Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
March 03, 2017
Tiga Langkah Jika di Timpa Musibah
Written By @Adimin on 03 March, 2017 | March 03, 2017
SATU bukti manusia tak kuasa secara mutlak dalam
hidup ini adalah hadirnya musibah dalam perjalanan hidup setiap manusia.
Namun demikian, sebagian besar orang masih menjadikan tolok ukur akal
dalam menimbang dan menentukan segala sesuatu termasuk musibah, sehingga
alih-alih ingat dan kembali kepada Allah, sebagian malah semakin jauh
dari ketentuan Islam.
Ketika anak secara mendadak terjatuh, luka bagian kepala dan
mengucurkan darah segar begitu banyak yang membuat siapapun yang
melihatnya akan shock, sebagian orang tua langsung menghardik buah
hatinya. “Ya Allah, kenapa sampai seperti ini, kamu kok gak hati-hati,
kan tadi sudah mama bilangin, jangan main di situ.” Padahal, musibah
terjadi tanpa ada satu pun manusia akan ada yang mengetahui.
Dalam kata yang lain, tak ada gunanya menyalahkan apa dan siapapun
kala musibah menimpa. Cukup kembalikan kepada Allah dengan mengucapkan “Innalillahi wainna ilayhi roji’un” sebagaimana Allah tegaskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 156.
Dari segi bahasa, “musibah” atau dalam dialek Arab diucapkan dengan mushabah dan mashubah, berarti “peristiwa yang dibenci yang menimpa manusia.”
Al-Qurthubi berkata, musibah sebagai semua peristiwa yang menyakiti
kaum beriman. Dalam kehidupan keseharian, musibah mencakup bencana dan
segala hal yang membawa kerugian dan kejelekan dalam pandangan manusia.
Dan, sebagai tempat ujian sementara, dunia tidak bisa bebas dari yang
namanya musibah. Abu Al-Faraj Ibn Al-Jauzi mengatakan, “Seandainya
dunia bukan medan musibah, di dalamnya tidak akan tersebar penyakit dan
nestapa, takkan pernah ada kepedihan yang menimpa para Nabi dan
orang-orang pilihan.”
Namun demikian, tidak berarti kehidupan dunia harus dihadapi dengan
penesalan, kesedihan apalagi keputusasaan. Semua peristiwa datang dari
dan diciptakan oleh Allah Ta’ala.
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا
فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرٌ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid [57]: 22).
Artinya, sesuatu yang menimpa kehidupan umat manusia, terutama
musibah hakikatnya telah Allah tentukan. Dan, karena itu harus disikapi
dengan sabar dan lapang dada. Jangan ada ungkapan yang semakin
menjerumuskan diri pada kehinaan dan kemurkaan Allah Ta’ala.
Tentu saja, sikap yang harus diusahakan adalah sabar dan lapang dada.
Sayyidina Ali berkata, “Jika engkau bersabar, takdir akan tetap berlaku
bagimu, dan engkau akan mendapatkan pahala. Jika engkau berkeluh kesah,
takdir jug aakan tetap berlaku bagimu, dan engkau akan mendapatkan
dosa.”
Lantas, apa yang harus kita lakukan saat mendapat musibah dalam kehidupan?
Pertama, Segera ambil tindakan disertai muhasabah
Kala diri ditimpa musibah, katakanlah terkilir, terluka, sakit atau
apapun, maka bersegeralah mengambil tindakan pengobatan baik dengan
mendatangi tempat berobat maupun ahli pengobatan. Hal ini penting karena
bagian dari syariat Islam, berikhtiar menemukan solusi.
Misalnya, ketika secara tiba-tiba kaki anak atau kaki diri sendiri
terkena kenalpot motor. Jangan buang momentum dengan penyesalan atau
ungkapan negatif dengan menyalahkan siapapun, tapi segera dikompres
dingin supaya panasnya tidak meresap ke dalam. Setelah dikompres,
kemudian perawatan lukanya harus dicuci bersih tiap hari setelah itu
keringkan, kemudian kasih salep untuk luka bakar. Ini jauh lebih
efektif, luka tertangani, lisan terjaga dan lebih baik semua dilakukan
diiringi memperbanyak doa.
Jadi, jangan sampai ada tindakan yang salah, apalagi dengan mengomel
sampai akhirnya luka tidak segera ditangani, hati menjadi jengkel dan
momentum menjadi berkurang bahkan hilang untuk segera melakukan
penanganan yang semestinya.
Setelah penanganan usai dilakukan, barulah muhasabah, bagaimana
musibah itu bisa terjadi. Oh…mungkin tadi terburu-buru, tidak fokus dan
kurang hati-hati, sehingga ke depan bisa lebih hati-hati, sehingga
ikhtiar menghindari kejadian buruk bisa diupayakan sedini mungkin.
Kedua, Tetap Positif Thingking
Sekalipun musibah adalah hal yang dibenci oleh manusia, dalam Islam
musibah tak semata nestapa, ia juga kemuliaan yang amat dibutuhkan
setiap insan beriman.
“Apabila Allah menginginkan kebaikan-kebaikan hamba-Nya, maka
Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan apabila Allah
menghenndaki keburukan pada hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas
dosanya itu sampai dibayarkan di saat hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah dengan musibah apapun yang dialami. Rasulullah bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian itu mati, kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim).
Ketiga, Jangan mengeluh dan mencela Musibah
Sebagai insan beriman, kita dituntun oleh Allah dan Rasul-Nya untuk
menyikapi musibah secara bijaksana, yakni dengan memandang hal tersebut
secara proporsional. Sebab, musibah kadang menjadi pilihan Allah untuk
mempercepat penempaan diri menjadi insan kamil, sekalipun sudah pasti di
dunia ini no body is perfect.
Terlebih di balik musibah ada banyak kebaikan langsung dari Allah, seperti pengampunan dosa dan kebaikan-kebaikan lainnya.
“Tidak ada musibah yang menimpa umat Islam hingga sekecil duri
menusuknya, melainkan Allah Azza wa Jalla akan menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Tidak ada yang menimpa seorang Muslim dari kepenatan, sakit yang
menahun, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, atau hanya
tertusuk duri, kecuali dengan itu Allah hapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).
“Janganlah engkau mencela penyakit demam, karena ia akan
menghapuskan kesalahan-kesalahan anak Adam sebagaimana alat pandai besi
itu dapat menghilangkan karat besi.” (HR. Muslim).
Subahanalloh, demikianlah Islam menjelaskan hikmah dari musibah,
derita yang mendatangkan keberkahan dari sisi-Nya. Semoga Allah kuatkan
diri kita dalam menghadapi musibah apapun, sehingga kita senantiasa
mendapatkan rahmat dan ridho-Nya
Admin Hidcom
posted by @Adimin
Label:
OASE,
SLIDER,
TOPIK PILIHAN