pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

[Khutbah Idul Adha Anis Matta] Kepemimpinan Adalah Bekerja dan Berkorban

Written By mediapkspadang on 05 October, 2014 | October 05, 2014


Jalan Kebangkitan dan Kepemimpinan Itu Adalah Bekerja dan Berkorban
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته


الحمد لله الذي فرض الجهاد على المسلمين.. و جعله مناط عزهم و رفعهم..

اشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له.. و اشهد أن محمدا عبده و رسوله المبعوث رحمة للعالمين..

اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم.. الذي أدى الأمانة.. و بلغ الرسالة.. و نصح الأمة.. و جاهد فى الله حق جهاده.. و على آل بيته الأطهار.. وأصحابه الأبرار.. الذين آمنوا به.. و صدقوا بما جاء به.. و ساروا على نهجه.. و اقتدوا بسنته.. و على من جاء ممن بعد هم من التابعين و تابعيهم.. و على كل من سار على نهجهم إلى يوم الدين..

فيا معاشر المسلمين.. أوصيكم و اياى نفسى الخاطئة المذنبة بتقوى الله.. فقد فاز المتقون.. وإن العاقبة للمتقين..


ALLAHU AKBAR 3x

Pagi ini memori sejarah kita membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw.

Bayangkanlah bahwa lebih dari 4000 tahun lalu tiga manusia agung itu Ibrahim, Hajar dan Ismail berjalan kaki sejauh lebih dari 2000 km atau sejauh Makassar Jakarta dari negeri Syam yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon menuju jazirah  tandus yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun.

Bayangkanlah bagaimana mereka memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.

Bayangkanlah bagaimana Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji – dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia setiap tahun, persis seperti doa Nabi Ibrahim:


رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ 

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” ( Surat Ibrahim: 37).

Bayangkanlah bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ

“Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat Al Baqarah: 126)

Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini 1500 tahun kemudian agama itu diikuti sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:


رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al Baqarah 129)

Bayangkanlah bagaimana dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu Islam, Kristen dan Yahudi dipeluk oleh lebih dari 4 milyar manusia.


وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (Surat Al Baqarah: 132).

ALLAHU AKBAR 3X

Pagi ini kita kenang lagi perjuangan 4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap terjaga, bahwa;

Pertamapertumbuhan adalah ciri agama

Berbagai kerajaan, dinasti, rezim dan imperium datang silih berganti dalam sejarah manusia. Ia lahir, tumbuh besar, berjaya, lalu menua, melemah dan akhirnya mati. Tapi agama yang dibawa Ibrahim datang dan terus bertumbuh tanpa henti hingga kini. Tak ada kekuasaan sezalim dan setiran apapun ia yang sanggup menghentikan laju pertumbuhannya. Agama ini membangun kerajaan dalam hati dan pikiran manusia, bukan bangunan megah di atas tanah yang akan segera punah oleh waktu. Agama terus bertumbuh karena memberi arah bagi kehidupan manusia, mengakhiri pencarian akalnya akan kebenaran, kebaikan dan keindahan, serta memenuhi dahaga jiwanya akan cinta, ketenangan dan kebahagiaan.  Lihatlah bagaimana doa-doa Nabi Ibrahim menjadi kenyataan satu per satu dan terus menerus sepanjang waktu. Nabi Ibrahim mengajarkan kita sunnatullah yang menjadi hukum sejarah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an:


فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ

“Adapun buih itu pasti akan pergi sia-sia. Sedang yang bermanfaat bagi manusia akan bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”.(Surat Ar Ra’du: 17)

Keduaagama adalah narasi terbesar dalam sejarah manusia

 
Arus sejarah yang digerakkan oleh narasi Barat lahir dari ruh Kristiani. Sementara arus sejarah yang digerakkan narasi Timur lahir dari Islam. Jadi di Barat maupun di Timur agamalah yang membentuk semua peradaban besar yang pernah menghiasi lembar-lembar sejarah manusia. Dan selamanya akan terus begitu. Semua pemberontakan manusia untuk keluar dari jalan agama – seperti yang kita saksikan di abad yang lalu melalui gelombang sekularisme dan ateisme, baik atas nama ilmu pengetahuan atau atas nama yang lain  hanya akan berujung dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Lihatlah misalnya bagaimana perang dunia pertama dan kedua mengorbankan sekitar 94 juta nyawa manusia. Pemberontakan itu lahir dari keangkuhan manusia yang terlalu rapuh, disusun oleh akal yang terlalu sederhana untuk melawan kebenaran abadi yang dibawah oleh agama.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Allah adalah cahaya langit dan bumi…”(An Nuur: 35 )

KetigaIslam adalah agama masa depan manusia

Rasio pemeluk Islam adalah sekitar 1 orang Muslim untuk setiap 1000 penduduk bumi di zaman Nabi Muhammad saw. Kini angka itu berkembang menjadi 1 orang Muslim  untuk setiap 5 orang penduduk bumi, termasuk sekitar 100 juta muslim yang menghuni benua Eropa dan sekitar 100 juta muslim yang menghuni China daratan.

Semua perang yang ditujukan untuk merusak citra agama ini seperti label fundamentalisme dan terorisme demi mencegah manusia memeluknya tidak akan sanggup mencegah pertumbuhan dan penyebarannya, bahkan di jantung sekularisme seperti Eropa dan Amerika.

Sementara itu semua sistem dan ideologi lain mulai bangkrut satu per satu seperti komunisme. Dan kini kapitalisme pun sedang menyusul secara perlahan dan pasti. Semua sistem dan ideologi itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan dan dahaga manusia akan kebenaran, keadilan dan kebahagiaan. Dunia membutuhkan pencerahan baru, dan hanya Islamlah yang bisa membawa cahaya. Dunia membutuhkan sumber solusi, dan hanya Islamlah yang bisa menawarkan jalan keluar.

ليبلغن هذا الأمر ما بلغ الليل و النهار 

“Urusan (agama) ini pasti akan menjangkau seluruh manusia, sepanjang siang dan malam menjangkau (seluruh pelosok bumi)”.


Keempatbekerja dan berkorban adalah tradisi kebangkitan dan kepemimpinan

Bekerja itu seperti menanam pohon. Berkorban itu adalah pupuk yang mempercepat pertumbuhannya. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena ia hanya bekerja menabur kebajikan di ladang hati manusia. Tanpa henti. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena pengorbanannya yang tidak terbatas.

Makna hidup kita baik sebagai individu maupun sebagai umat dan bangsa terletak pada kerja keras dan pengorbanan tanpa henti dalam menebar kebajikan bagi kemanusiaan. Bekerja adalah simbol keberdayaan dan kekuatan. Berkorban adalah simbol cinta dan kejujuran. Itu nilai yang menjelaskan mengapa bangsa-bangsa bisa bangkit dan para pemimpin bisa memimpin. Hanya mereka yang mau bekerja dalam diam yang panjang, dan terus menerus berkorban dengan cinta, yang akan bangkit dan memimpin. Itulah jalan kebangkitan. Itulah jalan kepemimpinan. Itu nilai yang menjelaskan mengapa Islam di masa lalu bangkit dan memimpin peradaban manusia selama lebih dari 1000 tahun. Dan itu jugalah jalan kebangkitan kita kembali: bekerja keras dan berkorban tanpa henti. Dengarlah firman Allah swt:


وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kalian, nanti Allah yang akan menyaksikan amal kalian, beserta RasulNya dan orang-orang yang beriman”. (Surat At Taubah:105)

ALLAHU AKBAR 3X

Hari ini sebagaimana kita mengenang manusia-manusia agung itu; Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw kita juga mendengar rintihan hati umat manusia dari berbagai pelosok dunia. Di belahan dunia Islam ada rintihan anak-anak Palestina, Irak, Afganistan, Sudan, dan Khashmir yang membutuhkan solidaritas dan bantuan kita untuk membebaskan mereka dari kezaliman dan penjajahan. Bahkan  bumi pertiwi sedang berduka. Hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa meninggal.

Sementara di belahan dunia lainnya, ada milyaran jiwa manusia yang hidup dalam kehampaan dan juga menanti para pembawa cahaya kebenaran untuk menyelamatkan dan mengeluarkan mereka dari himpitan hidup yang pengap kedalam rengkuhan cahaya Islam yang penuh rahmat. Tangis hati para korban kezaliman di Dunia Islam dan rintihan jiwa para pencari kebenaran di Dunia Barat sama-sama menantikan kehadiran kepemimpinan baru yang datang membawa cahaya kebenaran, cinta bagi kemanusiaan, tekad untuk bekerja keras serta kemurahan hati untuk terus berkorban.

Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan. Marilah kita bangkit dengan semangat kerja keras dan pengorbanan tanpa henti, melupakan masalah-masalah kecil dan memikirkan serta merebut peluang-peluang besar bagi kejayaan umat dan bangsa kita. Marilah kita bangkit dengan kepercayaan penuh bahwa Islam adalah masa depan manusia dan bahwa masa depan adalah milik Islam. Marilah kita bangkit dengan semangat dan keyakinan penuh bahwa kita bisa memimpin umat manusia kembali jika kita mau bekerja keras dan berkorban demi cita-cita besar kita.

ALLAHU AKBAR 3X

*islamedia



posted by @Adimin

"Beginilah Cara Islam Merayakan Hari Raya" | Syekh Yusuf Qardhawi


Menurut Syekh Yusuf Qardhawi di dalam bukunya, Mi'atu Su'âlin 'anil-Hajj wal-'Umrah wal-Udhiyah wal-Îdain, hari raya umat Islam itu memiliki dua ciri khas dalam pemaknaannya, yaitu makna ketuhanan, dan makna kemanusiaan.

Kalau kita melihat, hari raya pada sebagian agama lain dirayakan dengan mengumbar nafsu, di mana orang-orang melakukan kemungkaran, mengerjakan dosa-dosa besar, dan meminum minuman haram yang memabukkan. Tapi tidak demikian dalam Islam.

Takbir dan Shalat

Dalam agama kita, hari raya dimulai dengan shalat, baik itu Idulfitri maupun Iduladha, lalu dihiasi dengan takbir, sebagaimana hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, “Hiasilah hari raya kalian dengan takbir.”

Khusus pada hari raya Idul Adha, kalimat takbir muqayyad (takbir yang khusus untuk hari raya) disyariatkan dibaca setiap selesai mengerjakan shalat. Waktunya dimulai dari fajar hari tanggal sepuluh Dzulhijah sampai 23 shalat berikutnya, yaitu sampai waktu Ashar hari tasyriq ketiga. Sedangkan takbir ghair muqayyad (kalimat takbir pada umumnya) disyariatkan untuk dibaca pada setiap waktu. Seorang muslim harus menjaga makna ketuhanan ini, karena inilah makna ketuhanan dari hari raya umat Islam.

Berbagi Kegembiraan dengan Sesama

Adapun dari segi makna kemanusiaannya, pada hari raya Idul Fitri, Islam mewajibkan zakat fitrah untuk memberi makan orang-orang miskin sebagai bentuk bantuan, dan pada saat hari raya Iduladha, disyariatkanlah menyembelih kurban dengan maksud memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, keluarga, orang-orang di sekelilingnya, dan juga para fakir miskin. Memang sudah seyogianya seorang muslim ingat pada kaum fakir miskin yang kekurangan pada saat kegembiraan hari raya, bukan terbatas memikirkan diri sendiri dan melupakan mereka. Hal ini merupakan bagian dari perintah pada saat hari raya, dan inilah makna kemanusiaan dari hari raya umat Islam.

Pada Hari Raya Idul Fitri, Allah swt. telah mensyariatkan untuk menunaikan zakat, yaitu zakat fitrah. Dan pada Hari Raya Idul Adha Dia swt. mensyariatkan menyembelih kurban. Hal ini dimaksudkan agar kegembiraan bisa menyeluruh dan semua orang dapat sama-sama merasakan suasana kegembiraan Hari Raya itu. Sebab, agama Islam memang menjadikan momen hari raya sebagai hari pesta Islam, yaitu hari bagi semua kaum muslimin, baik yang dewasa maupun yang masih kecil, wanita maupun pria, dan yang kaya maupun yang miskin.

Semuanya dalam Kondisi Bersih dan Menyenangkan

Untuk itu, dalam suasana gembira ini, seorang muslim ketika berhari raya dianjurkan dalam kondisi rapi dan bersih. Islam ingin agar seseorang itu dalam kondisi bersih, khususnya pada waktu perkumpulan, seperti ketika shalat Jumat dan shalat Id. Juga agar ketika bertemu dengan orang lain tidak dalam keadaan bau yang mengganggu atau dengan pakaian yang membuat orang lain merasa iba.

Seorang Muslim hendaknya bertemu dengan orang lain hanya pada saat dalam keadaan sudah mandi, berpakaian rapi, dan tidak bau mulut karena mengonsumsi makanan yang berbau, seperti bawang putih, bawang merah, petai, jengkol, dan sejenisnya. Nabi saw. telah bersabda, “Barang siapa yang mengonsumsi sesuatu dari ini (bawang putih dan merah) maka janganlah mendekati masjid kami (HR. Bukhari-Muslim).” Maksudnya, menjauhlah dari orang lain sehingga bau yang tidak enak itu tidak membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Semua Merayakannya

Karena hari raya adalah hari milik semua umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, maka kaum perempuan juga dianjurkan untuk ikut merayakannya, baik ia dalam kondisi suci, maupun sedang tidak suci, semisal haid dan nifas. Nabi saw. memerintahkan kaum perempuan untuk ikut menghadiri shalat Id. Bahkan wanita yang sedang haid sekalipun juga dianjurkan keluar dari rumah menuju tanah lapang atau tempat-tempat pelaksanaan shalat Id, meski kehadiran mereka tidak untuk melaksanakan shalat. Wanita yang sedang haid dianjurkan untuk ikut keluar agar mereka juga menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin.

Hal ini sebagaimana sebuah riwayat dari Ummu Ahtiyah r.a., “Ada beberapa wanita yang sedang haid menghadiri Hari Raya. Di antara mereka ada yang tidak punya jilbab, kemudian mereka berkata kepada Rasulullah saw., “Salah seorang di antara kami tidak punya jilbab,” lalu beliau bersabda, “Supaya saudaranya meminjaminya dari jilbab yang ada.” Wanita tersebut kemudian meminjam jilbab dari tetangga atau temannya yang bisa dia pakai, lalu pergi menghadiri shalat Id. Seperti inilah tindakan kaum muslimin pada tempo dulu. Kita juga harus menghidupkan sunah Rasul ini.

Silaturahmi, Saling Memberi Ucapan, dan Bersenang-senang

Karena hari raya adalah hari kegembiraan umat Islam, maka pada hari ini kita sangat dianjurkan untuk mengakrabkan hubungan kaum muslimin satu dengan lainnya. Caranya, bisa dengan bersilaturahmi kepada para kerabat dan handai-tolan, tetangga, orang-orang yang dicintai, dan teman-teman. Juga dengan saling memberi ucapan selamat. Misalnya, mengucapkan, taqabbalallâhu minnâ wa minkum (Semoga Allah menerima amalanku dan amalanmu) atau kullu `âm wa antum bi khair (Setiap tahun dan kalian selalu dalam keadaan baik). Ucapan-ucapan seperti inilah yang dianjurkan.

Pada saat hari raya, Islam membolehkan bersenang-senang asalkan tidak dalam hal kemungkaran. Nabi saw. memperbolehkan ketika dua anak perempuan bernyanyi di rumah Aisyah r.a. pada hari raya. Pada saat itu, Abu Bakar menegur kedua anak tersebut seraya berkata, “Apakah alat musik setan berada di rumah Nabi saw.?” Tapi kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Abu Bakar, biarkan kedua anak itu, sesungguhnya saat ini adalah hari raya, setiap kaum memiliki hari raya dan ini hari raya kita, agar orang-orang Yahudi mengerti bahwa dalam agama kita ada kelonggaran, dan sesungguhnya aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan penuh kelonggaran.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Jadi, menyanyi boleh saja, asal tidak mendatangkan seseorang untuk berjoget atau seseorang yang berdandan menor untuk bernyanyi. Tidak begitu caranya. Menyanyi boleh asal memenuhi syarat-syaratnya yang sudah masyhur, yaitu (1) kata-katanya tidak keluar dari jalur syariat, akidah, dan etika-etika keislaman, (2) tidak terdapat penyimpangan di dalamnya, (3) tidak dibarengi dengan barang-barang haram, semisal minuman keras, berhias secara berlebihan, apalagi bertelanjang, dan (4) tetap pada batas-batas yang wajar. Inilah syarat yang harus dipenuhi agar nyanyian menjadi boleh, khususnya dalam acara-acara tertentu, seperti pesta pernikahan, hari-hari raya, dan momen-momen kegembiraan yang dianjurkan oleh Islam untuk refreshing asal tidak merugikan orang lain. [ali/pkspiyungan]



posted by @Adimin

Imam Besar Istiqlal Ingatkan Kepalsuan Hadits Haji Akbar



Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Ali Mustafa Ya'qub mengingatkan bahwa hadits yang menyebut jika wukuf jatuh pada hari Jumat, maka peristiwa tersebut merupakan haji akbar dan pahalanya sama dengan tujuh puluh kali haji adalah hadits maudhu atau palsu.

Di masyarakat ramai membicarakan bahwa pada tahun ini adalah haji akbar, dan diimbau agar umat Islam untuk tidak mudah percaya dan ikut-ikutan, katanya di Jakarta, Jumat.

Pascasidang itsbat penetapan awal bulan Zulhijjah 1435 H, di Gedung Kementerian Agama Jakarta pada 24 September 2014, sempat terdengar di antara peserta menyebut bahwa karena wukuf jatuh pada hari Jumat, maka Idul Adha tahun ini disebut sebagai haji akbar.

Lantas, di antara wartawan ada bertanya kepada seorang ulama yang ikut sidang itsbat tersebut. Katanya, apa bedanya haji akbar, haji reguler, haji khusus, haji kecil dan haji-haji lainnya.

Bagi awak media, yang kebanyakan hanya meliput di Kementerian Agama setahun sekali khususnya meliput sidang itsbat penetapan awal Ramadhan dan Idul Adha, tentu akan semakin bingung dengan istilah-istilah atau terminologi keagamaan seperti itu. Apa lagi jika wartawan bersangkutan hanya bermodalkan sekolah umum, tak pernah bersentuhan dengan madrasah atau pondok pesantren.

Terminologi bidang keagamaan, wabil khusus bidang perhajian, ternyata demikian luas. Untung saja, pada acara sidang itsbat tersebut tak mencuat istilah haji mabrur dan mardud. "Wah, bingung lagi," kata seorang wartawan muda.

Kini publik pun banyak menyoal haji akbar. Apa sih bedanya dengan Idul Adha dan haji lainnya. Perihal ini, sejatinya sudah lama menjadi bahan diskusi hangat.

Imam An-Nawawi mengakui dan mengatakan, sudah lama para ulama berselisih pendapat mengenai apa yang dimaksud hari haji akbar.

Ada yang mengatakan, hari Arafah. Sementara Imam Malik, Imam as-Syafi'i, dan mayoritas ulama berpendapat bahwa haji akbar adalah hari Nahr (Idul Adha), dan sebagian ulama menjelaskan, "Dinamakan hari haji akbar, untuk membedakannya dengan haji Asghar, yaitu umrah." Hal ini 

termaktub dalam Syarh Sahih Muslimkarya An-Nawawi, 9:116.

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengemukakan, sebagaimana tercatat dalam Fathul Bari Syarh Sahih Bukhari, 8:321: "Ulama berbeda pendapat tentang makna haji asghar. Mayoritas ulama berpendapat bahwa haji asghar adalah umrah. Ada juga yang mengatakan, 'Haji asghar adalah hari arafah (9 Dzulhijah) dan haji akbar adalah Idul Adha'. Karena di hari Idul Adha merupakan penyempurna kegiatan manasik haji yang belum dilakukan."

Berbagai laman Islam menyimpulkan bahwa penamaan haji akbar pada dasarnya adalah untuk membedakan dengan umrah atau dengan kegiatan haji yang lain, sehingga tidak ada hubungannya dengan wukuf yang jatuh pada hari Jumat.

Kebetulan sekali Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menetapkan Idul Adha 1435 Hijriyah jatuh pada hari Sabtu (4/10). Dengan begitu pelaksanaan wukuf di Arafah bertepatan pada Jumat (3/10). Sebagian umat Islam ada yang percaya bahwa pelaksanaan wukuf bertepatan dengan hari Jumat itu disebut haji akbar.

Haji akbar disebut mempunyai banyak keistimewaan. Benarkah wukuf yang jatuh pada hari Jumat disebut haji akbar? Di sini, Imam Besar Masid Istiqlal Jakarta KH Ali Mustafa Ya'qub kembali menegaskan, hadits yang menyebut bahwa jika wukuf jatuh pada hari Jumat, maka pahala haji sama dengan tujuh puluh kali haji adalah hadits maudhu atau palsu.

Ia mengimbau, umat Islam untuk tidak mudah percaya dan ikut-ikutan.

Hadits itu, dikemukakannya, sengaja dipakai orang untuk kepentingan tertentu, sehingga kembali sangat diharapkan umat Islam tidak ikut-ikutan.

Ya'qub mengakui, istilah haji akbar memang ada. Tetapi, harus dipahami bahwa haji akbar itu adalah haji yang dilakukan dengan menjalankan wukuf di Arafah.

Ibadah haji setiap tahun itu merupakan haji akbar karena wukuf adalah salah satu rukun haji. Sedangkan, dinyatakannya, yang tidak wukuf disebut haji asghar atau haji kecil. "Itulah yang dimaksud umrah," ujarnya.

Apabila merujuk kepada Alquran (QS. At-Taubah: 3), maka haji akbar adalah haji terakhir Rasulullah SAW atau haji wada' pada tahun ke-10 hijriyah.

Saat itu hari di Arafah bertepatan dengan Jumat. Tetapi, asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat tersebut secara substansi adalah tidak diperkenankannya lagi kaum musyrikin untuk berhaji dan melakukan thawaf tanpa mengenakan pakaian secuil pun setelah tahun itu.

Ya'qub menegaskan, keutamaan wukuf di Arafah pada hari Jumat adalah karena memang hari itu dalam Islam memang hari yang utama.

Untuk itu diimbaunya, kepada seluruh jamaah haji Indonesia agar tetap khusyu melaksanakan ibadah, serta tidak terpengaruh apapun dalam menjalankan ibadah
.
 
posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger