pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

7 Ancaman bagi Anggota Dewan

Written By @Adimin on 23 August, 2014 | August 23, 2014



Para wakil rakyat yang baru terpilih dalam Pileg 2014 sedang memulai hari-hari pertamanya menjadi wakil rakyat (terkecuali incumbent yang kembali terpilih). Ribuan pasang mata rakyat berharap-harap mendapat janji manis yang disampaikan saat kampanye.

Barangkali tidak ada profesi yang paling berbau ‘amanat’ melebihi profesi wakil rakyat. Hanya dua kemungkinan saat menjalaninya yaitu khianat atau amanat.

Disadari atau tidak bagi seorang mukmin yang memang sudah berikrar mau menjadi wakil rakyat amanat ini melekat kuat saat terpilih. Karena dirinya seolah representasi dari keinginan dan harapan rakyat maka wajar jika sorotan kepada mereka demikian kuat.

Di lain sisi, tantangan menjadi anggota dewan ternyata tidak mudah ditaklukkan, bahkan untuk seorang yang sangat idealis sekalipun seperti aleg PKS. Berikut ini 7 ancaman yang menanti mereka yang idealis (yang rusak tidak kami bahas) di kursi empuk wakil rakyat:

1. Bengkoknya Niat

Ada beberapa alasan yang bisa melegitimasi bengkoknya niat tulus anggota dewan al:
a) Tantangan kepentingan individu dan kelompok yang kuat.
b) Terbukanya pintu mendapatkan proyek dan komisi atas proyek.
c) Sulitnya mewujudkan program dan ide karena arus berhadapan dengan program dan ide anggota lain.
d) Banyaknya ‘tikus’ penggoda yang menawarkan aneka kenikmatan fasilitas anggotadewan.

2. Larut dalam Kebiasaan Busuk

Banyak yang menduga pembusukan lembaga perwakilan rakyat karena murni anggota DPR itu sendiri. Namun sesungguhnya ada yang lebih busuk dari mereka yaitu PNS yang bertugas menjalankan opersional anggota dewan. Mereka inilah calo-calo kebusukan yang menjadi mentor anggota dewan yang baru bergabung.

Anggota dewan yang baru bergabung pada akhirnya menyerah dan ikut arus busuk kebiasaan lama seperti mengambil uang rapat walau tidak hadir rapat, memakai fasilitas anggota dewan untuk kepentingan pribadi (kendara- an,mess,biaya kunjungan dst).

3. Hilangnya sifat Waraa

Seseorang yang wara’ (menjaga diri dari yang syubhat apalagi yang haram) akan luntur sikapnya saat menjadi anggota dewan. Hal ini banyak disebabkan karena anggota dewan yang berlindung kepada undang-undang yang dibuatnya sendiri.

Beredarnya amplop berisi uang yang tidak jelas asalnya sangat lumrah terjadi di tubuh lembaga perwakilan rakyat ini.

Sehingga anggota dewan yang tadinya sangat menjauhi hal-hal yang syubhat bisa tergelincir dan terbiasa menerima sesuatu yang ukuran halalnya adalah kesepakatan bersama mereka.

4. Menjauh dari Rakyat

Kesibukan rapat, kunjungan kerja dan hearing dst, yang notabene ada ‘uangnya’ akan menggoda DPR untuk mengutamakan kegiatan tersebut ketimbang ‘blusukan’ untuk mendengar langsung keluhan masyarakat.

Mereka kembali mendekat kelak menjelang pemilu yang tujuannya adalah membeli suara rakyat, bukan lagi pendidikan politik dan gerakan penyadaran. Akhirnya masyarakat terbiasa dengan politik transaksional semacam ini.

5. Hilangnya Sensitifitas

Sensitifitas hanya muncul pada orang yang mampu mengendalikan dunia. Bagi para pecundang, sering membuat berbagi alasan untuk melegitimasi tindakannya. Saat belum menjadi anggota dewan begitu sederhana hidupnya, namun setelah menjadi anggota dewan secara terang-terangan mulai mem- bangun kemakmuran pribadinya dengan membeli rumah, kendaraan, dan aset-aset lainnya.

6. Menjauh dari Nasihat

Sebutan anggota dewan yang terhormat sesungguhnya racun mematikan. Sebutan tersebut telah menempatkan individu yang lemah menjadi individu yang tertipu oleh bayangan kebesaran dirinya yang palsu.

Kondisi inilah yang sering menjadi penghambat anggota dewan mau menerima masukan atau nasihat. Terlebih banyak nasihat yang disampaikan dengan tidak santun membuta mereka kian jauh dari nasihat.

7. Meremehkan Kesehatan

Seringkali kegiatan anggota dewan adalah perpindahan dari satu jamuan ke jamuan lain. Makanan yang serba wah dan ‘enak’ semua masuk ke dalam tubuh mereka. Adapun kebiasaan duduk berlama-lam juga membuat aktivitas olah raga mereka menurun. Akibatnya? Beraneka ragam penyakit mengintai mereka.

Tak sedikit anggota dewan yang di ‘PAW’ bukan oleh partainya. Tetapi oleh penyakit berat yang dideritanya.

Nah, jika ancaman sedemikian berat di depan mata. Maka yang terbaik adalah memepersiapkan bekal terbaik untuk menghadapinya. Dan sebaik-baik bekal adalah TAKWA. Jadi nonsens jika ada anggota dwwan yang dapat sukses sementara ia tidak memahami TAKWA yang sebenar-benarnya.

Wallahua’lam

Oleh: Abu Ihsan


posted by @Adimin

Sinyal sinyal Kematian



Suatu hari, Iyas bin Qatadah, pemimpin Bani Tamim, melihat bulu jenggotnya sudah putih. Ia pun berucap: “Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari perkara (petaka atau kematian) secara mendadak. Kulihat kematian sudah menuntutku dan aku tak bisa mengelak darinya.

Kemudian, ia pun keluar menemui masyarakatnya, seraya berseru: “Wahai kaum Bani Tamim, aku sungguh sudah memberikan masa mudaku untuk kalian maka hendaknya kalian memberikan untukku di masa tuaku. Mengapa kalian tak bisa memperlihatkan kepadaku perihal krusial dan mendesaknya kebutuhan; kematian ini begitu dekat denganku.

Kemudian, ia mengibaskan surbannya, menyendiri, lalu meminta izin kepada kaumnya untuk fokus beribadah kepada Rabb-nya, dan tidak melibatkan diri dalam percaturan kekuasaan, hingga meninggal.

Sinyal-sinyal dari kerentaan usia, yang sekaligus merupakan salah satu indikasi dari dekatnya seseorang akan kematian, kerap hadir di hadapan kita.

Misalnya, anak-cucu yang sudah beringsut dewasa, kulit yang sudah mengeriput, gigi yang sudah mulai tanggal satu demi satu, tulang mengalami osteoporosis yang selanjutnya mengakibatkan nyeri, menurunnya daya pendengaran, indra pengecap, dan daya ingat (memori). Demikian pula dengan tumbuhnya uban di bulu-bulu kita.

Melalui narasi di atas, bagaimana Iyas bin Qatadah, pemimpin Bani Tamim, begitu cerdas menangkap sinyal-sinyal kematian itu dengan hadirnya uban di jenggotnya.

Maka, berbahagialah kita yang tersadarkan dengan segenap fase kehidupan yang mau tidak mau mesti kita jalani, sehingga babak kehidupan kita pun berakhir dengan indah. Sebaliknya, hati-hatilah, jika semua itu sama sekali tidak menorehkan keinsyapan pada kita, sehingga “makin tua justru makin jadi”.

Allah berfirman: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (ar-Rum: 54).

Sedang, Nabi SAW bersabda: Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam, walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat.” (HR Ibnu Hibban).

Gemerlap jabatan dan kekuasaan (al-jah) memang acap kali meninabobokan manusia, sehingga dia bebal untuk mengingat kematian. Itulah sebabnya mengapa banyak guru spiritual mewanti-wanti agar seseorang tidak tersandung dalam jebakan ini.

Bahwa, kekuasaan juga merupakan wahana bagi sang hamba untuk lebih banyak beramal saleh memang benar. Tapi, banyak tokoh politik dan pemimpin terkapar di dalamnya adalah fakta yang sulit dibantah, sehingga dia terpasung dalam janji-janji muluk yang diikrarkannya sendiri dan sifat amanah pun menjadi jauh sekali.

Sosok Iyas bin Qatadah sebagai pemimpin, moga bisa menginspirasi para tokoh politik kita, sehingga akhir hidupnya sungguh memesona, ia sukses dalam menjalin hubungan dengan sesama dan Rabb-nya

posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger