Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
April 18, 2015
Padang, Jum’at (17/4) – Pos Ekonomi Keluarga (EKA) Latansa Belimbing adakan pelatihan buat ibu-ibu rumah tangga (IRT) membuat Fried Chicken (FC). Pelatihan ini diberikan dalam pertemuan bulanan di rumah Ibu Yayan di Jl. Manggis Kec. Kuranji.
Tingkatkan Ekonomi Keluarga, Pos EKA Latansa Latih IRT Bikin Fried Chicken
Written By mediapkspadang on 18 April, 2015 | April 18, 2015
Padang, Jum’at (17/4) – Pos Ekonomi Keluarga (EKA) Latansa Belimbing adakan pelatihan buat ibu-ibu rumah tangga (IRT) membuat Fried Chicken (FC). Pelatihan ini diberikan dalam pertemuan bulanan di rumah Ibu Yayan di Jl. Manggis Kec. Kuranji.
Dalam pertemuan tersebut Ibu-ibu yang mengikuti pelatihan di tuntut untuk bisa membuat masakan fried chicken yang layak untuk dijual dengan tujuan untuk dijadikan sebagai peluang usaha yang dapat membantu perekonomian keluarga.
Tidak kurang dari tiga puluh orang IRT mengikuti pelatihan yang dimulai dari pukul 14:00 wib. Pos EKA yang dikelola oleh Ibu Nelly, Ibu Yayan Mulyani dan Ibu Endang ini sudah baik dalam mengelola Pos EKA yang di pimpinnya.
Saat ini Pos EKA Latansa sudah punya dana kas sosial. Tidak hanya itu, Pos EKA ini telah memiliki koperasi simpan pinjam yang simpanannya telah mampu memberikan modal usaha kepada para anggotanya.
Pos EKA Latansa melakukan kegiatan dalam setiap bulannya bervariasi. Contohnya pengajian, penyuluhan kesehatan dan lingkungan, keluarga dan pendidikan anak, keterampilan dan lain-lain.
Pos EKA adalah pos ekonomi keluarga yang di bentuk oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di bawah Bidang Perempuan (BidPuan). Tujuan dibentuk Pos EKA adalah untuk membantu perekonomian keluarga menjadi lebih baik. [humas]
posted by @Adimin
Label:
KIPRAH KAMI,
SEPUTAR PKS,
TOPIK PILIHAN
April 18, 2015
bersambung . . . . . . .
Oleh Salih Hasyim
posted by @Adimin
Penyakit Takatsur, Penghalang Utama Berbagi [1]
Salah seorang ahli ilmu mengatakan: Induk dari semua dosa ada tiga, yaitu dengki, rakus dan sombong
SESUNGGUHNYA Allah subhanahu wa ta’ala
menciptakan 100 kasih sayang ketika menciptakan langit dan bumi. Satu rahmat
daripada-Nya seluas langit dan bumi. Lalu Allah subhanahu wa ta’ala turunkan
salah satu rahmat itu ke bumi. Dengan itulah makhluk saling menyanggupi. Dengan
itu ibu mengasihi anaknya. Dengan itu burung dan binatang buas meneguk air
(dari satu lokasi). Dengan itu seluruh makhluk dapat hidup. (Dalam Kanzul ‘Ummal, hadits
no. 10464).
Jika kita mencermati kehidupan berbangsa dan bernegara
kita sekarang dengan bashirah (mata hati), maka hati kita akan tersayat.
Seringkali melihat manusia itu tidak konsisten dalam memelihara rahmat yang
diberikan oleh Allah kepadanya, berbeda jauh dengan hewan. Yaitu sosok manusia
yang kehilangan jati dirinya sendiri. Kehadirannya bukan sebagai anugrah/mitra
bagi orang lain. Tetapi, manusia yang menjadi ancaman/rivalitas bagi sesama.
Muncullah sebuah pameo, hari ini makan apa, dan esok hari memangsa siapa ?.
Banyak bermunculan manusia yang hilang rasa kemanusiaannya. Manusia bagaikan
srigala bagi yang lain.
Fakta membuktikan, bukankah kita seringkali menjumpai
manusia sipil berwatak militer, manusia sehat secara pisik, ruhaninya sakit.
Manusia maju, tapi ia primitive. Ia terasing dari kehidupan sosialnya.
Banyak orang mengalami split personality.
Ketika di masjid ia khusyuk beribadah, tapi ketika di tengah-tengah kehidupan
sosial ia lihai menipu dan mengkhianati saudaranya. Memalsukan
angka-angka kwitansi.
Inilah sumber persoalannya. Agama dipandang sebagai
urusan privasi. Allah tidak boleh mencampuri urusan sosial. Alangkah kejinya
mereka memposisikan kedudukan Allah. Peran-Nya diberi ruang pada lorong yang
pengap dan sempit.
Barangkali kita tidak heran bahwasanya akhir-akhir ini
mendengar orangtua memperkosa anak tirinya, suami yang tega mencari wanita
idaman lain di tempat kerjanya pada saat yang bersamaan keluarganya sedang
menunggu kehadirannya di rumah dengan harap-harap cemas. Seorang istri tega berbuat
serong bersama pria idaman lain yang kebetulan sebagai atasannya. Seorang
wanita tega membuang anaknya yang baru saja dilahirkan. Karena hasil hubungan
gelap dengan laki-laki lain. Oknum partai politik tertentu mengancam pesaing
politiknya, karena kalah dalam pemilihan pilkada.
Dimanakah gerangan 1/100 rahmat yang diturunkan Tuhan
kepadanya? Apakah sifat itu sudah dicabut oleh-Nya?
Efek Virus Takatsur
Dr. Yusuf Ali dalam tafsir “The Holy Qur’an”, mengatakan, bahwasanya
penyebab hilangnya sifat rahmat (kasih sayang) pada diri manusia karena telah
terjangkiti penyakit ruhani (mental) bernama takatsur
(usaha menumpuk-numpuk harta, mengejar jabatan, memperbanyak pengaruh, berebut
massa/pengikut (al Atba’),
tidak untuk memenangkan kebenaran dinul Islam). Tetapi, untuk kepentingan perut
dan di bawah perut.
Menurut Imam Al Ghozali jika virus ruhani tersebut
hinggap pada diri seseorang, maka akan melahirkan beberapa penyakit jiwa. Di
bawah ini adalah tanda-tanda dari penyakit itu. Penyakit-penyakit tersebut
adalah pemicu pelanggaran pertama anak Adam di muka bumi ini dengan berbagai
bentuk dan variasinya (hunna ashlul khathiah).
إيَّاكُمْ
وَالْكِبْرَ فَإِنَّ إِبْلِيْسَ حَمَلَهُ الْكِبْرُ أَلاَّ يَسْجُدَ ِلآدَمَ وَإِيَّاكُمْ وَالْحِرْصَ فَإِنَّ آدَمَ حَمَلَهُ الْحِرْصُ عَلَى أَنْ آكَلَ الشَجَرَةَ وَإِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ ابْنَيَ آدَمَ قَتَلَ أَحَدُهُمَا اْلآخَرَ حَسَدًا هُنَّ أَصْلُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ (رواه ابن عساكر عن ابن مسعود رضي الله عنه)
“Waspada dan jauhi al-kibr
(sombong), karena sesungguhnya Iblis terbawa sifat al-kibr sehingga menolak
perintah Allah subhanahu wa ta’ala agar bersujud (menghormati) kepada Adam
‘alaihis salam. Waspada dan jauhi al-hirsh (serakah), karena sesungguhnya Adam
‘alaihis salam terbawa sifat al-hirsh sehingga makan dari pohon yang dilarang
oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Waspada serta jauhi al-hasad (dengki), karena
sesungguhnya kedua putra Adam ‘alaihis salam salah seorang dari keduanya
membunuh saudaranya hanya karena al-hasad. Ketiga sifat tercela itulah asal
segala kesalahan (di dunia ini).” (HR
Ibnu Asakir dari Ibnu Masud, dalam Mukhtaru al-Ahadits).
Ketika virus ruhani tersebut penyebab pemiliknya salah
dalam menempatkan dirinya, lupa kepada Pemilik Hakiki. Memandang wasilah (alat)
sebagai ghoyah (tujuan). Ia salah kaprah dalam mempersepsikan harta, tahta, dan
wanita. Ia tidak menyadari bahwa dunia adalah lahan untuk menanam benih
kebaikan untuk dipanen di akhirat.
Serakah (thoma’)
Salah seorang ahli ilmu mengatakan: Induk dari semua
dosa ada tiga, yaitu dengki, rakus dan sombong. Sombong itu asalnya dari Iblis
ketika ia enggan (keberatan) bersujud (hormat) kepada Nabi Adam as sehingga ia
terkutuk (terlaknat).
Rakus asalnya dari Adam ketika dikatakan kepadanya
bahwa semua yang ada di dalam surga itu boleh dikonsumsi kecuali satu pohon.
Namun sikap thoma’ menghinggapi dirinya sehingga ia memakannya lantas ia
dikeluarkan dari surga. Sedangkan dengki berasal dari Qabil bin Adam ketika
membunuh saudaranya (Habil) sehingga ia menjadi kafir dan kekal di neraka
(dalam Tanbihul Ghafilin,
jilid 1).
Ada dua macam rakus. Rakus yang tercela. Dan rakus yang
tidak tercela. Rakus yang pertama melalaikan syariat Allah. Dan rakus yang
kedua tidak sampai melupakan perintah dan larangan-Nya.
Jika, direnugkan maka rakus itu merugikan. Karena, apa
yang ada ditangan kita tidak permanen. Timbul dan tenggelam. Bisa saja,
atas kuasa-Nya, yang ada digenggaman kita diambil oleh pemilik-Nya. Orang yang
beriman tidak perlu mempertanyakan, apakah yang menjadi kepemilikan kita sudah
resmi (formal), tetapi apakah karunia yang kita terima menambah barakah
(tambahan kebaikan). Alangkah menyakitkan, jika yang kita usahakan dan kita
peroleh justru secara bertahap membuat lubang kehancuran citra diri kita (istidraj).
Kita tidak akan memperoleh bagian rizki kecuali yang
sudah ditentukan oleh-Nya. Ada rizki itu yang kita buru. Dan ada karunia itu
yang memburu kita. Adapun kerja keras itu adalah dalam rangka ibadah
kepada-Nya. Banyak sekali sumber rizki tidak berkaitan langsung dengan ikhtiar
kita. Tidak menggunakan logika manusia. Misalnya, silaturrahmi, takwa,
memperbanyak sedekah, dll. Yang menarik, binatang cecak yang menempel di
dinding. Justru, sumber rizkinya binatang yang bisa terbang.
اَللَّهُمَّ
لَامَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مَعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
(Ya
Allah tiada orang yang menghalangi terhadap apa yang telah Engkau berikan dan
tiada orang yang memberi terhadap apa yang telah Engkau halangi dan kekayaan
orang yang kaya itu tidak akan bisa menyelamatkan dia dari siksa-Mu)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam membaca Al Hakumut Takatsur .. hatta
zurtumul maqabir (bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai
kamu masuk ke dalam liang lahat), kemudian beliau bersabda; “Manusia
selalu berkata, Hartaku, hartaku, dan bukanlah termasuk hartamu kecuali apa
yang kamu makan lantas kamu habiskan, atau kamu pakai lalu kamu rusakkan, dan
kamu sedekahkan lalu kekal (pahalanya) bagimu.”
Orang yang memiliki sifat rakus merasa tidak adil dalam
memandang pembagian rizki dari Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal, pengalaman
empiris mengajarkan bahwa rakus tidak menambah jatah rizki seseorang.
Dan sifat qonaah
tidak mengurangi rizki. Qonaah
adalah kekayaan hati yang sangat mahal. Justru, dengan memelihara sifat tercela
ini, bagaikan meminum air laut, semakin banyak yang diteguk, bertambah haus.
Tidak akan sembuh penyakit yang berbahaya ini kecuali kematian. Jika manusia
diberi satu lembah emas, maka ia akan mengharapkan tambahan satu lembah lagi,
dst.
Adil itu tidak harus sama, tetapi proporsional.
Meletakkan sesuatu pada tempatnya secara pas. Sedangkan zhalim adalah
kebalikannya.
Suasana kehidupan sosial yang saling ta’aruf (kenal
mengenal), tafahum
(saling memahami), ta’awun
(saling bersinergi), takaful
(saling menanggung),
tanashuh (saling memberi nasihat), taakhi (saling bersaudara), adalah karunia
yang terbaik melebihi dari yang dikumpulkan manusia berupa kekayaan itu
sendiri.
Karena, pada dasarnya karunia itu disamping yang
bersifat lahiriyah pula berbentuk nikmat batiniyah. Kehidupan sosial yang
menyeimbangkan kebutuhan ruhani dan jasmani, indikator kehidupan sosial yang
sehat.
Orang yang memahami posisi harta, memiliki kecerdasan
finansial. Ia tidak sekedar pandai mencari uang, tidak sekedar pandai
mengumpulkan pundi-pundi kekayaan, tidak sekedar trampil membuka gembok-gembok
rizki, tidak sekedar membuka pintu-pintu karunia. Tetapi, gemar pula berinfak,
sebagai hak dari harta itu sendiri. Jadi kaya itu berkaitan dengan sikap
mental.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam telah memberikan
definisi yang jelas tentang orang yang mempunyai kecerdasan finansial.
ليس
الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس
“Yang disebut al-ghina (orang yang
cerdas finansial) itu bukanlah mereka yang sekedar memiliki harta yang banyak,
tetapi al-ghina itu mereka yang kaya jiwa.” (HR. Bukhari).
Bukan disebut cerdas finansial orang yang memiliki
harta yang banyak tetapi serakah dan kikir. Apa gunanya memiliki banyak
kekayaan tetapi tidak dibelanjakan. Seharusnya berapa pun yang diinfakkan tidak
masalah. Satu rupiah pun pantang dibelanjakan untuk maksiat.
Harta bagi orang yang terjangkiti virus ruhani kikir
adalah segala-galanya. Semakin banyak yang ia terima, ia semakin rakus.
Bagaikan meminum air laut, semakin banyak meminumnya semakin haus. Ia
mengira harta itu mengekalkan kehidupannya. Ia memandang harta sebagai hak
milik, bukan hak pakai atau hak guna (titipan dari Allah Subhanahu Wata’ala).
Ancaman Allah pada Orang Yang
Mengumpulkan Harta
Allah Subhanahu Wata’ala mengancam terhadap orang yang
memiliki pandangan negatif/miring dengan harta.
“Kecelakaanlah
bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung [mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya dia
menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah], dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia
benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.” (QS. Al Humazah (104) : 1-4).
Tidak termasuk cerdas finansial orang yang kaya raya
tetapi serakah. Sekalipun kaya secara lahiriyah tetapi jiwanya miskin.
Sekalipun kaya, tapi masih menginginkan harta orang lain dengan menghalalkan
segala cara. Sekalipun hartanya banyak, tetapi tidak cukup.
Perhatikan, para koruptor itu bukanlah orang-orang
miskin. Mereka bukan orang yang tidak punya duit. Mereka punya rumah besar,
mobil mewah, dan harta berlimpah, tapi karena mereka serakah, masih saja tega
merampok harta negara. Mereka terjangkiti penyakit “Takatsur” (menumpuk-numpuk harta, pengaruh,
massa, pengikut, dll)
Oleh Salih Hasyim
posted by @Adimin
Label:
OASE,
TOPIK PILIHAN