Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
December 08, 2014
bersamadakwah
posted by @Adimin
Inilah yang Lebih Dikhawatirkan Rasulullah atas Umatnya daripada Dajjal
Written By Sjam Deddy on 08 December, 2014 | December 08, 2014
Dajjal adalah fitnah yang besar bagi manusia di akhir zaman, tidak
terkecuali bagi umat Islam. Dengan kemampuan dan kekuatannya yang aneh,
banyak manusia akan menjadi pengikutnya.
Dari hadits-hadits shahih yang menerangkan tentang Dajjal, disebutkan
bahwa Dajjal bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara
cepat. Dajjal bisa memanggil syetan agar menyerupai orang yang telah
meninggal untuk bertemu dengan anaknya agar mengakui Dajjal sebagai
Tuhan. Dajjal juga bisa ‘mendatangkan’ hujan dan memerintahkan benda
mati menuruti keinginannya. Banyak orang yang tertipu dengan kehebatan
Dajjal. Karenanya, Rasulullah mengkhawatirkan umatnya atas fitnah Dajjal
ini.
Namun, ada hal yang lebih dikhawatirkan Rasulullah atas umatnya
daripada fitnah Dajjal. Apa itu? Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِى مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ. قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mendatangi kami sedangkan kami masih membicarakan al
Masih ad Dajjal. Maka beliau bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahu
sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas kalian daripada al Masih ad
Dajjal?’ Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulallah.’ Beliau bersabda, ‘Syirik
khafi. Yakni seseorang mendirikan shalat, lalu dia memperindah shalatnya
karena merasa ada orang yang melihat shalatnya.’” (HR. Ibnu Majah; shahih)
Inilah hal yang lebih dikhawatirkan Rasulullah menimpa umatnya
daripada datangnya Dajjal. Sririk khafi. Syirik yang samar. Begitu samar
bisa jadi orang tidak menyadari bahwa dirinya telah berbuat demikian.
Salah satu contohnya adalah memperindah shalat karena merasa dilihat
orang.
Pada surat Al Ma’un disebutkan bahwa ada orang yang menunaikan shalat
tapi celaka. Yakni orang yang lalai dalam shalatnya. Diantara bentuk
kelalaian itu adalah ia melalaikan Allah, tetapi justru memikirkan orang
yang melihat shalatnya. Ia tidak ingat Allah, tetapi ingat betul
terhadap manusia yang melihat dirinya.
Seberapapun bahaya Dajjal, ia kelihatan dan dapat diketahui
tanda-tandanya secara fisik. Namun soal syirik khafi ini, ia begitu
halus sehingga orang yang tengah shalat pun bisa terkena.
Seberapapun bahaya Dajjal, ia tidak bisa memasuki Makkah dan Madinah.
Namun soal syirik khafi ini, ia bisa menimpa muslim mana pun termasuk
yang tinggal di Makkah dan Madinah.
Mari kita berdoa semoga dilindungi Allah dari seluruh syirik, baik
syirik yang terang-terangan (syirik jali) maupun syirik yang samar-samar
(syirik khafi):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun
kepada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
Wallahu a’lam bish shawab.
bersamadakwah
posted by @Adimin
Label:
OASE,
TOPIK PILIHAN
December 08, 2014
posted by @Adimin
Tidur Lebih Awal Menyehatkan Pikiran
Mereka yang suka begadang, dengan jangka waktu tidur pendek dan tidur
larut malam, dilaporkan mengalami pikiran negatif berulang kali daripada
mereka yang punya jadwal tidur teratur.
TIDUR lebih awal dan menjaga jam tidur yang teratur
dapat mengurangi pikiran negatif dan kecemasan, menurut penelitian
terbaru di Binghamton University (BU) di New York.
Penelitian ini melibatkan 100 mahasiswa BU yang diminta untuk mengisi
beberapa kuesioner dan melakukan dua tugas komputerisasi untuk menilai
tingkat berpikir negatif mereka yang terus muncul berulang, dengan
mengukur tingkat kecemasan, pikiran, dan obsesi.
Mereka juga diminta untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
kebiasaan tidur, jam berapa, apakah dilakukan teratur, atau kebiasaan
itu bergantung pada saat ujian dan kegiatan sosial.
Mereka yang menggambarkan diri sebagai manusia suka begadang, dengan
jangka waktu tidur pendek dan tidur larut malam, dilaporkan mengalami
pikiran negatif berulang kali daripada mereka yang punya jadwal tidur
teratur dan masa tidur yang lebih panjang, kata para peneliti.
Temuan mereka juga menunjukkan, pikiran negatif yang berulang terkait
dengan kurangnya tidur. Persoalan ini dapat berisiko terkena gangguan
kesehatan mental.
“Jika temuan lebih lanjut mendukung hubungan antara waktu tidur dan
berpikir negatif yang berulang, bisa dijadikan langkah pengobatan bagi
individu yang mengalami gangguan internal,” kata seorang peneliti,
Meredith Coles.
Inspirasi melakukan penelitian ini berawal dari hubungan antara
masalah tidur dan kesehatan mental, baik kecil dan besar, menurut para
peneliti.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Cognitive Therapy and Research dan dimuat di New York Daily News, Jumat (5/12/2014)
posted by @Adimin
Label:
Keluarga,
Kesehatan,
TOPIK PILIHAN
December 08, 2014
KEJAHATAN, perilaku tak senonoh yang termasuk dalam
maksiat akhir-akhir seolah menjadi suguhan masyarakat. Para pelakunya
tak hanya orang dewasa dan orang tak terdidik. Maksiat bahkan dilakukan
usia anak-anak hingga abdi negara, petugas hukum bahkan ahli agama.
hidayatulah
posted by @Adimin
20 Alasan Bahaya Maksiat (Bagian Pertama)
Larangan dalam agama dapat dijalankan dengan dasar ta’abbudikepatuhan
sebagai hamba Allah tanpa banyak bicara dan ta’aqquli—dapat dinalar oleh
akal
Di media sosial diramaikan dengan peristiwa cukup menyedihahkan,
seorang pelajar berpakaian seragam sekolah tertangkap masyarakat karena
melahirkan di kebun.
Belum lama ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPP) menangkap mantan
bupati Bangkalan-Madura yang dikenal seorang abdi pemerintah sekaligus
tokoh agama setempat.
Bagi orang Bugis Bone, dikenal istilah menjunjung tinggi siri’—harga
diri—serta sangat mencela perbuatan biadab dan memalukan. Masyarakat
Bone percaya bahwa jika maksiat telah merajalela, maka bencana (bala’)
hanya menunggu waktu. Padahal itu hanya ditinjau dari segi adat,
bagaimana agama?
Maksiat dari segi bahasa bermakna durhaka dari segi istilah ialah
perbuatan yang membawa dosa yaitu yang bertentangan dengan akidah,
syariat dan ajaran Islam karena melakukan larangan Allah dan Rasulnya.
Maksiat bisa merusak agama, iman, akhlak, kemuliaan diri dan
kesejahteraan individu, keluarga, masyarakat, negara dan umat secara
keseluruhan.
Umat Islam memiliki satu konsep yang dipahami secara konsensus bahwa
perintah dan larangan dalam agama dapat dijalankan dengan dasar ta’abbudi—kepatuhan sebagai hamba Allah (abdullah) tanpa banyak bicara —dan ta’aqquli—dapat
dinalar oleh akal. Oleh karena itu,bahaya maksiat ditinjau dari dua
segi di atas, ta’abbudi maupun ta’aqquli sangat jelas dan terang.
Sebagai contoh, adanya larangan untuk mengkonsumsi daging babi, bagi
segenap umat Muhammad, mematuhi larangan tersebut adalah sebuah
keniscayaan tanpa ada protes, mengapa dan bagaimana hal itu terlarang,
inilah bentuk ta’abbudi. Belakangan didapati bahwa ternyata memakan
daging babi akan mendatangkan penyakit tertentu karena pada daging
tersebut mengandung cacing pita.
Itu berarti menghindari daging babi akan mendatangkan kemaslahatan,
inilah bentuk ta’aqquli. Kecuali itu, ada pula ta’abbudi dan ta’aqquli
sekaligus, seperti larangan berzina dengan menghukum pelakunya seberat
mungkin, karena memang telah terdapat larangan untuk
mendekatinya—apalagi melakukannya—dalam bentuk wahyu Al-Qur’an dan hadis
Nabi juga telah dipaparkan cara-cara pelaksanaan hukumannya dengan
gamblang, tidak ada ruang untuk mengingkarinya, ini dipandang dari
ta’abbudi sedang dari ta’aqquli jelas-jelas bahwa zina adalah perbuatan
yang dapat merugikan kedua belah pihak, terutama wanita yang menjadi
korban, dan dalam tahap tertentu—jika terlalu bebas—dapat mendatangkan
penyakit (kutukan) seperti HIV/AIDS.
Perbuatan maksiat, jika ditinjau dari segi sosial akan merugikan
masyarakat karena jika musibah datang tidak hanya menimpa pada pelakunya
seorang, akan tetapi pada segenap masyarakat yang ada di sekitar pelaku
maksiat, sebagaimana disitir Al-Qur’an, Wattaqu fitnatan la tushibanna
al-ladzina dzalamu minkum khassah. Takutlah akan musibah–akibat
maksiat–yang jika turun tidak hanya menimpa para pelaku maksiat, (QS.
Al-Anfal: 25).
Sedang jika ditinjau dari segi personal, pelaku maksiat akan
mendatangkan banyak kehinaan. Berikut, beberapa implikasi yang
ditimbulkan oleh maksiat.
Pertama. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan
dalam diri kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut.
Karena itu, tatkala Imam Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan Imam
Malik untuk belajar, Imam Malik sangat kagum akan kecerdasan dan daya
hafalnya hingga beliau bertutur, “Aku melihat Allah telah menyiratkan
cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu
dengan maksiat. “Imam Syafi’i bertutur, Aku mengadu tentang kelemahan
hafalanku yang buruk. Dia memberiku bimbingan untuk meninggalkan
kemaksiatan seraya berkata, ‘Ketahuilah, ilmu adalah cahaya. Dan cahaya
Allah tidak diberikan kepada si pelaku dosa dan kemaksiatan’[Syakautu
ila waqi’i ‘an su’a hifdzi. Fa’arsyadani ila tarkil-ma’ashi. Fa
akhbarani biannal-‘ilma nurun wa nurullah la yuhda lil ‘ashy!].
Kedua; Maksiat Menghalangi Rezeki
Dalam kitab “Musnad Ahmad” disebutkan, “Seorang hamba dicegah dari
rezki akibat dosa yang diperbuatnya”. Jika ketakwaan merupakan penyebab
datangnya rezeki, maka meninggalkannya dapat menimbulkan kekafiran.
Tidak ada satupun yang dapat memudahkan rezeki Allah kecuali dengan
meninggalkan maksiat.
Ketiga, Maksiat Menimbulkan Jarak dengan Allah
Jauh atau sunyinya hati seorang manusia dari cahaya Allah disebabkan
oleh perbuatan maksiatnya. Tidak ada perbuatan meninggalkan dosa yang
dapat menghilangkan kesunyian tersebut kecuali berwaspada dari perbuatan
maksiat. Seseorang yang berakal tentu akan dengan mudah meninggalkan
kesunyian itu. Diriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki yang mengeluh
kepada seorang yang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang Arif berpesan,
Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa , maka tinggalkanlah. Dalam
hati, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas
dosa.
Keempat; Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Kemaksiatan dapat menjauhkan seorang manusia dengan manusia yang
lain, lebih-lebih dengan golongan yang baik. Semakin kuat tekanan
perasaan tersebut, semakin jauhlah ia dari mereka dan semakin
terhalangilah berbagai manfaat dari mereka; akhirnya dia semakin
mendekati setan. Kesunyian dan kegersangan itu semakin menguat hingga
berpengaruh pada hubungan dia dengan istri dan anak-anaknya, juga antara
dia dengan nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, Sesungguhnya aku
bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku
binatang dan istriku.
Kelima; Maksiat Menyulitkan Urusan
Pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi segala
masalahnya sebagaimana ketakwaan dapat memudahkan segala urusan.
Karenanya, sungguh mengherankan jika seorang hamba sulit menghampiri
pintu-pintu kebenaran sementara penyebabnya tidak ia ketahui.
Keenam, Maksiat Menggelapkan Hati
Pelaku maksiat akan senantiasa mengalami kegelapan hati seperti
gelapnya malam. Ketaatan itu adalah cahaya sebagaimana sinar matahari,
sedangkan kemaksiatan adalah gelap gulita di malam hari. Ibnu Abbas r.a
berkata, Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan pencerahan pada
wajah dan cahaya pada hati, kelapangan rezeki, kekuatan badan, dan
kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengandung ketidakceriaan
pada raut muka, kegelapan di kubur dan di hati, kelemahan badan,
susutnya rezeki, dan kebencian makhluk
posted by @Adimin
Label:
MUHASABAH,
OASE,
TOPIK PILIHAN