pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

Fraksi PKS Istiqomah Tolak Kenaikan BBM

Written By Unknown on 07 June, 2013 | June 07, 2013


Lumrah memang bila terjadi perbedaan pandangan di internal, seperti halnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Menteri dalam kabinet di pemerintahan yang berasal dari PKS sepakat dengan kenaikan BBM, sementara fraksi PKS di DPR menolak kenaikan BBM.

Anggota Majelis Syuro PKS Refrizal mengatakan, PKS menolak kenaikan harga BBM karena berbagai alasan. Kebijakan ini pun masih terus diperdebatkan di Fraksi PKS DPR.

"PKS menolak rencana Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dg berbagai alasan atau sangat banyak alasan dan sekarang masih terus dibahas dan diperdebatkan," jelas Refrizal, Jumat (7/6).

Pihaknya tidak membicarakan status PKS sebagai partai koalisi. Menurutnya, sudah sewajarnya jika menteri di kabinet mendukung kenaikan BBM. Sebab, menteri adalah pembantu presiden.

"Di sisi lain PKS tidak membahas tentang koalisi artinya keberadaan menteri-menteri yang berasal dari kader PKS di KIB II masih sah dan sudah selayaknya menteri-menteri tersebut sebagai pembantu Presiden harus patuh dan tunduk pada putusan dan arahan Presiden," imbuhnya.

Tidak hanya menteri di kabinet, elite PKS seperti Presiden PKS Anis Matta dan Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin juga sepakat untuk menjalankan kebijakan pemerintah.

"Artinya penyataan Pak Tifatul masih sejalan dengan arahan ketua Majelis Syuro PKS dan Presiden PKS, supaya anggota kabinet menaati dan mengikuti arahan Presiden RI," tuturnya.

Namun, dia belum dapat memastikan sikap PKS secara final, apakah menolak atau menerima kenaikan harga BBM yang dicanangkan pemerintah. "Kita lihat aja nanti," tandasnya.

Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Tifatul Sembiring mendukung kenaikan harga BBM yang akan dilakukan pemerintah. Sementara itu, Wakil Sekjen PKS Mahfudz Siddiq menyatakan bahwa sikap Fraksi PKS DPR jelas menolak kenaikan harga BBM. (pm/merdeka).


posted by @A.history

KPK; Lembaga Bintang Lima, Kasus Kaki Lima?



Oleh: Rio Setiady

Mengapa negara ini membutuhkan KPK? Jelas sebagai solusi atas maraknya kasus korupsi yang telah menerjang sendi kehidupan masyarakat indonesia dan birokrasi layaknya tsunami. Ratusan milyar bahkan triliunan uang rakyat hilang oleh oknum yang kemudian digunakan untuk memperkaya diri ataupun orang lain. Sehingga wajar jika masyarakat begitu memiliki ekspektasi yang besar terhadap KPK, ketika kepolisisan dan kejaksaan dianggap tak mampu lagi membendung korupsi kolusi dan nepostisme.


KPK Untuk Kasus Besar


Tapi jangan lupa bahwa KPK dibentuk untuk menyelesaikan kasus - kasus besar, menurut Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK, mengatur, dalam melaksanakan tugas KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1 miliar. Dan dengan statusnya sebagai lembaga superbody maka KPK di disain bukan untuk menangani kasus-kasus biasa atau kaki lima, tetapi kasus yang luar biasa alias kasus bintang lima.


Dengan kewenangan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, penyadapan, yang cukup besar, masyarakat tentu berharap akselerasi pemberantasan korupsi dengan cepat dapat terealisasi. Tapi setelah sebelas tahun, justru korupsi dan koruptor menjadi semakin banyak dan variatif dan ironinya kasus kasus besar justru tak terselesaikan. Apa yang salah?


Disisi lain, berbagai elemen masyarakat mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memprioritaskan penindakan hukum terhadap kasus korupsi besar yang paling menyengsarakan rakyat, seperti Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada 1998. KPK harus segera bertindak agar rakyat tidak semakin terbebani dengan bunga obligasi rekapitalisasi perbankan eks BLBI setiap tahun.


Selain itu, langkah tegas dan cepat KPK bisa mempersempit ruang intervensi politik yang berupaya menghambat penindakan hukum megaskandal perbankan sebesar 650 triliun rupiah itu, jumlah yang sangat fantastis. Jadi sejatinya fokus kerja KPK harus pada kasus korupsi yang berskala besar dan berdimensi luas.


Kasus seperti BLBI, mafia pajak, mafia peradilan, mafia tambang, hingga century harus diprioritaskan. Itu tak bisa ditawar-tawar lagi. Sedangkan untuk kasus-kasus kecil, KPK sudah saatnya menyerahkan kepada penegak hukum lain seperti ke polisi dan kejaksaan.


Kasus Korupsi Terbesar dalam Sejarah RI


KPK seharusnya dapat maksimal dan berpacu dengan waktu untuk mempercepat penyidikan kasus BLBI. Tentu harus diantisipasi adanya intervensi politik yang bertujuan memperlemah KPK untuk melakukan penindakan hukum kasus korupsi dengan kerugian negara terbesar sepanjang sejarah RI itu.


Saat ini dinilai merupakan waktu terbaik bagi KPK untuk segera mengungkap berbagai kasus korupsi besar yang nyata-nyata menyengsarakan rakyat, seperti skandal BLBI. Sekarang KPK memunyai kekuatan maksimal, yakni UU sebagai landasan hukum, dukungan penuh rakyat, dan dokumentasi BLBI yang memadai, sehingga harus bertindak cepat menegakkan keadilan atas kejahatan BLBI yang jelas - jelas menindas rakyat secara ekonomi.


Seperti diketahui, skandal BLBI yang dimanipulasi menjadi utang negara dalam bentuk obligasi rekapitalisasi perbankan sebesar 650 triliun rupiah pada 1998 merupakan pangkal membengkaknya utang negara hingga menjadi 2.000 triliun rupiah. Beban utang itulah yang merampas pajak rakyat dan hak untuk memperoleh kesejahteraan dari negara. Setiap tahun, pajak rakyat harus digunakan untuk membayar bunga obligasi rekap sebesar 60 triliun rupiah.


Juga kasus-kasus korupsi besar lainnya dengan nilai Rp1 triliun lebih hingga kini masih terbengkalai bahkan perlahan mulai (pura - pura) dilupakan. Sebutlah kasus bailout Bank Century senilai 6,7 Triliun yang sempat menyita perhatian publik, setelah dilimpahkan kepada KPK, tidak ada tindak lanjut yang diharapkan. Sudah hampir tiga tahun kasus Century jalan di tempat, dan tampaknya publik harus siap - siap kecewa. Begitu pun dengan kasus mafia pajak. Tidak ditemukan perusahaan-perusahaan yang menyuap Gayus. KPK tampaknya tak berkonsentrasi penuh dalam penanganan kasus korupsi besar


Menunggu Gebrakan


Itu semua seharusnya menjadi prioritas, jangan justru sibuk dengan kasus-kasus kecil di daerah yang sebetulnya bisa diserahkan pada lembaga hukum lain, seperti kasus suap pengadaan barang jasa, calo SIM (surat ijin mengemudi), kasus suap PON, kasus suap jaksa, DPRD atau kepala - kepala daerah yang nilainya hanya berkisar ratusan juta rupiah. Apalah artinya ratusan juta rupiah dibandingkan dengan triliunan? Bukankah misi KPK adalah menyelamatkan keuangan negara? Tentu lebih banyak yang dapat diselamatkan berarti kinerja KPK baru dapat dikatakan sukses?


Padahal, lembaga antikorupsi itu telah menjadi andalan publik untuk mengungkap jaringan korupsi besar. Terlebih yang melibatkan orang-orang penting di Tanah Air. KPK sejatinya menjadi lembaga yang khusus menangani kasus korupsi besar terutama di sektor penerimaan negara. Kita tentu tak ingin KPK malah sibuk mengurusi maling ayam atau kambing, padahal ada kasus lain yang lebih layak untuk ditangani.


Dan sigap mengungkap mega kasus korupsi yang telah merugikan negara triliunan. Bukannya malah menjadi lembaga mubazir dengan biaya operasional yang tinggi namun minim hasil. Bukankah kewenangan KPK yang super power sudah lebih dari cukup untuk melakukan itu semua, lalu apa yang ditunggu?


 
posted by @A.history

Pakar Hukum: SBY Langgar Konstitusi Kalau Paksa PKS Dukung Kenaikan BBM

Jakarta -- Penolakan naiknya harga Bahan Bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh Partai Keadilan Sejahtera menuai reaksi dari banyak pihak. Bahkan kader Partai Demokrat selaku Partai berkuasa memberikan reaksi yang sangat keras.

Namun perlu juga di cermati bahwa kontrak koalisi hanya bisa mengikat hubungan Presiden SBY sebagai Ketua Koalisi dengan menteri-menteri yang dari partai politik.

SBY sangat paham dirinya tidak boleh mengikat DPR dalam hubungan koalisi terkait sebuah kontrak. Karena hal itu akan membuat SBY melakukan tindakan inkonstitusional.

Demikian disampaikan pakar hukum tata negara, Asep Warlan Yusuf kepada wartawan, Jumat (7/6).

“Jadi memang, yang diikat oleh SBY adalah para menteri dari parpol dan bukan fraksi koalisi di DPR. Dan faktanya semua menteri di kabinet termasuk yang dari PKS menerima dan mendukung kebijakan SBY. Tinggal diputuskan saja apakah hal itu cukup atau tidak dan apakah SBY merasa terganggu dengan kebijakan Fraksi PKS menolak kenaikan harga BBM,” kata Asep.

Posisi Fraksi Partai Demokrat di DPR, menurut dia, tidak bisa mendesak Fraksi PKS untuk menerima keinginan SBY. Karena kontrak dilakukan bukan dengan Fraksi Partai Demokrat, tapi dengan SBY.

“Tentunya Fraksi Partai Demokrat tidak bisa mengatur Fraksi PKS, apalagi menuduh munafik dan bermuka dua. Sebab fraksi itu juga mitra koalisi dan sama kedudukannya dengan Fraksi PKS. Di sisi lain, SBY sendiri tidak bisa memaksa karena tidak punya kontrak dengan Fraksi PKS dan kalaupun ada kontrak tersebut maka kontrak itu inkonstitusional dan pelanggaran konstitusi oleh SBY. Tentunya akan membuat SBY bisa di-impeacht. Itu kalau memang ada kontrak SBY dan Fraksi PKS,” tegasnya.

Dari semua polemik ini, tegasnya kuncinya ada pada SBY sebagai Ketua Koalisi dan juga Presiden yang memiliki hak prerogatif untuk mengangkat atau mengganti menteri-menterinya.

Sebenarnya, kata Asep, kalau SBY mau pecat menteri-menteri PKS, bisa saja karena dia memiliki hak prerogatif. Tapi Asep melihat SBY mengalami dilema yang malah seperti menunjukkan dirinya “bermuka dua.” Satu sisi seharusnya dia paham tidak bisa memaksa DPR, tapi sisi lain tetap memaksa. “Lagi pula dia punya wewenang untuk memecat menteri-menetri PKS tanpa harus memerintahkan Fraksi Partai Demokrat untuk memaksa Fraksi PKS menerima kebijakannya,” demikian Asep. (hg/rmol)

*dakwatuna

posted by @A.history

9 Sikap Da'i Dalam Menghadapi Fitnah dan Ujian | Bayan Dewan Syari'ah PKS

BAYAN
DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR: 39/K/DSP-PKS/1434
TENTANG
SIKAP DA’I DALAM MENGHADAPI FITNAH DAN UJIAN

***

Kehidupan seorang da’i sarat dengan ujian dan fitnah karena aktifitasnya sarat dengan aksi –aksi menyeru, mengajak kepada kebaikan dan memperbaiki kemunkaran. Aktifitas dakwah tersebut akan menyebabkan pihak tertentu (ahlul bathil) terganggu dan merasa dirugikan. Kehidupan seorang da’i sarat dengan ujian dan fitnah karena itu sunnatu dakwah yang akan menjadi realitas berulang, sebagaimana firman Allah swt dalam beberapa ayat al-Qur’an:


    حَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", lalu kemudian mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.(QS AlAnkabut 2-3)

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Kapankah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, bahwa pertolongan Allah itu Amat dekat.(Qs Al-Baqarah : 214)

Fitnah dan ujian itu bisa menguatkan keimanan seseorang dan bisa juga menjerumuskan dan menyebabkannya futur dalam dakwah ini. Oleh karena itu, dibutuhkan bayan tentang sikap dan kiat–kiat da’i dalam mengahadapi fitnah, agar setiap kader bisa menyikapinya dengan tepat dan tegar, dan lulus dalam melewati setiap fitnah dan ujian.

9 SIKAP

Ada sembilan sikap seorang da’i ketika diuji Allah swt dengan fitnah, kesembilan penyikapan tersebut adalah:

Pertama, Muhasabah

Sikap pertama yang harus dilakukan adalah bermuhasabah, berintrospeksi diri atas apa yang telah dilakukan. Bermuhasabah adalah perintah Allah swt, sebagaimana firmanNya :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Karenanya bermuhasabah adalah tradisi para sahabat dan generasi setelahnya, karena dengan bermuhasabah, setiap kekhilafan bisa diketahui dan diperbaiki sejak dini.

Sebagaimana taujih Umar bin Khatthab r.a:

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا

"Evaluasi dirimu sebelum engkau dievaluasi.’


Kedua, Bertaubat

Langkah selanjutnya adalah bertaubat kepada Allah swt. dengan sebenar-benarnya taubat (taubatan nashuha), sebagaimana firman Allah swt.:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).‟ (QS At-Tahrim : 8)

Bertaubat itu memiliki rukun dan prasyaratnya agar taubatnya diterima oleh Allah swt. yaitu sebagai berikut :

A. Yang berkenaan dengan hak-hak Allah swt:

Bertaubat kepada Allah swt, berarti menunaikan hal-hal berikut:

1. Menyesali dosa yang telah dilakukannya. Seorang muslim harus merasa bersalah dengan dosa yang dilakukannya, oleh karena itu ia harus menyesali perbuatannya tersebut.

2. Berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi kesalahannya.

3. Memperbaiki diri dengan memperbanyak amal-amal sholeh.

B. Hak-hak manusia:

Bertaubat juga harus menunaikan hak-hak manusia, yaitu:

1. Mengembalikan hak orang lain. Jika kesalahannya tersebut adalah merampas dan mengambil hak orang lain, maka ia harus mengembalikannya kepada si empunya.

2. Melakukan tabayyun (cek & recek) atas setiap informasi yang diterimanya, agar terhindar dari sikap bersu‟udzan kepada orang lain.


Ketiga, Bersabar

Langkah selanjutnya adalah bersabar atas fitnah yang menimpa da’i, dengan berkeyakinan bahwa semua ini adalah ujian dari Allah swt. untuk mengetahui hamba-hamba pilihan-Nya, sebagaimana firman Allah swt dalam ayat-ayat al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran: 200)


Keempat, Taqarrub kepada Allah SWT

Setiap da’i harus senantiasa bertaqarrub kepada Allah swt. agar senantiasa dekat dengan Allah swt., karena sesungguhnya maksiat dilakukan karena jauh dari Allah swt. Bertaqarrub yang dimaksud adalah dua hal :

1. Berkomitmen menunaikan kewajiban (fara‟id), seperti sholat lima waktu, puasa ramadhan, dan lain-lain.

2. Memperbanyak ibadah atau amalan sunnah seperti shalat sunnah rawatib, puasa senin dan kamis, sholat tahajjud, tilawah al-Qur’an dan amalan sunnah yang lain, sebagaimana dalam hadits qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

"Tidak ada ibadah yang dilakukan oleh hamba-Ku yang lebih Aku cintai selain ibadah yang Aku wajibkan. Dan hambaku senantiasa bertaqarrub kepadaku dengan ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku yang menjaga pendengarannya, Aku yang menjaga pandangannya, Aku yang menjaga tangannya, Aku yang menjaga kakinya. Jika ia meminta kepadaku, maka Aku akan kabulkan. Dan jika ia berlindung kepadaku, maka Aku melindunginya.‟ (Shahih bukhari, kitab Raqaiq, Bab Tawadhu‟, No. 6021)


Kelima, Menghindari tempat-tempat fitnah

Agar kita tidak terhindar dari fitnah, maka setiap da’i harus menghindari hal-hal atau tempat-tempat yang akan menjerumuskannya ke dalam fitnah.

Di antara hal-hal yang bisa mengakibatkan fitnah adalah sebagai berikut :

1. Harta, dengan segala bentuknya.

Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang memberikan warning agar setiap muslim waspada dengan harta karena karakter harta itu dominan menyebabkan pelakunya kepada maksiat.

2. Perempuan

Begitu pula dengan perempuan, seperti halnya harta, perempuan adalah fitnah / ujian bagi manusia, sebagaimana firman Allah swt. :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS Aliimran ; 14)

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS Al-anfal ; 28)

3. Hal-hal syubhat

Menjauhi hal-hal yang syubhat termasuk hal yang harus dilakukan da’i agar bisa terhindar atau berhasil melewati ujian, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Dari Nu'man bin basyir r.a berkata : saya mendengar Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas, diantara keduanya ada hal-hal syubhat yang tidak diketahui banyak manusia. Barang siapa yang menghindari hal-hal syubhat, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Barang siapa yang melakukan yang syubhat, maka ia telah melakukan yang haram."

4. Teman yang tidak baik

Teman adalah cermin keperibadian sesorang, oleh karena itu jika ingin mengetahui ihwal seseorang, maka bisa diketahui dengan ihwal sahabatnya. Oleh karena itu harus dipastikan karib kita adalah orang-orang sholeh, sebagaimana hadits Rasulullah saw:

Dari Abi Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Setiap orang tergantung pada agama temannya, maka kalian lihatlah siapa yang dia jadikan teman." (Musnad Ahmad, Kitab : Musnad al-muktsirin, Bab : Musnad Abi Hurairah, No. 7685)

5. Berambisi mendapatkan jabatan

Jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah swt. Oleh karena itu Rasulullah saw. memerintahkan orang yang memegang amanah adalah orang memiliki kualifikasi dan kompetensi. Maka berambisi mendapatkan jabatan adalah perilaku tercela yang harus dihindarkan, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Rasulullah saw bersabda : "Dua serigala yang dilepas di tengah gerombolan kambing itu tidaklah lebih merusak dibanding merusaknya ambisi untuk mendapatkan harta dan jabatan terhadap agama seseorang." (Sunan Tirmidzi, Kitab : Zuhud, Bab : ma ja‟a fi akhdzil mal bihaqqihi, no. 2298)

Maksud hadits tersebut adalah bahwa ambisi meraih harta dan jabatan berdampak merusak agama seseorang lebih dahsyat dari pada dampak kerusakan yang dibuat oleh dua ekor serigala yang menyerang segerombolan domba.


Keenam, Saling memberikan nasihat

Setiap da’i harus terbiasa saling memberi nasihat (tanashuh), karena hanya dengan itulah setiap da’i terbantu untuk memperbaiki diri. Jika yang terjadi sebaliknya; tidak ada budaya tanashuh dan kontrol internal melemah sehingga memungkinkan setiap da’i terperangkap fitnah atau tidak sabar menghadapinya.

Tanashuh dan lapang dada menerima nasihat adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Oleh karena budaya tanashuh tersebut tidak akan terwujud jika tidak diimbangi dengan sikap lapang dada; maksudnya setiap da’i jika mendapatkan nasihat, ia harus berlapang dada menerima masukan dan nasihat tersebut. Insya Allah swt nasihat itu memperbaiki kita. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Dari Tamim ad-Dari, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, "Nasihat untuk siapa?" Rasulullah saw. Bersabda, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat umum." (Shahih muslim, kitab : al-iman, Bab : ad din nashihah, no. 82)


Ketujuh, Terus bekerja melayani

Setiap ujian dan fitnah tidak boleh menyebabkan kita futur dan berhenti berdakwah, tetapi sebaliknya, ujian tersebut harus menjadi cambuk agar setiap da’i lebih bersemangat dalam beramal dan berdakwah.

Kerja-kerja dakwah itu sangatlah luas, di antara amal dakwah yang menyentuh hajat masyarakat adalah dakwah dalam bidang sosial, dakwah dalam bidang kesehatan agar masyarat hidup sehat, berdakwah dalam bidang keamanan agar masyarakat hidup aman dan nyaman, berdakwah dengan membangun infrastruktur agar fasilitas masyarakat terpenuhi sehingga mereka lancar dan leluasa melakukan hajat dan aktifitas hidupnya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At-Taubah: 105)


Delapan, Husnudzan terhadap ikhwah dan dakwah

Setiap da’i senantiasa berhusnudzan terhadap ikhwah dan dakwah. Setiap kali mendengar kabar tidak baik tentang seorang akh atau dakwah, maka harus mengedepankan husnudzan, hingga mendapatkan informasi / penjelasan dari dakwah.

Prinsip berhusnudzan ini yang diperintahkan Rasulullah saw. sebagaimana firman Allah swt:

لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ

"Tidakkah sebaiknya ketika kamu mendengar (berita bohong) itu orang-orang mukminin dan mukminat bersangka baik terhadap diri mereka sendiri." (QS An-Nur: 12)

Apalagi jika informasi bersumber dari orang fasiq, maka kita tidak boleh percaya sebelum tabayyun terhadap berita tersebut, sebagaimana firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(QS al-Hujarat: 6)


Sembilan, Istiqomah dalam jama’ah

Ujian dan fitnah adalah fitrah dalam perjuangan dan dakwah, sebagaimana firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali Imron:200)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS Al Hajj:77)

Oleh karena itu setiap ujian dan fitnah itu tidak boleh membuat kader futur, tetapi sebaliknya, harus membuat tetap istiqomah dalam dakwah ini.

***

Jakarta , 26 Rajab 1434 H
5 Juni 2013 M

DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

DR. KH. SURAHMAN HIDAYAT, MA.
KETUA 



*Download Bayan DSP (file pdf) KLIK INI

posted by @A.history

Bersyukurlah ketika tertimpa musibah



Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan apapun bentuk musibah yang menimpa kalian, maka itu adalah disebabkan oleh ulah tangan-tangan kalian sendiri, padahal Allah memaafkan (menutupi dan tidak menghukum) sebagian besar yang lain (diantara kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syura [42]: 30)

Kita tidak bisa membayangkan seandainya seluruh kesalahan, kelalaian, keteledoran, pelanggaran, kemaksiatan dan dosa kita, disingkap dan dibeber semuanya serta dihukum setimpal oleh Allah Ta’ala di dalam hidup di dunia ini! (lihat misalnya QS. An-Nahl [16]: 61) dan QS. Fathir [35]: 45). Allahumma ‘afwaka..! Ya Allah, ampunan-Mu-lah yang selalu kami harap..!

Ini yang sering saya katakan bahwa, saat tertimpa ujian musibah buruk yang biasanya seseorang akan diingatkan agar banyak bersabar dalam menghadapinya, dengan sedikit tafakkur, perenungan dan muhasabah (introspeksi/evaluasi diri), kita akan segera tersadar bahwa, ternyata justru sikap syukur-lah yang lebih butuh dihadirkan disitu! Demi mengingat dan menyadari betapa masih lebih banyak dan lebih dominan dosa-dosa yang Allah maafkan dan ampuni, minimal dengan menutupinya dan tidak membeberkan kebanyakannya. Belum lagi bila mengingat dan menyadari pula beragam karunia kenikmatan dan kerahmatan tak terhingga yang masih tetap Dia limpah ruahkan kepada kita, ditengah kemaksiatan dan dosa-dosa kita! Namun betapa seringnya kita melalaikannya?!

Sebagaimana sebaliknya, saat beroleh ujian baik berupa kenikmatan yang menyenangkan, dimana biasanya akan dinasehatkan agar kita banyak bersyukur atasnya, dengan sedikit tafakkur dan perenungan pula, kitapun akan segera ingat dan sadar bahwa, dalam menerima, menyikapi dan mempertanggung jawabkan kenikmatan tersebut, sangat boleh jadi ternyata justru sifat dan sikap sabarlah yang lebih dituntut disana, daripada syukur!

Karena sabar dan syukur memang harus senantiasa bergandengan, dalam kondisi dan situasi apapun, dan tidak mungkin dipisahkan satu sama lain. Sebab salah satunya memang merupakan sarana utama, landasan dan bahkan syarat bagi yang lainnya. Sifat sabar adalah sarana utama, landasan dan bahkan syarat bagi syukur. Begitu pula sebaliknya, sifat syukur merupakan sarana utama, landasan, dan bahkan syarat bagi sikap sabar. Atau dengan kata dan ungkapan lain, tiada sabar tanpa syukur, dan tiada syukur tanpa sabar. Sehingga hanya orang pandai bersyukurlah yang mampu benar-benar bersabar saat tertimpa ujian keburukan berupa musibah yang menyusahkan! Demikian pula, hanya orang sabarlah yang mampu benar-benar bersyukur atas ujian kebaikan berupa kenikmatan yang menyenangkan!

Oleh karena itu, di kala Allah menimpakan musibah buruk dan berat yang menyesakkan, disamping tentu saja harus istiqamah dan tsabat (teguh) dalam menghadapinya dengan penuh kesabaran, mari tak henti pula memuji Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya, dengan pujian dan sikap syukur yang sebenar-benarnya. Bukan bersyukur atas musibah yang melanda. Melainkan bersyukur karena kita sadar bahwa, yang Allah tutupi diantara kesalahanan-kesalahan kita, kelalaian-kelalaian kita, keteledoran-keteledoran kita, pelanggaran-pelanggaran kita, kemaksiatan-kemaksiatan kita, dan dosa-dosa kita, baik yang syar’i (pelanggaran terhadap ketentuan hukum syariah Allah) maupun yang kauni (pelanggaran terhadap ketentuan hukum sunnatullah yang berlaku di alam ini)…

Ya, ternyata apa yang Allah tutupi tetaplah masih jauh lebih banyak dan lebih dominan, daripada yang Allah singkap, Allah beber dan Allah hukum! Belum lagi bila musibah yang menimpa itu, sebesar dan seberat apapun, yang tiada lain juga akibat kesalahan, keteledoran, kelalaian, kemaksiatan dan dosa kita-kita sendiri… bila dibandingkan dengan berlimpah anugerah kenikmatan dan kerahmatan yang masih tetap Allah pertahankan dan curahkan kepada kita, dalam berbagai aspek dengan beragam bentuknya dalam hidup ini! Dan hasilnya? Tentu saja sangat tidak sebanding sama sekali, dan bahwa, musibah yang terjadi itu sangatlah tidak ada apa-apanya sama sekali!
 
Nah, jika demikian halnya, maka bukankah benar bahwa, saat musibah menimpa, dengan sedikit perenungan saja, ternyata kita lebih butuh bersyukur daripada bersabar?

Ada yang setuju dengan saya?

Oleh : Ust. Ahmad Mudhoffar Jufri

posted by @Adimin

Melacak Jejak "Badai" PKS dari Perspektif Kolonialisme



Apakah Penghancuran PKS untuk Pelemahan Islam..? | Melacak Jejak "Badai" PKS dari Perspektif Kolonialisme.

Tulisan ini dilatarbelakangi keprihatinan perihal kasus daging impor di Indonesia. Bukan prihatin atas “prahara” yang menerpa Partai Keadilan Sejahtera (PKS), atau berempati kepada oknum kader yang terlibat, ataupun pro dan kontra pada peristiwa itu sendiri —penulis bukan orang politik— tetapi inti keprihatinan ialah gegap propaganda di berbagai media seperti sudah diluar kelaziman. Telah melebihi kewajaran. Hal ini yang layak dikaji.  

Konsekuensi logis berupa “vonis sosial” via media memang telah melekat terhadap pihak-pihak yang terlibat hampir tanpa pembelaan, dan dalam perpolitikan, itu syah-syah saja karena merupakan resiko meski sesungguhnya tidak ada langkah mati dalam politik. Bahkan jamak di dunia politik, setiap tujuan niscaya membawa (ada) korban. Itu yang dinamai ‘tumbal politik’. Meskipun terkadang, terpaksa —atau mau tidak mau— harus mengorbankan kelompok, partai, rakyat bahkan keluarga sendiri.  

Membaca arah politik, jangan sampai tertipu dengan apa yang terjadi diatas permukaan, karena sering ia cuma deception, sekedar pengalihan situasi, dan lain-lain untuk memuluskan agenda utama. Entah apa. Namun lazimnya terkait “kekuasaan”. Manakala masuk ke rimba politik tanpa strategi dan taktik, maka ibarat kambing yang dipiara setelah besar harus siap dijual atau disembelih.

Terkait dugaan korupsi impor daging para kader PKS, kini berkembang kegelisahan di masyarakat soal trial by press serta caci maki berbagai elemen bangsa yang marak digebyarkan media. Sepertinya arah (indikasi) makian ingin menyudutkan, atau menjelek-jelekan ‘basis ideologi’ serta bendera landasan partai tersebut. Ini perlu dicermati. Dalam hal ini adalah Islam. Ya. Islam sebagai entitas, ia bukanlah ideologi, bukan pula aliran, ataupun suatu kepercayaan tertentu di masyarakat. Islam itu agama dari langit. Hal ini mutlak digugat jika tendensi cacian mengarah kesana.

Dan jika mengikuti gebyar media mainstream, tanpa sadar segenap elemen bangsa hampir-hampir larut atas hiruk–pikuk yang tersurat tanpa mampu melihat hal tersirat di balik semua itu. Bukankah kata Pepe Escobar, wartawan senior Asia Times, politik praktis itu bukan yang tersurat melainkan apa yang tersirat?

Sekali lagi, tulisan ini tak hendak turut campur dalam carut marut politik yang terbukti tidak memiliki arti apa-apa bagi Kepentingan Nasional RI (KENARI). Dinamika politik kita hampir tidak ada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat. Cuma glamour di pesona dan cenderung high cost. Penulis sengaja menjauh dari gaduh kepentingan, berhening pikir sejenak — lalu mengkaji peristiwa secara total dan jernih, mencoba menyelami hal terdalam dari yang paling dalam. Inilah uraian sederhananya.

Benarkah Olong Agen Asing?
Melacak jati diri Ahmad Fathanah alis Olong akan meluas kemana-mana, terkait topik ini sebaiknya dimulai ketika ia ditangkap di Bangkok lalu dideportasi ke Australia (Aussie), oleh sebab terlibat human trafficing sekitar 353 orang ke Christmas Island, Aussie (1999).


Sebetulnya ia terancam 20 tahun penjara, tetapi hukuman dijalani 3 tahun karena dinilai “kooperatif” terhadap pemerintah federal. Entah kenapa. Informasi yang berkembang tentang “kooperatif” yang dimaksud karena Olong dekat dengan lingkaran dalam PKS. Sementara ada fakta bahwa saat itu ekspor sapi Aussie ke Indonesia terkendala akibat kebijakan Menteri Pertanian (Mentan) RI Suswono menekan angka impor. Retorikanya: adakah deal khusus antara Aussie dengan Olong atas keringanan hukuman sehubungan dengan kendala serta prospek ekspor sapi Aussie ke Indonesia? Fakta lain yang menarik, Pak Suswono, Mentan RI itu dari PKS.

Menyimpang topik sebentar tetapi masih dalam koridor materi, bahwa dokumen Global Future Institute (GFI), Jakarta pimpinan Hendrajit mencatat, ketika mengamankan rencana kolonialisasi, pihak Barat menyiapkan beberapa metode dan modus operandi. Terkait kasus PKS, mungkin modus dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) Membuat Sentimen Agama.
Ini merupakan metode dini atau permulaan, semacam mapping daerah target. Sudah tentu, latar belakang pemilik kekuasaan dipelajari lalu agama mayoritas “tuan penguasa” dijadikan alibi. Misalnya membuat sesuatu yang saat ini tengah dibenci publik. Terkait kasus ini tampaknya isu korupsi, “main” perempuan, isue suap — dianggap tepat; dan

(2) Menciptakan Agitasi.
Dibuat “peristiwa” yang mampu menimbulkan antipati publik terhadap target sasaran, tetapi sebaliknya menimbulkan simpati bagi organ yang memusuhi atau menangani. Misalnya, “diciptakan” kemudian ditinggalkan jejak buruk kiprah inner circle, atau rekam dosa para kader partai yang ditarget, dan lain-lain. Retorikanya: benarkah masuknya Olong ke lingkaran dalam PKS merupakan implementasi kedua metode di atas?

Berbasis circumstance evidence (bukti keadaan) tadi, berapa hipotesa pun membiak: apakah pihak asing tak suka ekspornya dikurangi kemudian Olong dikirim untuk bargaining ulang masalah kuota; ataukah impor daging hanya pintu masuk sedang tujuan Aussie sebenarnya ialah memperlemah partai ber-“ideologi” Islam; atau ada hipotesa nakal lain, bukankah Aussie merupakan perpanjangan Barat dan kepentingannya di Asia dalam rangka menghancurkan simbol agama mayoritas di Indonesia? (baca: Membongkar Falsafah Perang Barat di Dunia Islam dan Indonesia, di www.theglobal-review.com). Silahkan berhipotesa serta berargumen berbasis fakta, data dan logika.

Dalam diskusi terbatas di Forum KENARI (Kepentingan Nasional RI) pimpinan Dirgo D. Purbo terkuak fakta, bahwa sekitar 80-an persen APBN Australia tergantung Indonesia. Arti “tergantung” disini dapat dimaknai luas.

Barangkali pengiriman berbagai ekspor-impor (raw material) Aussie dari dan menuju berbagai benua mutlak harus melewati perairan Indonesia, atau mungkin republik tercinta ini sekarang dinilai sebagai sumber devisa Aussie dari sisi ekspor, dan lain-lain. Tampaknya data terakhir, Indonesia dianggap buffer zone bagi Australia. Inilah informasi yang nyata. Maka membaca serangan bertubi-tubi melalui media terhadap kasus PKS, boleh dibaca merupakan serangan asimetris asing melalui pintu “impor daging” yang kebetulan dalam Kabinet RI dikomandoi oleh orang PKS selaku Mentan RI.

ISAF dan Pola Kolonialisme

Masih ingat International Security Assistance Force (ISAF)? Itulah koalisi40-an negara pimpinan Amerika Serikat (AS) yang hendak menghancurkan Islam. Salah satu anggotanya adalah Aussie. Jujur saja, pamor koalisi itu kini memudar. Ya. ISAF itu “amuba”-nya NATO di Asia. Dan Paman Sam sebagai pemegang saham utama bertugas menyiapkan pasukan serta modal yang diperoleh melalui sharing negara anggota. Ia bebas memilih daerah jajahan.

Inggris misalnya, memiliki saham di Basra, Belanda mengkapling Uruzgan, Israel memilih Lebanon dan sebagian kota di Irak, sementara AS sendiri di Baghdad, demikian seterusnya. Inilah mapping kapling daerah koloni pasca serbuan militer AS beserta sekutu (NATO dan ISAF) di Irak (2003-2012).

Akan tetapi ketika ada perlawanan super dahsyat oleh tentara lokal di Irak —kapling-kapling itu pun akhirnya bubar— dalam logika perang, berita soal penebalan, atau penambahan pasukan koalisi di Irak dahulu dapat diartikan bahwa tentara asing banyak yang tewas di medan pertempuran. Tentara lokal mampu mengalahkan pasukan AS dan sekutu. Ini tak boleh dipungkiri, kendati media mainstream banyak melakukan edit dan kontra berita. Itu memang bagian metode kolonialisme. Dan kuat disinyalir bahwa Barat tidak mau sejarah berpihak kepada Islam.

Tercatat sebelum muncul perlawanan maha dashyat di Irak, sepertinya mereka ingin berbagi kue (kekuasaan). Bahkan lebih dari sekedar bagi-bagi kekuasaan, ISAF dan sekutunya berencana membuat umat Islam menjadi budak di negeri sendiri dan mengusung kelompoknya menjadi Tuan Tanah Baru.

Skenario itu sempat muncul di Negeri 1001 Malam meski akhirnya gagal. Terkait perspektif catatan ini, akan diurai sekilas perihal pola kolonialisasi di muka bumi. Ya. Membaca peta konflik dari aspek kolonialisme yang dikembangkan Barat, hampir dipastikan satu rute bahkan pararel dengan jalur-jalur (negara) yang memiliki potensi besar atas minyak, emas dan gas alam. Kelaziman pola adalah tebar duluan isu-isu aktual terkait budaya dan karakteristik di wilayah target. Setelah itu dimunculkan “tema” gerakan, dan seterusnya. Tema bisa berujud konflik internal, invasi militer, jajak pendapat, atau aksi massa non kekerasan sebagaimana Arab Spring di Tunisia, Yaman dan Mesir. Timor Timur misalnya, isu yang dilempar soal pelanggaran HAM oleh aparat, kemudian dimunculkan tema “konflik dan jajak pendapat”, dan ujung (skema) yang diraih ternyata minyak di Celah Timor yang kini digarap oleh Australia dan Thailand.

Pertanyaannya: jika dulu tak ditemukan potensi besar minyak di Celah Timor apakah bakal ada jajak pendapat di Timor Timur?


Baluchistan pun demikian juga. Isu yang ditebar tentang radikalisme dan separatis, tema yang diangkat soal referendum, sedang skemanya tetap minyak, minyak dan minyak. Apa tidak miskin Pakistan bila Baluchistan kelak memisahkan diri? Dan banyak lagi contoh lain.
Dengan demikian pola kolonialisme yang digelar selalu diawali dengan isu-isu (aktual), kemudian dimunculkan tema (gerakan) dan berakhir pada skema kolonial yang merupakan tujuan pokok. Hingga kapanpun dan dimanapun model kolonialisasi, skema utama hampir tidak berubah yakni penguasaan ekonomi dan pencaplokan sumberdaya alam (SDA). Kendati pada kasuistis tertentu bisa meluas ke sasaran lain, akan tetapi ujungnya dipastikan soal cengkraman ekonomi dan pendudukan SDA di daerah target. Pola ini tidak akan berbeda baik ketika memakai pola simetris (militer) maupun tata cara asimetris (non militer).

Kembali ke prahara PKS, tulisan sederhana ini tidak akan mengurai jauh mengapa PT Indoguna Utama tempat Olong ‘bekerja’ ternyata berpangkal di Paman Sam, tepatnya berada 141 Pierpont Avenue Salt Lake City, UT 84101 USA; atau kenapa PT tersebut membuka pula layanan jasa intelijen. Catatan ini juga tidak akan membahas kenapa perkara korupsi lainnya dengan kualitas dan kuantitas lebih besar justru “dibekukan”. Juga tak akan
diurai 40-an wanita yang menjadi “mainan” Olong, dan lain-lain. Terlalu berputar-putar malah bias kemana-mana, sedang itu hanya sekedar isu permulaan dalam tahapan kolonialisasi. Semacam jejak dosa yang sengaja “diciptakan”, ditinggalkan, lalu diungkap sendiri oleh sang agen ke publik.

Kajian ini mencoba membidik, bahwa gegap pemberitaan oleh media-mediamainstream terhadap PKS soal korupsi serta perempuan-perempuan di sekeliling Olong sesungguhnya merupakan propaganda di tahapan TEMA kolonialisme, akan tetapi sungguh menyedihkan segenap elemen bangsa malah larut ke dalam “tarian gendang” yang ditabuh asing.
Menyimak kasus PKS dari perspektif kolonialisme, bahwa tebaran isu asimetris perihal korupsi daging impor, itu hanyalah pintu masuk pertama. Sedang tema gerakan bertajuk pelemahan partai berbendera Islam, dalam hal ini adalah PKS itu sendiri. Ini jelas terbaca. Lihat saja, media lebih senang memuat berita para kaum hawa di sekeliling Olong daripada mengurai esensi unsur korupsi PKS. Dari aspek hukum, korupsi itu suatu perbuatan pidana namun blow up media malah menggebyarkan hal-hal di luar esensi korupsi kendati memang mata rantainya. Terkesan ada propaganda dahsyat disana-sini.
Selanjutnya tatkala berkembang argumen bahwa SKEMA kolonialisme cuma meminta tambahan kuota impor daging saja, boleh dan syah-syah saja. Tetapi bagi penulis jika sekedar target kuota terlalu kecil dibanding resiko serta akibat atas ‘kehancuran PKS’ di mata publik sebagai partai Islam yang besar, solid, militan dan memiliki prospek sebagai partai penguasa.

Dugaan penulis, SKEMA yang hendak ditancapkan oleh Barat justru pelemahan dan penghancuran Islam di Indonesia melalui modus adu domba sesama umat. Teori management by objective (MBO) mengajarkan, bahwa meraih tujuan cukup melalui capaian sasaran-sasaran antara saja. Dalam kasus di atas, penghancuran PKS hanya sekedar “sasaran antara” tetapi niscaya berefek pada tujuan pokok, yakni pelemahan Islam. Apakah ini yang tengah berlangsung? Itu loh partai Islam ternyata bejat! Mau juga korupsi, suka main perempuan! Amoral! dan lain-lain. Dan tampaknya, skenario dimaksud terus bergulir liar baik di gedung tinggi, di kampus-kampus, di jalan-jalan, di bangku sekolahan, bahkan di warung-warung kaki lima.

Selamat datang MBO! Selamat bermain metode agitasi dan sentimen agama di Indonesia!.

(M Arief Pranoto/Research Associate Global Future Institute (GFI)/Analisis The Golbal Review, 29-05-2013)

 

posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger