Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
November 20, 2014
posted by @Adimin
PKS: Kalau Perlu Cairkan Polri dan TNI Lewat Acara "Gathering"
Written By mediapkspadang on 20 November, 2014 | November 20, 2014
JAKARTA (20/11) - Terjadinya kembali insiden bentrok TNI dan Polri di Kepulauan Riau menandakan bahwa rekonsiliasi yang sebelumnya disepakati dua pihak belum sepenuhnya selesai.
"Saat melakukan kunjungan spesifik ke Batam usai bentrok bulan kemarin, para komandan satuan menyampaikan akan mengambil langkah konsolidatif agar peristiwa serupa tak terulang," kata anggota Komisi III DPR, Aboe Bakar Al Habsyi, kepada wartawan (Kamis, 20/11).
Dengan terulangnya letupan pada kemarin malam, lanjut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, menandakan bahwa situasi belum sepenuhnya cair. Apalagi disebabkan hanya perkara sepele, diduga akibat saling tersinggung di pom bensin.
"Saya rasa, rekonsiliasi tidak bisa hanya sebatas pertemuan antar pimpinan. Para anggota TNI dan Polri di bawah harus dilibatkan bersama," saran Al Habsyi.
Dia bahkan menyarankan perlu dirancang semacam acara "gathering" (pertemuan informal) untuk mencairkan suasana antara Polri dan TNI. Tujuannya, sesama komponen keamanan dan pertahanan negara saling dukung untuk meningkatkan kualitas pertahanan keamanan.
"Bila memang sudah tak bisa lagi diperbaiki, mungkin Panglima dan Kapolri harus mempertimbangkan mutasi besar-besaran. Karena wilayah tersebut termasuk wilayah strategis yang berbatasan dengan negara tetangga," tambahnya. [ald/http://keamanan.rmol.co]
posted by @Adimin
Label:
SEPUTAR PKS,
TOPIK PILIHAN
November 20, 2014
posted by @Adimin
Orang Beragama, ternyata lebih sehat
Teknologi MRIs menunjukkan bahwa otak orang yang taat beragama memiliki
lapisan yang lebih tebal dibandingkan orang yang sebaliknya
Orang yang menjalani kehidupan beragama, cenderung memiliki ukuran hippocampus lebih kecil dari orang Atheis |
“PUTUS asa adalah sumber kesesatan; kegelapan hati dan pangkal penderitaan jiwa,”
demikian kata-kata hikmah dari Bediuzzaman Said Nursi atau kerap
dipanggil Said Nursi. Ucapan bintang intelektual Muslim yang berpengaruh
di dunia muslim khususnya di Turki berkat mahakaryanya ”Risalah An-Nur “ ini nampaknya cocok dengan temuan terbaru para peniliti sosial.
Dalam studi yang dilakukan oleh Christopher Scheitle, asisten
peneliti senior di bidang sosiologi di Penn State University, di mana
menyebutkan, 40 persen orang yang menjalankan praktek agama, dilaporkan
dalam kondisi sehat. Sementara orang yang tidak percaya Tuhan cenderung
mengabaikan pola hidup sehat, demikian hasil penelitian.
“Kesehatan yang buruk juga dapat memicu seseorang meninggalkan suatu
agama dan kehilangan kepercayaannya akan adanya Tuhan,” kata Christopher
Scheitle, peneliti dari universitas itu.
Scheitel bukan sedang begosip, ia pernah meneliti 423 kasus yang
berhubungan dengan agama antara 1972-2006. Hasil penelitiannya
menunjukkan, sekitar 40% penganut agama yang taat, dalam kondisi
kesehatan baik dan 25% lainnya yang berpindah keyakinan ke agama lain,
juga dalam kondisi kesehatan baik.
Scheiter meneliti penganut Gereja Yesus Kristus Hari Terakhir
(Mormon) dan Saksi Jehovah –termasuk penganut garis keras dan ketat
dalam aliran Kristen—di mana mempunyai garis pedoman keras bagaimana
anggota sebaiknya harus hidup, termasuk tidak konsumsi alkohol atau
penggunaan tembakau, dapat memberi dampak baik bagi kesehatan.
Dalam laporannya, Scheitle menyatakan, penurunan kesehatan dapat
kelompok agama tersebut. Penelitian juga membuktikan, ketidakpercayaan
pada Tuhan juga membawa dampak buruk bagi kehidupan sosial.
Bahkan penelitian yang dimuat di situs www. eMaxHealth.com
ini juga menyimpulkan, seperempat di antara orang dengan sikap yang
lebih liberal dalam beragama, masih dianggap memiliki manfaat kesehatan
istimewa dan akan turun sampai 20 persen jika ia berhenti total dari
agama alias Atheis.
Suatu studi yang baru diterbitkan pada Desember 2013 di JAMA Psychiatry, menemukan bahwa kemungkinan risiko depresi jauh lebih kecil bagi orang yang taat beragama. Teknologi MRIs menunjukkan bahwa otak orang yang taat beragama memiliki lapisan yang lebih tebal dibandingkan orang yang sebaliknya.
Harold G. Koenig, direktur Center for Spirituality, Theology, and Health di Duke University menulis beberapa buku seperti The Healing Power of Faith and Mental Health. Buku-buku tersebut berisi mengenai manfaat agama bagi kesehatan. Manfaatnya antara lain, menurunnya stres melalui doa.
“Salah satu perusak otak paling buruk adalah stres,” kata Dr. Majid
Fotuhi, seorang pendiri dan ketua NeurExpand, serta dosen di Harvard
Medical School. “Stres dapat menghasilkan zat yang beracun bagi tubuh.
Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah berdoa. Ketika Anda
berdoa, Anda akan merasakan pikiran yang lebih tenang,” tambahnya
dikutip news.discovery.com.
Sebuah studi di kutip Journal of Affective Disorders, dikutip dari laman Daily Mail,
Ahad (19/05/2013), mengatakan, beriman pada sesuatu yang lebih baik
ditemukan dapat meningkatkan pengobatan seseorang secara signifikan bagi
orang yang menderita penyakit jiwa.
David B. Larson dan timnya dari The American National Health Research Center,
pernah membandingkan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat
beragama. Hasilnya, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung
60 persen lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100 persen lebih rendah,
menderita tekanan darah tinggi dengan tingkat yang jauh lebih rendah,
dan angka perbandingan ini adalah 7 : 1 di antara para perokok.
Dalam International Journal of Psychiatry in Medicine,
sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran pernah melaporkan,
orang yang mengaku dirinya tidak berkeyakinan agama lebih sering sakit
dan mempunyai masa hidup lebih pendek. Mereka yang tidak beragama
berpeluang dua kali lebih besar menderita penyakit usus-lambung daripada
mereka yang taat beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit
pernapasan 66 persen lebih tinggi daripada mereka yang beragama.
Penelitian yang dilakukan oleh Hayward, menemukan adanya perkembangan hippocampus mereka selama 28 tahun. Hippocampus adalah bagian otak yang memperbesar peluang depresi serta Alzheimer di usia tua. Penelitian ini sekaligus menunjukkan orang yang menjalani kehidupan beragama, cenderung akan memiliki ukuran hippocampus yang lebih kecil dari yang tidak (orang Atheis).
Bagi umat Islam, Shalat dianggap sebagai tiangnya agama. Dengan
mengingat Allah melalui shalat, bisa menjadikan umatnya keluar dari
segala persoalan atau masalah yang dihadapi. Dengan menyandarkan segala
pertolongan pada Sang Maha Penolong, segala sesuatu akan mudah.
Karena itu, menjalankan shalat sebenarnya juga berarti membuka jalan bagi datangnya pertolongan Allah.
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan Shalat.” (QS al-Baqarah [2]: 45; lihat pula ayat 153).
Jika shalat dan ibadahnya benar, seorang Muslim seharusnya lebih siap
menghadapi hidup dan problematikanya dibanding sebelumnya. Sebab itu
sesuai janji Allah sendiri bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi
tenang, tidak mudah stress, depresi dan ujungnya menjadi lebih sehat.
أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.* (QS: al-Ra‘d [13]: 28)].
Nah, jika semua penelitian sudah menunjukkan bahwa dengan banyak
ibadah berdampak baik pada kesehatan dan otak Anda, Apa ruginya jika tak
mulai rajin beribadah mulai sekarang?
posted by @Adimin
Label:
Kesehatan,
TOPIK PILIHAN