Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
February 05, 2013
Senjata Melawan Riba
Written By @Adimin on 05 February, 2013 | February 05, 2013
MENURUT laporan
McKinsey, hanya 12 % usaha Indonesia saat ini yang menggunakan
pembiayaan kredit dari Bank. Lantas kemana uang masyarakat yang begitu
banyak ditabung di bank-bank?, menurut laporan yang sama pula antara
lain uang tersebut tersimpan dalam apa yang mereka sebut high-yield, low risk Bank Indonesia Certificates (SBIs).
Laporan ini seolah menguatkan alasan mengapa riba dilarang dalam Islam,
karena uang tidak perlu bekerja produktif sudah menjadi investasi
dengan hasil tinggi dan resiko rendah. Lantas mau digerakkan dengan apa
ekonomi kalau demikian?
Ketika ekonomi tidak berputar secara merata, Indonesia bisa saja menjadi kekuatan ekonomi besar – ke 7 di dunia pada tahun 2030 berdasarkan scenario di laporan McKinsey tersebut. Tetapi ketimpangan juga semakin luas, saat itu diprediksi ada 55 juta orang tidak memiliki akses sanitasi dan 25 juta orang tidak memiliki akses air bersih.
Itulah pertumbuhan ekonomi yang antara lain mengandalkan sektor finansial ribawi itu – seolah sah-sah saja kita membuat skenario ekonomi yang akan memiskinkan sekian puluh juta orang tersebut.
Bahwa hasil itu ada di tangan Allah semata, setidaknya bila kita merencanakan dan berupaya membangun ekonomi untuk negeri ini – targetnya harus meng-eliminasi kemiskinan atau meminimisasinya.
Lantas dengan apa kita akan mengeliminasi kemiskinan itu? Secara umum kita bisa mengeliminasi kemiskinan dengan “7 Sumber Pengentasan Kemiskinan” yang telah saya muat di situs ini pada tanggal 7-September 2012 lalu.
Untuk kemiskinan yang ditimbulkan oleh praktek-praktek ribawi, kitapun telah dibekali oleh Allah antara lain dengan dua senjata utama yaitu perdagangan dan sedekah sebagaimana tercantum di penggalan dua ayat yang berurutan berikut :
“… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba… Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS al_Baqarah [2]:275-276).
Jadi lawan riba itu dua – yaitu yang pertama perdagangan atau jual-beli dan yang kedua sedekah. Dua lawan riba ini secara umum tercover dalam tulisan saya tersebut di atas, hanya pada tulisan ini akan saya elaborasi salah satunya yaitu perdagangannya.
Bila perdagangan itu hanya mengandalkan permodalan – maka kita akan terjebak pada kapitalisme ribawi sebagaimana terungkap oleh data McKinsey tersebut – dimana hanya segelintir pengusaha saja (12%) yang memiliki akses pembiayaan kredit bank. Mayoritasnya tidak punya modal dan tidak bisa mengakses modal perbankan.
Lantas dengan apa kita bisa berdagang bila tanpa modal? Ingat pelajaran yang sangat berharga dari jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – salah satu orang terkaya di jaman itu adalah Abdurrahman bin ‘Auf – dia memulai perdagangannya tanpa modal, dia memulai perdagangannya hanya dengan tahu di mana pasar!
Kemudian di pasar dia bertemu orang-orang yang membutuhkan barang apa, di pasar pula dia ketemu orang-orang yang memiliki barang dagangan apa. Dengan mempertemukan demand dengan supply-nya, dengan itulah Abdurrahman bin ‘Auf mulai berdagang.
Cara perdagangan saat itu juga tergambar dengan jelas melalui hadits sahih yang sangat sering saya sajikan di situs ini.
“(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” (HR. Muslim).
Ketika barang atau kebutuhan kita ditukarnya dengan emas atau perak – itulah jual beli dengan uang yang kita kenal sampai sekarang. Ketika ditukar antar jenis barang yang berbeda – misalnya gandum ditukar dengan kurma – maka itulah jual beli dengan barter yang telah sekian lama ditinggalkan.
Dalam era perdagangan atau jual beli yang mengandalkan uang atau modal, umat yang mayoritas di negeri ini terperdaya oleh segelintir minoritas yang menguasai perdagangan hampir di seluruh aspek kehidupan kita. Dari perdagangan mie sampai mobil dikuasai mereka.
Lantas bagaimana kita merebut kembali dominasi perdagangan ini untuk kembali berada di tangan umat – sebagaimana umat ini dahulu perkasa di perdagangan? Salah satu caranya ya meng-eksplorasi cara-cara perdagangan yang tersirat dalam hadits tersebut di atas.
Mayoritas umat ini tidak memiliki akses modal untuk berdagang, maka ayolah kita mulai belajar berdagang a la Abdurrahman bin ‘Auf – berangkat ke pasar tanpa modal. Dengan barter yang dijaman modern ini saya sebut barter modern atau perdagangan kreatif – Anda bisa berangkat ke pasar untuk mulai berdagang tanpa modal (uang).
Maka bagi Anda yang sudah confirm hadir untuk acara besuk di Rumah Hikmah, bayangkan diri Anda besuk adalah seperti hari pertamanya Abdurrahman bin Auf berangkat ke pasar.
Di sana Anda akan ketemu seratusan lebih orang-orang yang membutuhkan barang atau jasa ini dan itu, dan sejumlah orang yang sama yang menawarkan barang atau jasa ini dan itu. Challenge Anda adalah bagaimana mempertemukannya tanpa harus dengan uang atau modal.
Dengan cara inilah umat ini dahulu diunggulkan dalam perdagangan, maka insyaAllah dengan cara ini pula kita akan bisa mengulangi keunggulan itu. Bila kita bisa unggul dalam perdagangan, otomatis lawan dari perdagangan - yaitu riba akan melemah.
Bila riba melemah syukur-syukur menghilang dari umat ini, insyaAllah negeri ini akan bisa kembali hidup dalam keberkahanNya. Amin
Ketika ekonomi tidak berputar secara merata, Indonesia bisa saja menjadi kekuatan ekonomi besar – ke 7 di dunia pada tahun 2030 berdasarkan scenario di laporan McKinsey tersebut. Tetapi ketimpangan juga semakin luas, saat itu diprediksi ada 55 juta orang tidak memiliki akses sanitasi dan 25 juta orang tidak memiliki akses air bersih.
Itulah pertumbuhan ekonomi yang antara lain mengandalkan sektor finansial ribawi itu – seolah sah-sah saja kita membuat skenario ekonomi yang akan memiskinkan sekian puluh juta orang tersebut.
Bahwa hasil itu ada di tangan Allah semata, setidaknya bila kita merencanakan dan berupaya membangun ekonomi untuk negeri ini – targetnya harus meng-eliminasi kemiskinan atau meminimisasinya.
Lantas dengan apa kita akan mengeliminasi kemiskinan itu? Secara umum kita bisa mengeliminasi kemiskinan dengan “7 Sumber Pengentasan Kemiskinan” yang telah saya muat di situs ini pada tanggal 7-September 2012 lalu.
Untuk kemiskinan yang ditimbulkan oleh praktek-praktek ribawi, kitapun telah dibekali oleh Allah antara lain dengan dua senjata utama yaitu perdagangan dan sedekah sebagaimana tercantum di penggalan dua ayat yang berurutan berikut :
“… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba… Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS al_Baqarah [2]:275-276).
Jadi lawan riba itu dua – yaitu yang pertama perdagangan atau jual-beli dan yang kedua sedekah. Dua lawan riba ini secara umum tercover dalam tulisan saya tersebut di atas, hanya pada tulisan ini akan saya elaborasi salah satunya yaitu perdagangannya.
Bila perdagangan itu hanya mengandalkan permodalan – maka kita akan terjebak pada kapitalisme ribawi sebagaimana terungkap oleh data McKinsey tersebut – dimana hanya segelintir pengusaha saja (12%) yang memiliki akses pembiayaan kredit bank. Mayoritasnya tidak punya modal dan tidak bisa mengakses modal perbankan.
Lantas dengan apa kita bisa berdagang bila tanpa modal? Ingat pelajaran yang sangat berharga dari jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – salah satu orang terkaya di jaman itu adalah Abdurrahman bin ‘Auf – dia memulai perdagangannya tanpa modal, dia memulai perdagangannya hanya dengan tahu di mana pasar!
Kemudian di pasar dia bertemu orang-orang yang membutuhkan barang apa, di pasar pula dia ketemu orang-orang yang memiliki barang dagangan apa. Dengan mempertemukan demand dengan supply-nya, dengan itulah Abdurrahman bin ‘Auf mulai berdagang.
Cara perdagangan saat itu juga tergambar dengan jelas melalui hadits sahih yang sangat sering saya sajikan di situs ini.
“(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” (HR. Muslim).
Ketika barang atau kebutuhan kita ditukarnya dengan emas atau perak – itulah jual beli dengan uang yang kita kenal sampai sekarang. Ketika ditukar antar jenis barang yang berbeda – misalnya gandum ditukar dengan kurma – maka itulah jual beli dengan barter yang telah sekian lama ditinggalkan.
Dalam era perdagangan atau jual beli yang mengandalkan uang atau modal, umat yang mayoritas di negeri ini terperdaya oleh segelintir minoritas yang menguasai perdagangan hampir di seluruh aspek kehidupan kita. Dari perdagangan mie sampai mobil dikuasai mereka.
Lantas bagaimana kita merebut kembali dominasi perdagangan ini untuk kembali berada di tangan umat – sebagaimana umat ini dahulu perkasa di perdagangan? Salah satu caranya ya meng-eksplorasi cara-cara perdagangan yang tersirat dalam hadits tersebut di atas.
Mayoritas umat ini tidak memiliki akses modal untuk berdagang, maka ayolah kita mulai belajar berdagang a la Abdurrahman bin ‘Auf – berangkat ke pasar tanpa modal. Dengan barter yang dijaman modern ini saya sebut barter modern atau perdagangan kreatif – Anda bisa berangkat ke pasar untuk mulai berdagang tanpa modal (uang).
Maka bagi Anda yang sudah confirm hadir untuk acara besuk di Rumah Hikmah, bayangkan diri Anda besuk adalah seperti hari pertamanya Abdurrahman bin Auf berangkat ke pasar.
Di sana Anda akan ketemu seratusan lebih orang-orang yang membutuhkan barang atau jasa ini dan itu, dan sejumlah orang yang sama yang menawarkan barang atau jasa ini dan itu. Challenge Anda adalah bagaimana mempertemukannya tanpa harus dengan uang atau modal.
Dengan cara inilah umat ini dahulu diunggulkan dalam perdagangan, maka insyaAllah dengan cara ini pula kita akan bisa mengulangi keunggulan itu. Bila kita bisa unggul dalam perdagangan, otomatis lawan dari perdagangan - yaitu riba akan melemah.
Bila riba melemah syukur-syukur menghilang dari umat ini, insyaAllah negeri ini akan bisa kembali hidup dalam keberkahanNya. Amin
Sumber : Hidayatullah
posted by Adimin
Label:
FAKTA
February 05, 2013
Bagi PKS haters (pembenci PKS), kalau anda tahan sih, bisa tahu model komunikasi ala PKS. Jika tidak ya mute /unfol / bully dll . Monggo sy ikhlas :)
posted by Adimin
Ayyuhal Ikhwah.. Min Huna Nabda'
Bagi PKS haters (pembenci PKS), kalau anda tahan sih, bisa tahu model komunikasi ala PKS. Jika tidak ya mute /unfol / bully dll . Monggo sy ikhlas :)
- Sebelum dilanjutkan silahkan baca komentar orang luar soal tangis PKS di Kompasiana ini >>> "Arti Tangisan Kader PKS Saat Mendengar Pidato Anis Matta".
- Akhuna, yang aku mencintaimu karena Allah, orang bilang tangis saat pidato Anis Matta itu tangisan buaya dan pura-pura.
- Sabarlah, mereka tak tahu bahwa tangis-tangis serupa kita teteskan hampir setiap minggu.
- Dalam lingkaran-lingkaran antar hati. Orang tak tahu, ini hubungan hati - ta'liful qulub.
- Dlm bisik rabithah sebelum kafaratul majelis terucap, bulir bulir tangis menetes. Itu sudah biasa. Mereka hanya tak faham.
- Mereka pikir, ini adalah partai politik, sama seperti parpol yang itu, yang disana, yang berpecah belah itu.
- Mereka duga ini parpol untuk mencari jabatan, menimbun kekayaan, lalu berpecah belah karena gengsi kalah posisi.
- Ah..lupakan sejenak komentar orang akhi, mari segera mengambil cermin.
- Ya ikhwati fillah, jamaah ini sedang sampai pada fase menjelang kemenangan. Fase mihnah yang terjal.
- Ustad Jumah Amin bin A Azis dalam manhaj al imam hasan al banna, ats tsawabit wal muthaghayirat sudah ingatkan…
- Riya, ghurur,congkak, merasa tinggi dan besar, itulah penyakit utama jamaah.
- Virus ambisi pribadi,suka menonjol, suka publisitas, dapat menggelincirkan.
- Apakah ini yg menimpa jamaah hari ini?
- Maka mari resapi betul pidato qiyadah (Presiden PKS), kita harus segera bertaubat, muhasabah total.
- Menangis di ujung malam, betapa semua amal kita ternyata mengandung ujub. Ingin dimulyakan oleh manusia.
- Menangis betapa kita kadang berbangga diri dengan kualitas amal yang pas-pasan. Lantas kita mengaku sdh beriman?
- Tapi, tangis dan sesal, bukanlah pelemah ya ikhwah.
- Tangis dan sesal adalah api energi. Dan cemoohan orang adalah bahan bakarnya.
- Tangis yang mengobarkan amal, yang melecut ruhul tadhiyah, jiwa berkorban.
- Antum sudah merasa berkorban? oh ya? apa yang sudah antum beri? apa yang sudah engkau korbankan? hebat ya?
- Sadarlah akhuna, kita hanyalah sekrup kecil. Hanya debu di sela-sela batu bata peradaban yg sdg ditata.
- Menagih imbalan, menghitung peran, itulah virus jamaah akhi. Mari kita sapu bersih. Ctrl Alt Del.
- Jika dengan kasus LHI ini, bi idznillah, membuat PKS hanya dapat 1 % suara, apa antum lalu gentar dan berpaling?
- Bahkan jika PKS dibubarkan, dianggap terlarang, lalu antum dikejar2 utk dipenjarakan apa antum menyesal?
- Bagi mereka yg sudah menjabatkan tangan, pasti paham, memilih jalan dakwah pasti bertemu mihnah.
- Tapi mereka selalu ingat janji Allah : Wa Innal Jundana Lahumul gholibun (37 : 173)
- “Dan sesungguhnya Tentara Kami itulah yang menang”, hanya tentara Allah yang menang akhi, ingat!
- Dalam ribuan caci dan hujan umpatan ini mari kita ingat pesan sahabat nabi yang terkenal...
- “Kekeruhan dalam jamaah lebih baik dari kebeningan dalam kesendirian”.
- Akhuna, yang aku mencintaimu karena Allah, tak usah larut dalam sedih, mari kita buktikan dengan berbenah.
- Seperti pesan para pendiri jamaah ini : jadilah rahib di waktu malam, dan penunggang kuda yang gagah di siang hari.
- Kita berjanji agar tetap berhimpun dalam ketaatan kepada Allah, Allah semata-mata. Iyyakana'budu wa iyyakanasta'in...
- Mungkin kt sudah lupa, liqo-liqo kita di emper jalan, dengan kartu-kartu remi yang kita siapkan dlm kondisi darurat.
- Agar ketika intel-intel Orba datang, mereka duga kita sedang bermain kartu, padahal sedang mengkaji ayat-ayat Allah.
- Mungkin kt sudah lupa, liqo-liqo kita dulu tanpa suguhan, hanya air putih, bahkan tiga tahu dibagi tujuh. Ingat akh?
- Atau memori itu tergantikan dg taklim di HOTEL JW Marriott dan berangkat dengan Alphard, atau Prado?
- Siapapun engkau sekarang, akhuna, kenang kembali saat saat indah masa lalu kita.
- Jadikan kenangan #rindu itu sebagai tambahan obor untuk mencari pintu lorong, dalam jamaah yang sedang diserang kegelapan ini.
- Bersiapsiagalah, seperti dalam mukhoyam kita saroya, kita siaga menunggu instruksi muddarib di tengah malam.
- Dan untuk saudaraku, yang tertinggal kereta dakwah, di stasiun-stasiun desertir…Mari kembali, min huna nabda' ..
- Tegakah antum mengetahui kereta yg membawa keluargamu sendiri digelincirkan dari relnya. Itu masih saudaramu ya akhi..
- Apakah engkau sekarang justru bertepuk tangan, bergabung dalam barisan pencela? itu saudaramu ya akhuna…
- Sudah nggih, nggak kuat ini, #rindu dicukupkan, pamit dulu....
- Astaghfirullahal adziim.. astaghfurullahal adzim..astaghfirullahal adziim....
posted by Adimin
Label:
REFLEKSI,
SEPUTAR PKS
February 05, 2013
posted by Adimin
Warga dan Tokoh Masyarakat Justru Berbondong-Bondong Masuk PKS
Luthfi Hasan Ishaaq yang pada waktu itu merupakan Presiden PKS
ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK karena dituduh terlibat dalam suap
impor daging sapi. Dan tidak kurang dari 12 jam, Luthfi digelandang ke
KPK. Hal ini tentu saja merupakan hantaman tersendiri kepada tubuh PKS.
Masyarakat dibuat bingung dengannya. Karena banyak yang menaruh harapan
kepada PKS sebagai “benteng terakhir” pemberantasan korupsi di
Indonesia, khususnya pada perpolitikan Indonesia. Ditambah lagi beberapa
pengamat mengatakan di berbagai media bahwa kejadian ini akan
berdampak kepada turunnya suara PKS menjelang pemilu 2014.
Namun pada kenyataannya justru terbalik. Sebelum ini telah diberitakan
bahwa ada seorang ibu di Bandung langsung menelepon DPW PKS Jabar untuk
mendaftar menjadi anggota PKS. Dia mengatakan bahwa dia tahu PKS walau
sedang ada gonjang ganjing ini. Seorang mahasiswi di UNPAD menyatakan
ingin bergabung dengan PKS melalui twitter dengan memention anak seorang
kader PKS.
Lalu di NTT beberapa tokoh mengucapkan simpati dan kagum kepada
kader-kader PKS dan Presiden PKS yang baru. Sedangkan di Maluku,
tepatnya di daerah Kab MTB dan MBD yang berbatasan dengan Timor, ada
lima tokoh masyarakat setempat yang masing-masing ada yang beragama
Katolik dan ada yang Protestan minta untuk bergabung dan menjadi
pengurus PKS di sana.
Lain lagi dengan di Ujung Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur. Di
sana ada 3 orang, 2 Protestan dan 1 Katolik, minta diangkat jadi
Pengurus PKS di Balikpapan. Wartawan Senior Tribun tertegun dan menangis
menyaksikan Pidato Presiden PKS. Dan ibu-ibu rumah tangga datang ke
rumah menangis karena merasa PKS dizhalimi…
Sedangkan di Yogyakarta, sebagaimana disampaikan sendiri oleh DR Sukamta
Ketua DPW PKS DIY, seorang Ustadz besar sekaligus tokoh masyarakat
setempat yang sangat disegani (yang dulunya sulit dan alergi dengan PKS)
mengirimkan sms ke pengurus PKS sebagai berikut:
“Assalamu ‘alaikum. Bismillahirrohmanirrohiem. Dengan ini, saya, ustad [nama dirahasiakan], menyatakan diri bergabung ke Partai Keadilan Sejahtera. Wassalamu’alaikum.”
Di DPC Sukun Malang, ada seorang ayah yang fanatik dengan PDIP, sehingga
membatasi anaknya untuk tidak ikut acara-acara PKS, tapi setelah si
ayah melihat orasi Presiden PKS baru Anis Matta di TV, ada yang beda dia
rasakan, dia pun menyetujui anaknya bergabung dengan PKS.
Sedangkan di Garut, beberapa orang yang terdiri dari Hanura, PAN, PBB
dan mantan caleg PKNU semua SMS dan menyatakan siap dukung PKS di
2013-2014.
Berita terbaru yang didapatkan redaksi dakwatuna.com, seluruh remaja
masjid dan pemuda Muhammadiyah Terara meminta kartu anggota PKS untuk
dijadikan anggota PKS. Hal ini terjadi setelah DPC Terara Lotim NTB,
nonton bareng pidato politik Anis Mata di youtube.
Sedangkan seorang tokoh masyarakat Majene yang merupakan PNS, dosen UNM,
dan Pengusaha setempat, ikut menonton pidato politik Presiden PKS Anis
Matta bersama istrinya di televisi. Tiba-tiba sang istri berkata:
“Bagaimana kalo ayah masuk PKS saja dan tinggalkan PNS”. Dan hari ini
tokoh tersebut sudah menemui pengurus DPD, menyatakan siap masuk PKS dan
siap memberikan 8 unit motor, 1 mobil untuk DPD Majene, serta rumah
beliau di Majene yang besar dipinjamkan untuk kantor DPD Majene.
posted by Adimin
Label:
TOPIK PILIHAN