bilang gitu!"


Kakak  : "Kamu salah dengar kali, semua partai korupsi kecuali PKS. Itu kali yang Ibu bilang. Iya
               kan, Mi?"


Adik    : "Iyalah, Kak. Makanya aku nanya Ummi. PKS gak ada yang korupsi kata aku ke teman aku"


Kakak  : "Umi kok diam aja dari tadi. Ditanya malah senyum!!??"


Umi     : "Alhamdulillah... kan sudah dijawab ama binaan Ummi dan kader sejati"


Adik    : "Siapa, Mi? Oh... Kakak yah? Aku orang PKS juga kan, Mi?"


Kakak : "Ya... iyalah. Ummi sama Abi kan PKS. Jadi kita anaknya PKS"

Ummi     : "Alhamdulillah... jazakumullah khairan, Kakak sama Adek. Kakak sama Adek adalah
              murobby Ummi yang pertama".

Obrolan itu berhenti sejenak karena anak-anak sudah sampai ke sekolah. Sang Bunda yang dipanggil dengan Ummi pun berlalu.

Dalam relung hati terdalam, Sang Bunda menghayati obrolan kedua anaknya tadi. Hingga tibalah pada sebuah kesimpulan;

"Kenapa masih ada kader yang tidak percaya pada qiyadah? Kenapa masih saja ada sebagian orang yang terus melancarkan fitnah atas Ustadz Luthfi? Sementara para prajurit kecilku begitu percaya akan jamaah ini?"

Sang Bunda tertunduk. Jauh di relung sanubari ia berdo'a;

"Ya Allah, bebaskan para qiyadah kami dari segala fitnah. Kuatkan dan sehatkanlah mereka, serta lindungilah keluarganya. Lancarkanlah segala urusan mereka, jagalah mereka karena Engkau tidak tidur dan Maha Kuat Penjagaannya. Aamiin..."


Oleh: Wina Susanti
Penulis saat ini berdomisili di Kota Duri, Riau. Berprofesi mulia sebagai ibu rumah tangga serta da'iyah. 


[pkssumut.or.id]


posted by @Adimin

Kader PKS Dilantik Jadi Gubernur Maluku Utara

Sofifi (5/5)- Seorang lagi kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendapat kepercayaan menjadi Gubernur/Kepala Daerah. KH Abdul Ghani Kasuba, Lc., Senin (5/5) secara resmi dilantik sebagai Gubernur Provinsi Maluku Utara masa jabatan periode 2014-2019.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi atas nama Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melantik Abdul Gani Kasuba dan pasangannya Ir. Hi. Muhammad Nashir T, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Malut dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD di Ibukota provinsi tersebut, Sofifi.

Pelantikan yang disaksikan oleh beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dan Gubernur Jawa Barat, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo ini berlangsung khidmat dan penuh dukungan dari para undangan.

Abdul Gani dilantik oleh Mendagri atas dasar Keputusan Presiden yang dikeluarkan tanggal 14 April 2014 yang memberhentikan PJ Gubernur Malut Tanribali Lamo dan mengangkat Abdul Ghani Kasuba-M. Nasir Thaib sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Malut.

Gani Kasuba adalah kader PKS yang sebelumnya sempat menjadi anggota Fraksi PKS DPRRI periode 2004-2009 dan juga Wakil Gubernur Malut periode 2008-2013. Dukungan dari rakyat Malut terlihat dari tak henti-hentinya tepuk tangan para undangan yang terdiri dari tokoh-tokoh politik, tokoh agama dan tokoh masyarakat Malut. [pks.or.id]


posted by @Adimin

Uang dan Politik | Oleh : Irwan Prayitno Gubernur Sumbar

Aktivis dan juga anggota tim pemenangan pe­milu sebuah partai politik dalam suatu acara eva­luasi pelaksanaan Pileg (Pemilu Legislatif) tahun 2014 de­ngan nada kecewa men­ce­rita­kan pengala­man­nya da­lam penggalangan mas­yara­kat. “Sudah tiga tahun mas­ya­rakat suatu kompleks ka­mi bina dan kami dam­pingi,” ujarnya.

Berbagai kebutuhan me­rek­a telah difasilitasi. Kelu­han mereka didengar dan di­ca­rikan jalan keluarnya, ber­ba­gai metode pen­cerahan juga sudah dibeberkan untuk memberi motivasi.

Mereka sudah seperti ke­luar­ga sendiri. “Rasanya tak ada alasan lagi bagi me­reka untuk tidak memilih kita dan partai kita saat pelaksanaan pileg,” ujarnya.

Namun yang terjadi sung­guh di luar dugaan. Setelah peng­hitungan suara, ternyata ha­silnya jauh meleset. Mas­ya­ra­kat di kom­pleks terse­but se­perti telah sepa­kat, justru beramai-ra­mai beralih me­milih partai lain. Konon pe­nyebabnya adalah aksi “sera­ngan fajar.” Ibarat kata pe­patah; “Hi­lang paneh satahun dek hujan sa­d­arok”. Upaya pem­binaan yang di­lakukan selama 3 tahun sirna begitu saja oleh aksi semalam.

Selidik punya selidik, konon di kompleks itu sudah terjadi ge­rakan “serangan fajar”. Semua tutup mulut, tak ada bukti fisik yang terlihat, bersih seolah-olah tak terjadi apa-apa. Tapi, itulah ke­nyataan yang ditemukan saat per­hitungan suara, peme­nang­nya adalah partai lain yang sela­ma ini tak pernah muncul di sana. Perjuangan kami selama 3 tahun menjadi sia-sia. Hanya bisik-bisik dari mulut ke mulut yang bisa menjawab penyebab pe­ristiwa luar biasa itu.

Nyatanya hal serupa juga terjadi di berbagai tempat dan di berbagai pelosok negeri. Kita bisa lihat beritanya muncul di berbagai media.

Di beberapa tempat masya­ra­kat menuntut agar dilaku­kan pe­milu ulang, sebagian lainnya ter­­paksa diam karena tidak me­ne­mukan bukti fisik yang bisa dija­dikan bukti perkara.

Sebagian lainnya terpaksa me­­ngurut dada dan meng­ikhlas­­­kan apa pun yang terjadi. Tu­­han pasti tahu apa yang se­be­narnya terjadi dan beliau akan membalasnya dengan huku­man yang setimpal.

Namun ada juga tim lain yang menyatakan dan mene­mukan fakta bahwa uang bukan­lah segalanya. Di daerah yang ia dampingi, masyarakat tetap pa­da komitmennya. Pembinaan dan pendampingan yang dila­kukan selama bertahun-tahun tak berujung sia-sia. Mereka me­mang menjadi sahabat, me­reka memang menjadi sau­dara, se­ha­ti, seiya sekata. Mereka cen­de­rung tak menanyakan apa yang bisa mereka peroleh, tapi me­nanyakan apa yang bisa kita lakukan dan kerjakan bersama. Apa yang bisa dilakukan bersa­ma untuk kebaikan dan ke­m­a­juan bersama. Uang seper­tinya adalah prioritas urutan nomor sekian.

Pada kenyataannya di lapa­ngan, pemilu dan uang memang tak bisa dipisahkan. Untuk me­la­kukan sosialisasi, butuh uang. Untuk beli gula dan kopi atau beli nasi bungkus saat sosia­lisasi juga butuh uang. Men­cetak kar­tu nama, banner, span­duk atau ba­­liho, dan ber­bagai atribut kam­­panye pasti juga butuh uang. Mem­bantu per­baikan mas­­jid, sekolah, jalan atau salu­ran air dan lain-lain, juga pasti bu­tuh uang. Tak ja­rang mas­ya­rakat minta ini, min­ta itu seba­gai pra­syarat so­sia­­lisasi. Apalagi ji­k­a ditambah pula dengan me­ma­sang iklan di media massa.

Siap menjadi caleg, artinya ha­rus siap pula dengan dana pen­dukung. Semua butuh mo­dal, besar atau kecilnya tergan­tung pola mana yang akan di­pakai.

Dalam kondisi wajar-wajar saja, tentu tak jadi masalah. Na­mun jika menggunakan me­tode se­rangan fajar atau mem­beli sua­ra, tentu ini merupakan tin­da­kan yang salah dan melang­gar aturan.

Begitu juga dengan cara-cara lain seperti peng­gelem­bu­ngan suara, mani­pulasi suara dan sebagainya yang meng­ha­lalkan segala cara. Akibatnya dana yang dibutuhkan tentu menjadi makin membengkak dan niatnya pasti sudah tidak benar lagi.

Segala sesuatu yang dilaku­kan dengan cara yang baik dan benar, tentu hasilnya akan baik dan benar pula. Namun jika sesuatu dilakukan dengan cara-cara yang salah, pastilah hasil­nya juga salah dan tidak mem­bawa kebaikan.

Sesuatu yang dilakukan de­ngan cara-cara haram, apa pun ala­sannya, pastilah hasilnya ha­ram juga. Seseorang terpilih men­jadi anggota legislatif atau ke­­pala daerah (bupati/wali kota) de­­ngan cara-cara yang salah ten­­tu tidak akan membawa ber­kah bagi dirinya, maupun bagi masyarakat sekitarnya.

Umumnya masyarakat kita jika ditanya pemimpin seperti apakah yang mereka inginkan, pas­tilah mereka menjawab pe­mim­pin yang diinginkan ada­lah pe­mimpin yang jujur, amanah, ber­akhlak mulia, tidak korupsi, pe­duli kepada masyarakat, krea­tif, inovatif dan seterusnya.

Apakah tidak aneh, jika kita ber­harap kebaikan, tetapi dil­a­kukan dengan cara-cara yang tidak baik dan benar? Apakah tindakan kita sudah betul, me­nerima hanya secuil uang de­ngan menggadaikan masa de­pan 5 tahun mendatang atau bah­kan bisa jadi berdampak sepanjang masa? Apakah de­ngan cara-cara seperti itu kita bisa mendapatkan pemimpin yang jujur, amanah, peduli dan sebagainya?

Cara-cara yang baik akan meng­hasilkan kebaikan, cara yang haram akan menghasilkan yang haram pula, jauh dari ber­kah.

Pemilu sebagai bagian dari perangkat demokrasi bertujuan untuk menggalang aspirasi dan peran serta masyarakat untuk memilih pemimpin dan wakil-wakilnya yang nantinya bertugas dan bertanggung jawab memi­kirkan dan membawa dan me­mikirkan masa depan bangsa agar lebih maju, lebih baik, lebih sejahtera dan bermartabat.

Seharusnya kita semua pe­duli dengan hal itu, malah harus ikut bertanggung jawab me­mastikan bahwa pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang dipilih benar-benar yang terbaik, ama­nah, peduli, pekerja keras dan berakhlak mulia.

Jika kita menginginkan masa depan dan kehidupan yang le­bih baik seharusnya cara-cara yang tidak terpuji tersebut tidak terulang lagi.

Semoga apa yang telah ber­la­lu menjadi pelajaran bagi kita bersama untuk dievaluasi dan diperbaiki di masa datang dan semoga Tuhan melindungi kita semua. Amin... [http://padangekspres.co.id/]


posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger