Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
June 01, 2017
مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ, رَدَّ اللهُ وَجْهَهُ
النَّارَ
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ
وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Ingatlah sejenak sabda Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam:
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الأَجْوَفَانِ : الفَمُ و الْفَرَجُ
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
posted by @Adimin
Kehormatan Jangan Dijatuhkan, Kesalahan Jangan Dicari-cari
Written By @Adimin on 01 June, 2017 | June 01, 2017
Al-Qur'an ini tegas melarang tajassus alias mencari-cari
kesalahan orang. Ini merupakan keburukan sangat besar
ALANGKAH banyak aib kita yang Allah Ta’ala
tutupi. Andaikan aib itu berupa bau busuk, niscaya kita tak akan sanggup
mencium aib kita sendiri. Sesiapa yang Allah Ta’ala telah tutupi aibnya saat
berbuat dosa, maka janganlah ia menceritakan menyebarluaskannya kepada orang
lain. Janganlah menjadi mujahirin.
Siapakah mujahirin itu? Orang yang melakukan perbuatan
dosa secara terang-terangan. Mereka inilah orang yang tidak mendapat ampunan
Allah Ta’ala. Termasuk mujahirin adalah orang yang melakukan perbuatan mungkar
secara diam-diam, Allah Ta’ala pun tutupi, tetapi ia kemudian menceritakan
kepada orang lain tanpa alasan yang haq.
Sangat banyak aib kita yang Allah Ta’ala tutupi. Maka
hendaklah kita berusaha menjaga diri agar tak membuka aib orang lain &
menyebarkannya.
Tidakkah kita ingin termasuk yang dijamin Nabi
shallaLlahu ‘alaihi wa sallam?
“Sesiapa mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan
dicemarkan orang, maka Allah akan menolak api neraka dari mukanya pada hari
Kiamat.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ahmad ini
menunjukkan betapa melindungi kehormatan seorang muslim akan menyelamatkan
seseorang dari api neraka. Kehormatan seorang muslim sama mulianya dengan
darahnya; tak boleh menetes sedikit pun tanpa alasan yang dibenarkan.
Jika menjaga kehormatan saudara seiman dan menutupi
aibnya merupakan kemuliaan, maka menyebarluaskan tanpa hak (ghibah) sangat
tercela. Menggunjing (ghibah) itu ibarat memakan bangkai saudaranya; pertanda
sangat busuk dan kejinya perbuatan yang kadang terasa mengasyikkan itu.
Ingatlah, wahai diriku yang bertumpuk kesalahan,
sesungguhnya setiap muslim itu mulia. Haram kita ciderai darahnya, kehormatan
dan hartanya. Sesungguhnya Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda:
“Setiap muslim terhadap muslim yang lain adalah haram,
yaitu darahnya, kehormatannya dan hartanya.” (HR. Muslim).
Tidakkah kita perhatikan ini?
Tidak ada yang memudahkan kita untuk merusak kehormatan
sesama muslim kecuali karena lemahnya iman. Terlebih jika sudah ada buruk
sangka. Penyebab lain yang menggelincirkan kita merusak kehormatan saudara
seiman adalah besarnya kemaksiatan diri yang hendak ditutupi. Sesungguhnya
kemaksiatan yang beriring dengan kezaliman dan kejahatan itu membuat seseorang
cemas terhadap terbukanya aib.
Nurani yang bersih membuat kita merasa gelisah dan malu
apabila berbuat maksiat. Dan semakin bertambah kegelisahan itu jika
kemungkarannya besar. Kecemasan terhadap aib yang tak dapat ditutupi akan semakin
besar dan menakutkan pada orang yang terbiasa membuka aib orang lain, padahal
ia sedang memperbuat kemungkaran besar yang mengancam kehormatan diri serta
kedudukannya di tengah-tengah manusia. Jika kemaksiatan dan buruk sangka telah
mengakar pada diri seseorang, maka pintu keburukan berikutnya yang segera ia
masuki adalah tajassus.
Apakah tajassus itu? Mencari-cari kesalahan hingga
mencari kemungkinan yang tersulit sekalipun. Jika mendapati, ia besarkan
kesalahan itu. Semakin besar semangat untuk melakukan tajassus, semakin besar
pula kecenderungan membesar-besarkan kesalahan atau kekeliruan yang kecil. Apa
yang sebenarnya merupakan kekhilafan dalam urusan sederhana yang wajar terjadi
dan sepatutnya dimaafkan, ditampak-tampakkan sebagai kejahatan besar. Jika
tidak segera bertaubat dari keburukan ini, ia dapat terperosok kepada keburukan
yang lebih besar, yakni mengada-adakan kesalahan.
Apa bedanya? Mencari-cari kesalahan memang berusaha
sekuat tenaga menemukan keburukan seseorang, sedangkan mengada-adakan lebih
buruk lagi. Mengada-adakan kesalahan itu ia mengetahui betul bahwa tidak ada
kesalahan pada orang tersebut, tetapi ia menisbahkan kesalahan kepadanya;
mengesankan kepadanya bahwa ia berbuat kesalahan yang sangat besar. Ini semua
termasuk fitnah yang keji. Ghibah itu buruk. Tajassus itu sangat buruk. Dan
lebih buruk lagi adalah melakukan fitnah. Karena itu, kita perlu berhati-hati
terhadap buruk sangka agar tidak tergelincir kepada tajassus atau yang lebih
buruk lagi, yakni fitnah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang lain (tajassus) dan jangan pula menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan bangkai
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Hujurat, 49 : 12).
Firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an ini tegas melarang
tajassus alias mencari-cari kesalahan orang. Ini merupakan keburukan sangat
besar. Buruknya tajassus, apalagi jika sampai mengada-adakan kesalahan, akan
lebih besar kerusakannya jika menimpa tokoh, sosok panutan dan penguasa. Maka,
ikhtiar agar tidak bermudah-mudah menjatukan kehormatan sesama muslim, kita
perlu memperbaiki iman, menjaga lisan dan menjaga diri.
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الأَجْوَفَانِ : الفَمُ و الْفَرَجُ
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka
adalah dua lubang: mulut dan kemaluan.” (HR.
Tirmidzi, Ahmad dan lainnya).
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita, para tokoh serta
sosok panutan kita maupun para penguasa dari merusak kehormatan, tajassus dan
mengada-adakan kesalahan
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
posted by @Adimin
Label:
SLIDER,
TOPIK PILIHAN