Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
March 13, 2013
Pencitraan Vs Kenyataan
Written By @Adimin on 13 March, 2013 | March 13, 2013
- Dalam dunia kita yg sekarang, citra mulai menjadi persoalan lain dan kenyataan soal lain lagi...
- Dalam dunia kita yang sekarang, bahkan "image is more important then the reality".
- Pribadi hidup dalam kepalsuan dan bangsa atau ummat manusia diseret dalam kepalsuan..
- Pada kasus orang2 atau lembaga yg terlalu populer kita menemukan ironi...ada banyak yg borok tersembunyi...
- Masalahnya, popularitasnya mengharuskan mereka harus menyimpan kebusukan demi popularitas yg sdh kadung...
- Utamanya pada bangsa2 berkembang atau terbelakang.dimana nama besar dan orang besar tak boleh salah.
- Kebusukan akan disimpan menjadi beban kita semua...tiba2 kita kecewa luar biasa dan menjadi amarah..
- Karena itu, citra juga adalah sejenis tirani jika ia didapatkan melalui PR DAN MANAJEMEN PENCITRAAN, semacam penipuan.
- Sehingga dalam kepalsuan, nama baik kita dapatkan dari menutupi kebobrokan kita..kadang dengan mengorbankan orang lain.
- Popularitas itu hanya akan bertahan pada pribadi terbuka dan berbuat apa adanya..persetan kata orang...
- Demokrasi percaya pada lembaga publik terbuka...karena kalau kita benar apa yang kita takutkan...
- Maka jika demokrasi kita menguat, maka yg asli akan betahan mengkilap dan yg palsu akan terbakar musnah.
- Tapi demokrasi kita belum kuat, kepalsuan masih mendapat tempat...Seperti laporan ilmuan soasial kanada itu?
- Kepada lembaga pemberantas teroris, adakah sikap anda anti teror atau lembaga dibuat untuk restu negara lain?
- Adakah anda otentik seorang pejuang untuk membangun sistem anti korupsi atau anda cari tangga popularitas?
- Adakah anda memberantas kemiskinan atau kau bahkan mempertahankannya sebagai komoditimu?
- Semua pertanyaan itu layak diajukan atas semua masalah yg tidak selesai...
- Terlalu banyak tepuk tangan dan decak kagum tetapi terlalu sedikit penyelesaian masalah.
- Terlalu banyak kampanye dan pencitraan tapi masalah bertambah banyak dan merajalela...
- Kita menyaksikan festival puja puji di layar kaca setiap hari ditengah kegetiran tumpukan masalah.
- Ini semua kepalsuan yg berawal dari kepalsuan pribadi kita sebagai pemimpin. Kritik kita anggap mengerikan.
- Kita mulai kecanduan tepuk tangan dan tepuk tangan mulai menjadi lebih penting dari persoalannya.
- Jangan2 ini penyakit suatu generasi dan jika ia, mari kita tinggalkan mereka.
- Kita harus mulai dengan yang asli dan mengubur kepalsuan.
- Selamat tinggal kepalsuan.
- Dalam dunia kita yang sekarang, bahkan "image is more important then the reality".
- Pribadi hidup dalam kepalsuan dan bangsa atau ummat manusia diseret dalam kepalsuan..
- Pada kasus orang2 atau lembaga yg terlalu populer kita menemukan ironi...ada banyak yg borok tersembunyi...
- Masalahnya, popularitasnya mengharuskan mereka harus menyimpan kebusukan demi popularitas yg sdh kadung...
- Utamanya pada bangsa2 berkembang atau terbelakang.dimana nama besar dan orang besar tak boleh salah.
- Kebusukan akan disimpan menjadi beban kita semua...tiba2 kita kecewa luar biasa dan menjadi amarah..
- Karena itu, citra juga adalah sejenis tirani jika ia didapatkan melalui PR DAN MANAJEMEN PENCITRAAN, semacam penipuan.
- Sehingga dalam kepalsuan, nama baik kita dapatkan dari menutupi kebobrokan kita..kadang dengan mengorbankan orang lain.
- Popularitas itu hanya akan bertahan pada pribadi terbuka dan berbuat apa adanya..persetan kata orang...
- Demokrasi percaya pada lembaga publik terbuka...karena kalau kita benar apa yang kita takutkan...
- Maka jika demokrasi kita menguat, maka yg asli akan betahan mengkilap dan yg palsu akan terbakar musnah.
- Tapi demokrasi kita belum kuat, kepalsuan masih mendapat tempat...Seperti laporan ilmuan soasial kanada itu?
- Kepada lembaga pemberantas teroris, adakah sikap anda anti teror atau lembaga dibuat untuk restu negara lain?
- Adakah anda otentik seorang pejuang untuk membangun sistem anti korupsi atau anda cari tangga popularitas?
- Adakah anda memberantas kemiskinan atau kau bahkan mempertahankannya sebagai komoditimu?
- Semua pertanyaan itu layak diajukan atas semua masalah yg tidak selesai...
- Terlalu banyak tepuk tangan dan decak kagum tetapi terlalu sedikit penyelesaian masalah.
- Terlalu banyak kampanye dan pencitraan tapi masalah bertambah banyak dan merajalela...
- Kita menyaksikan festival puja puji di layar kaca setiap hari ditengah kegetiran tumpukan masalah.
- Ini semua kepalsuan yg berawal dari kepalsuan pribadi kita sebagai pemimpin. Kritik kita anggap mengerikan.
- Kita mulai kecanduan tepuk tangan dan tepuk tangan mulai menjadi lebih penting dari persoalannya.
- Jangan2 ini penyakit suatu generasi dan jika ia, mari kita tinggalkan mereka.
- Kita harus mulai dengan yang asli dan mengubur kepalsuan.
- Selamat tinggal kepalsuan.
kultwit @fahrihamzah
posted by Adimin
Label:
Bingkai Berita
March 13, 2013
Nagaya Muni
Saya PNS bukan PKS
Nagaya Muni
Saya PNS bukan PKS. Ya, itulah saya. Aktivitas saya lebih banyak
urusan kantor. Berangkat pagi pulang petang. Penghasilan masih pas-pasan. Kalau
pas butuh pas ada uang. Walapun PNS saya bukan PNS kebanyakan. Saya
nggak suka hal-hal yang fiktif. Saya nggak suka kuitansi fiktif,
pertanggungjawaban fiktif, lembur fiktif. Tapi saya suka cerita-cerita
fiktif macam Kho Ping Ho, sejak SMP saya sudah baca cerita fiktif Kho
Ping Ho puluhan judul sudah saya baca. itu mungkin satu-satunya hal
FIKTIF yang saya sukai. Karena saya nggak suka lembur fiktif, kuitansi
fiktif dll. saya sempat di benci oleh teman-teman saya.
O ya selain tidak suka hal-hal fiktif yang sudah saya sebut di atas saya
juga berani menolak amplop (ada isinya lho). Saya geli sekali lihat
atasan saya keki. Itulah momen ketika pertama kali saya menolak amplop
dari atasan saya. Ya waktu itu saya menjadi staf administrasi di suatu
instansi. Saat itu ada pembahasan anggaran yang melibatkan kementerian
dan Lembaga. Ya memang budaya amplop masih berkibar waktu itu. Tapi saya
berani menolak. Hebat gak saya! Kalau orang lain mungkin berpikir itu
HEBAT. Tapi saya biasa saja. Karena saya berusaha untuk jujur. Waktu
jaman kuliahpun saya sangat menentang budaya contek menyontek.
Saya PNS bukan PKS, tapi saya suka PKS. karena saya lihat PKS sangat
berupaya keras untuk jujur. Ingat nggak dulu ketika Pemilu pertama
setelah reformasi tahun 1999. Ada anggota KPU dari Partai Keadilan yang
menolak suap. Kalau nggak salah namanya Mustafa Kamal. Kayaknya sekarang
masih jadi anggora DPR dari fraksi PKS. Coba saja gogling nama tersebut
di era tahun 1999. Namanya cukup harum diperbincangkan orang karena
kejujurannya. Saya kira masih banyak aleg dari PK maupun PKS sekarang
yang masih berupaya untuk jujur. Kalau dari partai lain saya nggak tahu.
Ada yang jujur mungkin, tapi yang brengsek kayaknya lebih banyak.
Saya PNS bukan PKS, tapi saya seneng lihat PKS. Lihat saja aksi-aksinya
sepanjang tahun. Mulai tingkat RT sampai tingkat nasional aksi-aksi
mereka 99,99% bermanfaat buat rakyat. Ada baksos, pengobatan gratis,
kerja bakti, santunan, bea siswa, ngajarin anak-anak sampai nenek-nenek
membaca Al Qur’an sampai pada aksi-aksi solidaritas untuk bangsa lain
yang tertindas dan seabrek aktifitas positif lainnya. Maka tak heran
banyak yang suka sama partai ini walaupun ada juga yang nggak suka. Tapi
itu lebih karena syirik dan nggak tahu saja. Tapi bagi PKS itu nggak
penting. Karena bagi mereka kerja lebih diutamakan. Baik diliput atau
nggak. Disanjung atau singgung. Di sambut atau di sambit. Nggak Majalah.
Saya berkata demikian karena saya berteman dengan orang-orang PKS.
Saya deket dengan mereka karena saya se ide dengan mereka. Saya tahu
banyak tentang mereka. Tidak seperti para pengamat dan komentator yang
asal bunyi dengan nada minor kalau sudah menyangkut tentang PKS. Saran
saya sebelum berkomentar tentang PKS kenalilah dulu orang-orang PKS.
Cobalah bertamu ke rumah salah seorang kader PKS.
Saya PNS bukan PKS, tapi saya dukung PKS. Saya dukung PKS mengelola
negeri ini. Negeri yang sejak berdirinya sudah salah kelola. Berilah
kesempatan kepada PKS untuk mengelola negara ini. Kalau yang lain sudah
terbukti. Terbukti gagal. Gagal Total. Gagal maning-gagal maning. Lihat
saja berapa utang negara ini yang tiap tahun bukannya berkurang malah
tambah menggunung. Ini saja sudah membuktikan negara ini sudah salah
kelola. Berilah kesempatan kepada PKS. Nggak usah lama-lama. Satu
periode saja. Pasti anda akan ketagihan. Beri kesempatan dengan memilih
nomor 3 di 2014 nanti. Nggak ada untungnya golput. Memang sih nggak ada
juga ruginya.
Saya PNS bukan PKS, tapi saya ingin PKS melayani negeri ini. Karena sudah
terbukti yang lain nggak bisa melayani. Yang ada hanyalah nafsu untuk
mengangkangi negeri ini seolah-olah negara ini milik neneknya saja.
Ketika Parpol lain sudah menjadi Dinasti, PKS tetap konsisten dengan
jiwa melayani. Siapa sih yang mau jadi pelayan kecuali PKS.
Saya PNS bukan PKS, tapi saya setuju dengan ide-ide PKS.
sumber :http://www.pkstuban.com/2013/03/saya-pns-bukan-pks.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+duniapks+%28Dunia+PKS%29
sumber :http://www.pkstuban.com/2013/03/saya-pns-bukan-pks.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+duniapks+%28Dunia+PKS%29
posted by Adimin
Label:
FAKTA,
TOPIK PILIHAN