Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
January 27, 2014
Sang perempuan pun siap membantu untuk memuluskan langkah mereka untuk mengenapkan agama mereka.
semga kita mengambil sedikit manfaat dari sepotong cerita ini...
forbes
posted by @Adimin
Sepotong Cerita Buat Bujanghidin dan Bujangidah
Written By Sjam Deddy on 27 January, 2014 | January 27, 2014
Alkisah, ada sepasang anak muda yang telah berkomitmen
dengan agamanya. Setelah menjalani proses ta'aruf mereka telah merasakan siap
untuk menuju jenjang yang lebih terhormat. yaitu Lamaran (khitbah).
Sang lelaki harus menghadapi lelaki lain, yakni ayah dari wanita tersebut. Hal inilah yang mejadi tantangan yang sesungguhnya bagi lelaki tersebut. Akan tetapi, walaupun semua itu lebih berat dari pada aktivitas2 yang pernah ia jalani selama menjadi aktivis dakwah di kampusnya dulu. Ia tetap maju karena semua ini menyangkut masa depannya.
Sang lelaki harus menghadapi lelaki lain, yakni ayah dari wanita tersebut. Hal inilah yang mejadi tantangan yang sesungguhnya bagi lelaki tersebut. Akan tetapi, walaupun semua itu lebih berat dari pada aktivitas2 yang pernah ia jalani selama menjadi aktivis dakwah di kampusnya dulu. Ia tetap maju karena semua ini menyangkut masa depannya.
Sang perempuan pun siap membantu untuk memuluskan langkah mereka untuk mengenapkan agama mereka.
Maka, pada suatu pagi di ruang tamu suatu rumah . Ada
seorang anak muda dan seorang lelaki setengah baya yang sedang berdiskusi
tentang suatu perkara. berikut cuplikannya :
"Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?" tanya
sang lelaki setengah baya.
"Iya, Pak," jawab sang muda.
"Apakah engkau telah mengenal anak ku dalam2 ?"
tanya si bapak..
"Ia pak, sangat mengenalnya." jawab sang anak muda,
"kalau begitu lamaran mu kutolak !!!!
Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya kan? Tidak
bisa.!, Aku
mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!" balas sang
setengah baya.
Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya
hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu."
"Lamaranmu kutolak. Itu seperti membeli kucing dalam
karung kan? aku tak
mau. karena kau akan gampang menceraikan anakku karena kau tak mengenalnya.
Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya
dengan lebih keras.
Ini situasi yang amat sulit bagi sang pemuda. Sang
perempuan pun mencoba membantu sang lelaki muda.
Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."
"Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah
baya.
"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi
di Kampus,bahkan digedung dewan pak" jawab sang muda dengan percaya diri.
"Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan
marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk
mendemo rumahku ini kan?"
"Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuman
kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat, susah
sekali lho pak"
"Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau
ngatur isterimu, keluargamu, piye tho?"
Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja
lho."
"Jadi kamu sudah bekerja?" tanya sang lelaki
setengah baya
"Iya Pak. Saya bekerja sebagai tenaga marketing.
Keliling Indonesia, bahkan luar negeri untuk jualan produk saya Pak."
"Lamaranmu kutolak! Kalau kamu keliling dan
jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu
nanti"
"Mmmmhh....anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang.
Wong produknya saja nggak terlalu laku."
"Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan
apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?"
sang anak pun terus berusaha membantu, "Ayah, yang penting kan ia bisa
membayar maharnya."
"Rencananya maharmu apa?" tanya sang ayah
"Seperangkat alat shalat Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf
sekali!"
"Tapi saya siapkan juga emas setengah kilogram dan uang
limapuluh juta Pak." balas sang pemuda
"Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan
menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan
caraku."
Bisikan, dari sang perempuan, "Dia jago IT lho
Pak"
"Apa kamu bisa , internet?" tanya sang ayah
"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir
setiap hari lho Pak saya nge-net biar gak mati gaya"
"Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok
tiap hari didunia maya. Menghabiskan anggaran tuk internet dan nggak ngurus
anak istrimu di dunia nyata."
"Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak." tandas sang pemuda
"Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Friendster, Facebook, Blog,
Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu ahh"
sang bapak pun terus membombardir sang pemuda dengan
pertanyaan2..
"Kamu merasa ganteng ya?"
"Nggak Pak. Biasa saja kok"
"Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum
melamar anakku yang cantik ini."
"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang
naksir saya lho Pak."
"Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal
selingkuh!"
Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"
Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, lalu menatap
sang muda yang sudah menyerah pasrah.
"Nak, Bagaimana
kondisi sholatmu dan apakah ada
yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Sunnah?"
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu
yang berharga.
Soal ini pun ia menyerah agak putus asa, jawabnya, "Pak kalau sholat insyaALLAH saya
senantiasa berusaha tepat waktu dan gak pernah tinggal (dan dengan sedikit
suara berat dan mendesah), Pak.. dari
tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek
saja. Hadits-pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula." dan juga beberapa hadist dari kitab Riyadus Shalihin
Sang setengah baya tersenyum
"Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih
hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih
tertatih." komentar sang setengah baya
Maka mata sang lelaki muda pun ikut berkaca-kaca rasa bahagia..........
Perjalanan kehidupan pun berlanjut... hehehehe (kalau
calon mertuanya ustadz habislah pemuda itu.... ^_^)
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,niscaya kamu
tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (An-Nahl QS 16:18)
semga kita mengambil sedikit manfaat dari sepotong cerita ini...
forbes
posted by @Adimin
Label:
HUMOR,
TOPIK PILIHAN