pic

Powered by Blogger.

Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi

Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...

Search This Blog

Latest Post

“Selamatkan Indonesia dengan al-Quran: Pilih Presiden Cinta al-Quran!”

Written By Sjam Deddy on 03 April, 2014 | April 03, 2014

 

Oleh: Dr Adian Husaini
“Andaikan penduduk suatu negeri mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri.(QS: Al A’raf:96).

AL-QURAN Surat al-A’raf  ayat 96 tersebut dengan sangat gamblang memberi kabar gembira, bahwa jika suatu bangsa mau mendapatkan kucuran rahmat dan dijauhkan dari berbagai musibah, maka iman dan taqwa harus dijadikan sebagai nilai tertinggi dalam pengambilan kebijakan dan keputusan. Tentu saja, itu termasuk dalam penentuan pemimpin, baik pada tataran keluarga,  kelompok, atau pun pada tataran kenegaraan.

Pemimpin yang beriman dan bartaqwa pasti bekerja sekuat tenaga menjalankan amanah yang diembannya; mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan golongannya; bekerja keras untuk menjaga dan membina iman dan taqwa bangsanya; bukan sekedar berkutat pada urusan dunia semata; bekerja keras mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyatnya; takut azab Allah di dunia dan akhirat; takut mengambil hak rakyat; dan menangis jika rakyat susah dan sengsara.

Pemimpin taqwa dan cinta al-Quran, tidak mau munafik; malu kepada Allah,  jika peduli rakyat demi pencitraan di depan manusia; bukan karena cinta dan takut pada Allah Subhanahu Wata’ala. Pemimpin taqwa takkan tinggalkan shalat demi kampanye dan konser sia-sia. Pemimpin taqwa pun cinta bangsa karena Tuhannya, bukan karena tanah subur semata. Pemimpin taqwa tak hambur uang negara untuk pesta pora tiada guna, karena takut siksa neraka.

Bagi Muslim, memilih pemimpin berdimensi ibadah; dunia akhirat; bukan sekedar itung-itungan rebutan kuasa dunia. Berpolitik adalah bagian dari ibadah dan dakwah, bukan untuk berbangga-bangga akan banyaknya golongan dan himpun harta benda dunia. Karena itu, pemimpin beriman dan bertaqwa mustilah zuhud – tidak gila dunia – dan hidup bersahaja; tidak pamer kemewahan di depan rakyat yang sebagian besarnya masih berkubang dalam belitan kesulitan hidup.

Dalam Kitab as-Siyasah Syar’iyyah,  Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengutip hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam yang memperingatkan kaum Muslimin agar berhati-hati dalam memilih pemimpin: “Siapa yang mengangkat seseorang untuk mengelola urusan (memimpin) kaum Muslimin, lalu ia mengangkatnya, sementara pada saat yang sama dia mengetahui ada orang yang lebih layak dan sesuai (ashlah) daripada orang yang dipilihnya, maka dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR Al-Hakim).

Jadi, kita tidak patut sembarangan tentukan pemimpin. Apalagi pemimpin pada level kenegaraan. Ada tanggung jawab dunia akhirat. Jika memilih pemimpin bukan yang terbaik menurut kriteria Islam, maka bisa dikategorikan telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya; na’udzubillahi min dzalika. Dalam Islam, pemimpin bukan sekedar mengurus masalah dunia. Ia akan dimintai tanggung jawab di akhirat. Pemimpin bukan sekedar mengurus KTP, pajak, dan administrasi kependudukan. Tapi, pemimpin akan dimintai tanggung jawab apakah ia telah berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan rakyatnya, atau justru ia merusak keimanan rakyatnya.

Pemimpin dalam Islam wajib peduli, apakah rakyatnya menyembah Allah Subhanahu Wata’ala atau menyembah genderuwo;  ia akan sangat peduli, apakah rakyaknya lebih suka beribadah atau hobi bermaksiat; ia pun berusaha keras untuk mencegah dan menutup pintu-pintu zina.  Sangat aneh, jika pemimpin yang secara formal memeluk agama Islam, tetapi justru melarang rakyatnya menutup aurat. Sepatutnya, pemmpin tidak berani menantang Tuhannya dengan melarang jilbab yang justru diwajibkan Sang Pencipta. Jadi, kepemimpinan dalam Islam memiliki dimensi ubudiyah dan dimensi akhirat. Jangan dianggap selesai urusannya di dunia!
 *****

Indonesia, negeri kita, kini merupakan negeri Muslim terbesar di dunia. Dulunya, negeri-negeri di wilayah Nusantara ini 100% Hindu, Budha, Animis, dan sebagainya. Lalu, datanglah para pejuang Islam yang hebat dari berbagai negeri Muslim. Mereka bekerja keras, secara sungguh-sungguh dan terencana untuk meng-Islamkan negeri ini. Mereka rela meninggakan negeri dan keluarga mereka dengan tujuan mulia, menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia, sebagaimana diamanahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam.
Dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur maka negeri ini menjadi hampir 100% muslim; bahkan disebut sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Ini sebuah prestasi dakwah yang amat sangat luar biasa.  Secara pelan dan teratur, proses Islamisasi pun terus berjalan, dengan segala hambatan dan tantangannya. Para pejuang Islam itu terus berusaha meningkatkan kualitas keislaman masyarakat muslim Indonesia, setahap demi setahap. Dakwah tidak pernah berhenti. Laksana air, ia terus mengalir, mencari tempat-tempat yang bisa diairi arusnya


posted by @Adimin

Anis Matta Jadi Saksi Mualafnya Mudji Massaid


PALU -- Mudji Massaid, adik dari mendiang politisi Partai Demokrat Adji Massaid mengucapkan dua kalimat syahadat di pondok pesantren (Ponpes) Al-Chairaat Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) Kamis (3/4/2014).

Mudji yang sosoknya sempat dikenal khalayak sebagai pendamping Angelina Sondakh ketika menghadapi proses hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini dituntun Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri bersyahadat.

Dalam acara pemualafan itu, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta hadir dalam acara itu. Anis mengaku bahagia cahaya Islam bisa mengantar Mudji ke gerbang mualaf. Ia senang, hidayah kepada Mudji menguat manakala ikut serta dalam beberapa kampanye yang PKS gelar jelang Pemilu 2014 ini.

"Sebetulnya secara pribadi belum kenal baik, tapi waktu ikut PKS dia ungkapkan ingin masuk Islam, jadi Alhamdulilah sekarang realisasinya Mualaf," ujar Anis. (ROL)

Mudji Massaid dihadapan Anis Matta dan Mensos Salim Segaf saat pengucapan syahadat

Mudji Massaid (dua dari kiri) dan rekan-rekan artis sering ikut dalam acara Kampanye PKS


posted by @Adimin

Media Takut Demam PKS


Ada yang aneh dari acara "Duel Kandidat" TvOne yang ditayangkan live pada Senin 31 Maret kemarin. Ke "aneh" an "Duel Kandidat" yang salah satu pesertanya adalah Habib Aboe Bakar Al-Habsy dari PKS ini cukup ramai dibincangkan di social media. APA itu?

Ya. Tak seperti tayangan "Duel Kandidat" sebelum-sebelumnya, "Duel Kandidat" TVOne kali ini tak ada POLLING SMS untuk memilih kandidat.

"Gimana nih cara kita dukung kandidat PKS di DUEL KANDIDAT?" begitu banyak pertanyaan senada yang mention ke akun @pkspiyungan.

Saya yang memelototi TVOne untuk mencari jawaban tak ketemu-ketemu juga. Sampai akhir acara tak ada di layar kaca petunjuk POLLING SMS yang biasanya ada.

Oooohhh ternyata "Duel Kandidat" TVOne kali ini memang tak ada POLLING SMS.

"Ternyata pada takut, kalau ada polling pasti PKS yang menang" komentar di timeline twitter bersliweran dengan nada yang sama "Polling ditiadakan karena takut PKS menang".

Kalau kita perhatikan, memang di setiap acara "Duel Kandidat" TVOne dimana ada peserta wakil dari PKS, maka pasti POLLING akan dimenangkan oleh kandidat dari PKS.

Beberapa postingan di web PKS Piyungan mencatat:

(1) Mustofa Nahra Caleg PKS Dapil Jateng mendapat Polling tertinggi (32,34%) dalam "Duel Kandidat" TvOne (Senin 27/1/2014) dengan tema "Caleg Adu Visi Bicara Toleransi".


(2) Andi Rahmat Caleg PKS unggul "Duel Kandidat" TvOne (Senin 3/2/2014) dengan Topik "Caleg Adu Aksi Bicara Korupsi". 


(3) Zainudin Paru, SH Caleg PKS Dapil NTT 1 unggul di Duel Kandidat Tv One (Senin, 3/3/2014) menghadirkan lima caleg dari PDIP, Golkar, Demokrat, Gerindra dan PKS. 



(4) Nasir Djamil Caleg PKS Dapil Aceh unggul di Duel Kandidat Tv One (Senin 24/3/2014)
 

Setelah beberapa kali menang dalam poling di acara "Duel Kandidat" di TVOne, sepertinya media menjadi trauma karena di setiap POLLING dimenangkan oleh Partai Keadilan Sejahtera lagi.

Tak hanya di acara TV, di polling koran pun PKS menjadi favorite, seperti POLLING di kora Warta Kota. Koran ibukota ini mencatat PKS menjadi Partai Favorite pembaca dengan raihan 46%.


Di media online juga sama. Misalnya di www.beritasatu.com merilis polling parpol paling bersih. Dan hasilnya cukup “mengerikan” bagi aktivis dunia maya. Betapa tidak, Partai yang dijuluki sang pembawa gelombang kesejahteraan ini mampu meraih suara tertinggi.

Dari data ini menunjukkan bahwa partai ini menjadi selebriti di mana-mana. Baik di dunia maya maupun di dunia nyata (lihat saja kampanye PKS yang selalu dipenuhi ribuan massa di manapun).

Kondisi ini mencerminkan kesolidan dan ketangguhan PKS yang luar biasa dimana setahun terakhir ini 'digebuki' oleh media.

Pokoke #mantapks#siipks#cakepks#yupks :)


[pkspiyungan]


posted by @Adimin

[VIDEO] Orasi Presiden Anis Matta di Kampanye PKS Sumbar

> posted by @Adimin

Nandang Burhanuddin: 9 April, Memilih Tak Perlu Risih


"9 April, Memilih Tak Perlu Risih"
 
 
"Stad, Pemilu 9 April nyoblos?"

"Ya. Insya Allah. Sebagai muslim dan sebagai WNI, saya ndak mau pasif. Kalau enta, nyoblos apa kagak?"

"Ragu nih. Pesimis. Pemilu boros, lahirkan pemimpin yang boros!"

"Ya. Ane sich pengennya kagak ada Pemilu. Dah sim salabim aja. Tapi itu tadi. Kita kan hidup pake aturan. Nah aturan kampanye dll dibuat oleh anggota DPR-Pemerintah. Kalau boros, ya salah kita sendiri, kenapa gak menjadi pemilih cerdas!"

"Perasaan, sebagai rakyat kita salah melulu ya stad. Milih salah, kagak milih salah!"

"Nah ntu enta paham. Posisi rakyat di negara berkembang memang dibuat serba salah. Pemerintah itu "bahagia" kalau rakyatnya bodoh-bodoh. Atau kalaupun pinter-pinter, pemerintah maunya pinter yang pasif. Kagak ikutan politik! Supaya kekuasaan itu turun temurun dan Loe Lagi Loe Lagi!"

"Terus gimana dong!"

"Ya. Bismillah saja. Dekatkan diri kepada Allah. Mohon petunjuk. Kalau saya, insya Allah sudah banyak Caleg yang saya kenal. Saya akan coblos. Kalau mereka pada ikutan boros, apalagi korup! Saya coba ingatkan!"

"Siapa aja sich tad?"

"Kalau partainya, saya coblos PKS. Kalau DPD untuk Dapil Jabar, ane pilih Drs. Suharna, MT. Nomor 30. Nah kalau DPR pusat ane pilih orang-orang sains. Kalau di Provinsi dan Kabupaten/kota, ane pilih yang paling dekat dan paling dikenal! Untuk Pemilu Luar Negeri, ane rekomendasikan DR. Taufik Ramlan"

"Oh ya. Kalau gitu, ntar ane juga milih stad!"
 
[PKSPinyungan]


posted by @Adimin

Hidayat Nur Wahid: Pemilu Kesempatan Berharga, Jangan Golput

Hidayat_Nur_Wahid
Foto oleh: Soulaya Lestary

Koresponden GIV di Jakarta, Soulaya Lestary, berkesempatan untuk mewawancarai Hidayat Nur 7Wahid (Kandidat #1 dari PKS) hari Kamis, 23 Maret 2014 di Jakarta. Berikut hasil wawancaranya:

Bisa ceritakan sedikit mengenai latar belakang dan motivasi Anda untuk menjadi calon legilsatif?

Pertama secara prinsip posisi saya, tidak “ikut” karena kemauan pribadi, tapi ini penugasan dari partai. Tapi dalam waktu yang bersamaan saya merasa, DPR ini sangat perlu diisi oleh wakil-wakil rakyat yang memang mempunyai kemampuan dan juga track record, yang bisa memperjuangkan kepentingan rakyat. Dan saya melihat bahwa rakyat kita termasuk yang berada di luar negeri, sesungguhnya mempunyai begitu banyak hak yang layak untuk mereka dapatkan untuk kemudian mereka bisa menjadi warga negara yang lebih baik, menikmati kewarganegaraan mereka di Indonesia ini. Baik itu terkait pembuatan undang-undang, kebijakan yang ada, terkait masalah mengawasi kinerja pemerintah yang pro-rakyat, termasuk rakyat yang ada di luar negeri. Juga kaitannya dengan alokasi anggaran untuk keperluan rakyat WNI, termasuk yang ada di luar negeri. Saya melihat bahwa itu semuanya bisa diperjuangkan dan karenanya, ketika partai menugaskan saya, dan saya melihat banyak hal yang bisa dilaksanakan untuk kebaikan dan kemaslahatan dan peningkatan nilai bagi warga kita, ya sudah, amanat ini saya terima. Dan pada pemilu lalu, saya dari dapil [daerah pilih] Jawa Tengah 5, meliputi solo sukoharjo, boyolali, dan klaten, dan sekarang saya dikembalikan ke Jakarta, yang di dalamnya ada dapil luar negeri, yang memang partai berharap bahwa kita bisa meraih kembali raihan pada tahun 2004 yang lalu, dimana kita waktu itu memenangkan pemilu di Jakarta.

Kalau setelah terpilih nanti Bapak akan lebih concern di bidang apa? Apakah ikut saja sesuai seperti yang ditunjuk Partai?

Ya kalau secara prinsip, saya punya pengalaman di Komisi 1 yaitu terkait dengan masalah luar negeri, mitra kerja kita Kemenlu, atau di komisi 8 yang juga di antaranya mengurusi masalah sosial, keagamaan, juga hubungannya dengan masalah perempuan, perlindungan anak, dan juga masalah penanggulanngan bencana, yang mana itu semua juga bisa terkait dengan masalah peran serta dari pihak di luar Indonesia.

Secara prinsip memang keberadaan kita di fraksi di DPR ini itu nanti perpanjangan tagan dari pada partai, isitem kita belum sistem district ya, masih proporsional secara terbuka seperti sekarang ini. Tapi tentu saja kita bisa menyampaikan pada partai kita sebaiknya berada dimana, dan kalau saya boleh berpendapat, untuk memperjuangkan rekan-rekan kita diluar negeri, lebih dekat dengan keberadaan kita di komisi 1. Dan kalau nanti saya di komisi 1, saya Insya Allah akan melanjutkan amanah untuk lebih peduli dan lebih dekat lagi dengan konstituen-konstituen yang berada di luar negeri.

Tapi juga harus disampaikan bahwa kerja kita di komisi-komisi tidak pernah ter kotak-kotak, dengan adanya fraksi itu, kita di konekkan dengan rekan-rekan yang ada di fraksi berbeda-beda. Kalau misal saya di komisi satu harus mengurusi masalah BMI [Buruh Migrant Indonesia], itu kan spesifik ada di komisi 9, saya bisa nanti kerjasama dengan kawan-kawan di komisi 9. Atau kalau misal saya harus mengurus aspirasi warga dari luar negeri misalnya, terkait dengan masalah pendidikan, sekalipun pendidikan bukan tugas kita di komisi 1, kita bisa berkolaborasi dengan rekan-rekan di komisi 10, yang berfokus pada pendidikan. Atau kita mengurus masalah pertanian misalnya, ada rekan-rekan di luar negeri yang memberikan aspirasi bahwa di negeri tersebut ada sistem pertanian yang sangat bagus dengan cara yang sangat sederhana tapi bisa meningkatkan perekonomian rakyat dengan pertanian, nah itu, mereka ingin agar disampaikan, nah kami bisa menampung aspirasi itu dan kami sampaikan ke rekan-rekan kami di komisi 4. Jadi, sekalipun anggota DPR akan dibagi ke dalam komisi-komisi, bukan berarti kami tidak bisa bekerjasama dengan rekan-rekan di komisi lain untuk mendengarkan, menindaklanjuti, memperjuangkan sesuai aspirasi yang ada.

Terkait isu WNI yang di luar negeri yang sudah nyaman disana dan tidak pulang lagi bagaimana menurut Bapak?

Ya memang di era global sekarang , dan sebentar lagi akan diberlakukan ASEAN Community Charter yang memungkinkan orang untuk lintas negara, tentang kemudian dimana dia tinggal dan lain sebagainya, ya itu sebenarnya bagian dari hak asasi manusia juga sih, memilih tinggal di mana. Juga itu terkait dengan beragam hal, terkait pekerjaannya, latar belakang pendidikannya, dan permasalahan pribadi, selama dia berada di negara lain dan tetap membela negara Indonesia, ya itu tentu suatu hal yang tidak bisa ditolak, dan tapi kalau saya boleh berpendapat dan saya telah membuktikan. Saya pernah tinggal lama di luar negeri, saya pernah di Saudi Arabia selama 13 tahun lamanya, sebagai mahasiswa waktu itu, saya tahu bahwa kawan-kawan saya kembali lagi bekerja di sana, tapi sejak dari awal saya yakin bahwa Indonesia tetaplah negara kita yang kita cintai, Indonesia tetap negara dimana kita bisa berkiprah, mungkin memang kalau masalah gaji tidak setinggi kalau berada di luar, tapi saya merasa Indonesia ini masih lebih beragam hal untuk membuat kita lebih nyaman, enak, berprestasi, dan bisa mengabdi kepada negeri yang membesarkan kita, lingkungan kita hidup yang mendukung kita, tanah udara yang selama ini kita injak dan kita hirup.

Pulang dari Saudi waktu itu, saya kemudian jadi abdi di LSM, saya juga aktif di kegiatan ke ormas, kegiatan kemasyarakatan, saya menjadi dosen di IAIN yang ukuran gaji nya tidak seberapa di banding di luar negeri, tapi tetap kita bisa hidup bahagia, kita bangga dengan Indonesia kita, hidup dengan tekun, kerja keras, yang kemudian tidak hanya membuat saya menjadi presiden partai tapi juga Ketua MPR, dan kemudian sekarang di DPR menjadi ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen, dan kemudian menjadi ketua Fraksi, dan semuanya ada di Indonesia.

Keinginan untuk terjun di dunia politik sudah ada sejak kapan?

Sesungguhnya sejak dari awal saya berada di lingkungan yang suka dengan organisasi dan kegiatan sosial. Ayah-Ibu saya keluarga besar saya, semuanya aktif di kegiatan sosial dan ke-ormasan, termasuk kegiatan politik. Kemudian waktu itu saya juga disantrikan di Gontor, Jawa Timur, dan di situ setiap santri diwajibkan untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan, organisasi, termasuk juga bela diri, saya di pesantren pun sudah menjadi ketua di beberapa organisasi di Gontor. Jadi keluarga menanamkan untuk cinta organisasi, cinta kepada publik, peduli dengan yang lain, bejuang dengan yang lain, dan Gontor itu menyemaikan itu semua. Selain itu di Madinah, saya pernah menjadi ketua Pelajar Persatuan Saudi Arabia, dan sudah mulai bertemu dengan masalah politik konkrit, real politik, memakai asas tunggal waktu itu, termasuk masalah TKI, TKW, waktu itu sudah mulai bermunculan, termasuk juga saya sudah mulai bertemu dengan rekan-rekan dari beragam ormas kemanusiaan yang berbeda-beda. Dari latar belakangnya Muhammadiah, NU, Masumi, atau yang sama sekali tidak berkaitan dengan itu semua, dan ketika saya di Madinah saya sudah terbiasa bertemu dengan warga dunia.

Mahasiswa di madinah waktu itu terdiri dari 115 negara dari seluruh penjuru dunia, oleh karena itu, kehidupan global, kehidupan dunia internasional seperti itu, saya sudah terbiasa untuk menghidupinya selama 13 tahun, terlebih lagi saat saya menjadi ketua MPR. Semakin lancar saja, menjadi tamunya presiden, tamunya raja, perdana menteri, atau saya yang menerima tamu, menjadi hal yang biasa, dan Alhamdulillah saya bisa berkomunikasi dengan mereka secara langsung dan terlebih lagi saat saya menjadi Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen, komunikasi saya secara terbuka lebih luas lagi melalui jalur parlemen.Karena Indonesia ini adalah negara yang sangat aktif dalam organisasi parlemen dunia. Tingkat ASEAN, Asia Pasific, Asia, dan PBB, kita juga aktif.

Dan saat saya menjadi ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen, saya dapat menghasilkan sebuah sejarah pada Indonesia, baru kali ini, parlemen Indonesia menjadi Presiden untuk parlemen-parlemen negara -negara itu. Itu berhasil kita selenggarakan dengan baik melalui lobi-lobi waktu itu. Karena latar belakang saya timur tengah, saya bisa berkomunikasi langsung dengan mereka menggunakan Bahasa Arab dan itu meyakinkan mereka yang dari negara -negara OKI [Organisasi Kerjasama Islam] yang kemudian Indonesia memenangkan amanah menjadi presiden di Parlemen OKI dan itu baru yang pertama kali.

Menanggapi Kasus Sutinah, menurut Bapak core problem nya itu apa Pak?

Pertama, sejak recruiting nya dulu. Sejauh mana kemudian calon tenaga kerja kita dipenuhi seluruh kewajiban yang harus dia miliki. Misalnya, berapa kali dia harus mengikuti pelatihan di BLK, dia harus memenuhi kualifikasi, minimal mempunyai keahlian untuk bisa bekerja di luar negeri. Sehingga jika itu bisa dia lakukan, bekerjanya dia baik dan tidak menimbulkan konflik dengan majikan. Mungkin juga terkait dengan pemahaman yang diberikan PT perekrut mengenai, anda akan berkerja apa, di mana, dan majikan anda seperti apa. Kalau itu semua tidak diberikan, TKW kita sampai disana terkaget-kaget. Culture shock, dan menghadirkan perilaku-periaku yang menimbulkan salah paham. Mungkin juga faktor bahasa, yang tidak dipersiapkan secara memadai sehingga mereka tidak berkomunikasi dengan baik dan menimbulkan masalah. Mungkin juga factor pemahaman terhadap kultur, mungkin orang Indonesia tidak di pahamkan kultur di Saudi seperti apa, dan orang Saudi tidak dipahamkan kultur Indonesia seperti apa.

Ini banyak terjadi, orang Saudi mengira kalau wanita mengumpulkan rambutnya dan diikat itu rambut, mereka kira itu adalah sihir. Dan karena sihir, itu merupakan kejahatan yang luar biasa, yang menyebabkan penyiksaan, pengaduan pada mahkamah, dan kalau kemudian tiba-tiba keluarganya ada yang meninggal, ini dikira kemudian disihir. Padahal dalam konteks kita di Indonesia itu hal sangat biasa, terutama di daerah di kampung-kampung. Mereka menyisir rambut nya, yang rontok-rontok mereka ikat, mereka kumpulkan dan kemudian di taro di dinding. Itu tidak ada kaitan dengan sihir. Tetapi di

Saudi itu dipahami seolah-olah itu adalah sihir. Nah komunikasi kedua belah pihak ini harus dikritisi.

Bagaimana, seluruh tenaga kerja kita itu terlindungi dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Artinya pemerintah kita harus mampu mendapatkan suatu data, dan bahkan data itu harus diberikan pada TKI dan TKW, anda akan kerja di mana. Harus dipastikan bahwa majikan itu layak untuk mempunyai TKW. Kadang – kadang juga majikan penghasilan tidak jelas. Harusnya sejak awal, kontrak itu sangat clear: akan kerja dimana, berapa penghasilan majikan, jenis pekerjaannya apa, dari jam berapa sampai jam berapa, dan data-data itu harus diminta, sehingga kedutaan kita di Saudi Arabia, bisa melakukan supervisi, control,dan pembelaan kalau ada masalah apapun. Dan TKW diberikan alat komunikasi yang memungkinkan dia untuk berkomunikasi minimal dengan keduataan kita, sehingga kalau ada apa-apa bisa diatasi.

Kemudian, setelah masuk di pengadilan, sejak dari awal pemerintah harus memberikan supervision dan pendampingan, karena bahasanya si TKW tidak mengerti, dan latar belakang pendidikannya tidak tinggi sehingga tidak memahami seluruh masalah. Saya tahu mereka melakukan pendampingan, tapi saya tidak tahu sejauh mana efektifitasnya, keseriusannya, kok kemudian kasusnya akan dilaksanakan eksekusi walupun sekarang kasusnya masih Diyat.

Walaupun sekarang banyak yang mengumpulkan donasi untuk Diyat nya. Dan saya mengkritisi Diyat nya itu terlalu tinggi, bagaimana mungkin untuk kasus ini Diyat nya sampai 21 milyar Rupiah. Dan saya khawatir ini nanti akan menjadi semacam trend. Nanti banyak yang Diyat saja sekian puluh milyar, itukan tidak adil dan menimbulkan penzaliman. Sekalipun memang sejak awal harusnya tidak terjadi. Ada yang membunuh dan dibunuh. Tentunya itu semua sejak awal tidak akan terjadi kalau koridor yang saya telah sampaikan tadi terlaksana.

Dan masalah Diyat itu, pemerintah harusnya bisa melobi, dan kalaupun membayar Diyat, dan tidak setinggi itu. Tapi kalau kemudian pemerintahnya tidak mampu, nah ini yang menjadi masalah, dan rakyat Indonesia yang tidak semuanya kaya, terpaksa harus memberikan solidaritasnya mengumpulkan donasi. Di sisi lain, itu memperlihatkan betapa mulianya masyarakat Indonesia dengan sesama, yang harusnya dari awal bisa diselesaikan oleh Pemerintah.

Apa yang sudah Bapak kerjakan selama ini terkait masalah yang ada di luar negeri?

Kemarin ketika saya menjadi ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen, Alhamdulillah saya memimpin delegasi parlemen Indonesia di berbagai pertemuan Parlemen Internasional, baik itu ditingkat AIPA [ASEAN Inter Parliamentary Association], waktu itu kita sidangnya di Vietnam, dan saya usulkan resolusi agar parlemen negara -negara ASEAN membuat suatu regulasi untuk melindungi keberadaan tenaga buruh migran di daerah mereka masing-masing, dan alahmduillah itu lolos sebagai resolusi. Di parlemen negara -negara APPS [ASEAN Parliamentary Pacific Forum], waktu itu sidangnya di Mongolia, saya juga mengusulkan hal yang sama. Dan juga di parlemen negara -negara OKI, namanya PUIC [Parliamentary Union of the OIC], sidangnya waktu itu di Siria, saya mengusulkan hal yang sama agar Parlemen-Parlemen di negara OKI membuat regulasi yang melindungi tenaga kerja asing di negara mereka masing-masing. Tentu target saya, tenaga kerja asing adalah BMI. Itulah suatu upaya yang sudah kita kerjakan dan mendapat persetujuan.

Dan satu lagi, di negara seperti Malaysia, Hongkong, dan lainnya, (di negara yang banyak orang islamnya atau pekerja islam nya) juga di adakan atase agama di negara tersebut, karena secara resiprokal itu Saudi Arabia, di kedutaan mereka disini mempunyai atase agama di Jakarta. Malaysia mempunyai juga mempunyai atase agama disini. Namun Indonesia tidak mempunyai atase agama baik di Saudi Arabia ataupun di Malaysia. Nah usulan itu saya sampaikan, aspirasi itu saya bawa ke DPR dan Menteri Agama, aspirasi itu sangat didukung dan mentri luar negeri pada saat di komisi 1, dan sangat mendukung juga, perlu kajian bersama untuk lebih lanjut. Karena permasalahan-permasalahan agama, mereka para tenaga kerja mau nikah, nah siapa yang ngurusin, siapa juga yang melakukan pelacakan bahwa ini betul-betul perempuan sudah nikah atau bagaimana, nah kalau tidak ada yang megrus secara khusus, tentu nanti akan timbul permasalahan-permasalahan yang lebih fatal.

Tantangan menjangkau pemilih diaspora?


Diaspora kita ini memang sangat mendunia, ada di mana-mana. Dan selain itu, data-data penduduk Indonesia di luar negeri tidak sepenuhnya terekam dengan baik. Tidak sesuai dengan data dari kedubes, dan data dari kedubes tidak semuanya valid. Dan ada juga mereka yang berada di Amerika, Australia, dan lainnya, juga merasa tidak penting untuk alamatnya diketahui, dan bahkan dengan privasi mereka, mereka berfikir tidak perlu lapor kemana-mana. Ini mungkin bagian yang tidak bisa kita jangkau, tapi mungkin mudah-mudahan denga komunikasi melalui internet dan kemajuan teknologi, melalui Twitter, Facebook, dan blog kami, walaupun kami tahu, WNI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga banyak yang tidak bisa akses pada internet. Namun, walau begitu, kedutaan akan mengirimkan surat suara melalui post, walau sekalipun kita tahu bahwa elektabiltasnya sangat rendah. Ya itulah satu upaya supaya kita bisa memaksimalkan akses pada saudara-saudara kita yang ada di luar negeri.

Pesan untuk pemilih diaspora?

Kita bisa berada di luar negeri, tetapi, tetap kita adalah Indonesia, saya tinggal 13 tahun di luar negeri dan saya pulang ke Indonesia. Dan karenanya, sudah sangat sewajarnya rekan-rekan dimanapun anda berada tidak kemudian melupakan Indonesia kita, dan tidak membiarkan Indonesa kita berjalan semaunya sendiri tanpa peran serta kita. Rekan-rekan yang ada diluar negeri tentu mempunyai keunggulan: keunggulan informasi, bisa membadingkan banyak hal.

Alangkah sangat bagusnya bila kemudian anda menggunakan keunggulan itu untuk kemudian menghadirkan wakil-wakil untuk anda yang juga berkeunggulan, karena pada hakikatnya sistem demokrasi yang sudah kita sepakati, tentunya kita memperjuangkan nasib rakyat. Kalau kemudian kita berada di luar negeri dan memubazirkan dan pada golput, jangan disalahkan kalau nanti adalah mereka-mereka yang tidak punya concern sama sekali untuk peningkatakan kualitas kita. Demokrasi selain kaitannya dengan kualitas calon, juga terkait dengan berapa jumlah suara yang dia dapat. Kalau malah suara di dapat dari mereka-mereka yang tidak berkualitas, ya akan menjadi anggota DPR yang kualifikasinya rendah. Ya kalau input nya rendah, output nya akan rendah.

Pesan saya, ini adalah kesempatan yang sangat berharga dan jangan disia-siakan. Jangan golput, sebab kalau golput, sekarang golput sudah punya makna, golongan putih, dan artinya melambangkan warna dari partai-partai, nah putih itu lambang PKS, dan kalau anda golput nanti anda dikira golongan putih PKS. Golput juga ada istilah baru dari teman-teman di Hongkong, Golput: Golongan partai nomor urut tiga, jadi PKS lagi gitu. Jadi sebaiknya udahlah, pergunakan saja hak anda, karena golput itu tidak menyelesaikan masalah. 

[http://www.globalindonesianvoices.com]


posted by @Adimin

Anis Matta: Kita Membawa Spirit Kepahlawanan Bung Karno

five

“Bengkulu merupakan saksi sejarah lahirnya Republik Indonesia. Tadi saya mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno. Dan kita akan membawa spirit kepahlawanan Bung Karno untuk memutihkan Indonesia,” katanya, mengajak sekitar 15 ribu kader dan relawan PKS Bengkulu yang hadir untuk berjuang memenangkan PKS.

Mengiringi kerja keras yang telah dan akan terus dilakukan untuk pemenangan PKS, Anis mengajak kader dan relawan PKS untuk mengingat Allah. Presiden PKS itu lalu berdoa untuk pemenangan PKS.

“Ya Allah, tolonglah kami dengan pertolongan-Mu, kuatkan kami dengan kekuatan-Mu, dan menangkan kami dengan kuasa-Mu,” doanya.

Anis, yang digadang-gadang sebagai calon presiden dari PKS, juga berdoa untuk hadirnya cinta di negeri ini.

“Ya, Allah, bukalah pintu hati penduduk negeri ini. Jadikan mereka mencintai kami sebagai saudara mereka. Takdirkan kemenangan yang besar bagi kami. Dan jadikan kami pemimpin penduduk negeri ini,” tutupnya, yang disambut “aamin” dan takbir oleh para peserta. [DLS/MFS/Anismatta.net]
 

posted by @Adimin

Masrizal Munaf Calon DPD RI Sumbar "Sang Penakluk Hati"


Masriza Munaf adalah calon DPD RI untuk Sumatera Barat dengan nomor urut 15. Beliau merupakan salah satu fungsional DPP PKS yang diamanahkan pulang ke Sumatera Barat untuk membangun Sumatera Barat menjadi lebih baik. Maka diamanahkanlah beliau untuk menjadi calon DPD RI.

Tujuh bulan full melakukan perjalanan. Masuk kampung keluar kampung menaklukkan hati masyarakat dengan petatah petitih minangnya. Sekali-kali dalam sosialisasi yang dilakukannya tak lupa menyertakan pantun yang menjadi ciri khas orang minang kalau berbicara.

Setiap hari, tak pernah absen selalu jalan kemana saja. Bahkan mengendarai mobil berdua dengan istri beliau dalam melakukan sosialisasi adalah hal yang sering beliau lakukan. Bersilaturrahim dengan banyak masyarakat dan juga tokoh-tokoh yang ada di Sumatera Barat ini.

Beberapa kali pernah mengikuti perjalanan beliau memasuki kampung keluar kampung. Baru sehari tapi langsung tepar dan mabuk hampir sepanjang perjalanan. Tapi Wan Eri, begitu panggilan akrab beliau, menjalaninya dengan penuh semangat.

Terkadang terdengar beliau berpetuah kepada kami yang ikut. “Kita boleh miskin harta, tapi kita tidak boleh miskin semangat”. Kata-kata yang sering beliau ulang kepada kami. “Perjalanan ini dalam rangka memenangkan dakwah akhi. Dan yakinlah kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan jika kita menjalaninya dengan penuh semangat dan keikhlasan”. Kata beliau kepada pak Sukarso yang saat ini sering menemani perjalan beliau melakukan blusukan ka derah-daerah terpencil sekalipun.

Tak semua orang mau menerima begitu saja. Karena bagi masyarakat Minang faktor kesukuan dan kampung masih mendarah daging. Mereka akan mendukung dan memilih orang yang mempunyai hubungan suku dengan mereka.

Tapi hal itu tak menyurutkan langkah kaki Wan Eri dalam melakukan sosialisasi. Tak tembus dengan pendekatan personal, maka beliau akan melakukan pendekatan adat dengan mendatangi para penghulu yang ada di Sumatera Barat ini. Dengan satu keyakinan yang beliau miliki, kebaikan yang kita bawa, akan berbuah baik juga insya Allah. Tak jarang hal itu benar-benar membuahkan hasil yang baik. Karena kami pulang ke rumah walau sudah dini hari, tetap dengan optimisme yang penuh, bahwa dakwan ini akan menang. Karena masyarakan yang di temui dengan sukarela memberikan dukungan kepada kami.

Setaip kali turun kelapangan Wan Eri selalu menghubungi Caleg yang ada di daerah sana untuk mendampingi beliau. Sehingga sekali mendayung dua pulau terlampaui. Tak hanya sukses menjual Calon DPD RI tapi juga sukses meyakinkan masyarakat untuk memberikan dukungan penuh untuk seluruh Caleg PKS baik untuk tingkat daerah sampai tingkat Pusat.

Saat ini dalam sosialisasi yang beliau lakukan lebih banyak memenuhi undangan para Caleg dengan format acara tablig akbar. Dan dengan berapi-api Wan Eri akan menyampaikan ceramah untuk masyarakat. Dengan guyonan yang menyegarkan iman.

Dengan ciri khas sering mengacungkan tiga jari ke udara. Ada 3 hal yang harus kita lakukan untuk menjadi hamba yang baik. Ada 3 amal sholeh yang yang akan menyebabkan kita masuk syurganya Allah. Dan masih banyak 3 yang lainnya yang beliau sebutkan mengakrabkan masyarakat untuk memilih si nomor 3 PKS.

Dan di awal beliau akan mengatakan saya tidak akan ceramah lama-lama, cukup 15 menit saja. Kalau belum siap kita tambah 15 menit lagi, belum juga selesai, kita tambah 15 menit lagi. Taktik beliau yang lainnya untuk mengakrabkan masyarakat dengan nomor urut 15. Sehingga masyarakat tidak merasa sedang di kampanyekan.

Tak jarang se usai Wan Eri berceramah akan banyak bapak-bapak mengerubungi mobil kami dan subhanallah, sesuatu yang tak disangka terjadi, mereka berebutan meminta kartu nama dan atribut yang lainnya untuk mereka bagikan ke sanak saudara dan tetangga mereka di kampung dan rumah. Walau mabuk di sepanjang perjalanan, tapi akan hilang begitu melihat antusias masyarakat dalam menyambut kedatangan kami.

Mohon dukungan dari kita semua, semoga dukungan itu sampai akhir. Dan di buktikan dengan banyaknya pundi-pundi suara untuk PKS di 9 april mendatang. Kepada dunsanak yang ada di sumatera barat, jangan lupa mari kita amankan keluarga kita dan seluruh kenalan kita, yakinkan mereka untuk memilih PKS tangggal 9 april. Insya Allah kemangan itu semakin dekat.


*by Liza Martha Lova

posted by @Adimin

Trailer serial Cinta "PKS Selalu di Hati"

> posted by @Adimin

Pesan

More on this category »

Popular Post

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger