Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
January 04, 2014
posted by @Adimin
Pemimpin itu Ibarat Pasar
Written By Sjam Deddy on 04 January, 2014 | January 04, 2014
MEDIA massa kita dipadati berita-berita politik yang
nyaris seragam. Seiring dengannya, penjara-penjara kita juga dipenuhi
narapidana yang ‘istimewa’. Banyak mantan menteri, kepala daerah,
perwira militer, penegak hukum, pejabat publik, konglomerat, artis, dan
anggota dewan yang sekarang justru mendekam di balik jeruji besi. Konon,
kini penjara tidak menyeramkan lagi, karena telah dijejali oleh para
priyayi dan orang-orang berpendidikan tinggi. Bagaimana bisa?
Ketika merenungkan masalah ini, kami mendapati sepucuk surat yang
pernah dikirimkan oleh ‘Abdullah bin Zubair (Sahabat Nabi) kepada Wahb
bin Kaisan (Tabi’in). Surat ini kemudian dicatat oleh al-Hafizh Abu
Nu’aim al-Ashbahani dalam karyanya, Hilyatul Awliya’. Dikatakan di dalamnya, sbb:
“Amma ba’du. Sesungguhnya orang-orang
bertakwa itu memiliki tanda-tanda yang bisa dijadikan ciri untuk
mengenali mereka, dan mereka pun bisa mengenalinya pada diri mereka
sendiri, yaitu bersabar menghadapi bencana, ridha kepada ketetapan
Allah, mensyukuri nikmat, dan tunduk kepada hukum al-Qur’an. Sungguh,
pemimpin itu ibarat pasar. Apa saja yang laris disana pasti akan
didatangkan ke dalamnya. Jika kebenaran laris di sisinya, maka kebenaran
akan didatangkan kepadanya dan para pembelanya pun akan berdatangan.
Jika kebatilan yang laris di sisinya, maka para pembela kebatilan pun
akan berdatangan kepadanya dan laris di sekitarnya.”
Sungguh benar apa yang beliau katakan. Ini pulalah
nasihat para ulama berikutnya kepada para pemimpin, seperti Imam Abul
Hasan al-Mawardi dalam kitab Tas-hilun Nazhr wa Ta’jiluzh Zhufr fi Akhlaqil Malik.
Ketika membahas bagaimana cara meluruskan rakyat, beliau menasehati
penguasa untuk lebih dahulu meluruskan dirinya sendiri. Sebab, tidaklah
mungkin meluruskan bayangan jika benda aslinya ternyata bengkok. Setelah
mengulas berbagai akhlak buruk yang mestinya dijauhi oleh seorang
pemimpin, beliau berkata, “Penguasa adalah orang yang jauh lebih utama
untuk mewaspadai dan berhati-hati dari semua itu. Sebab, ada sangat
banyak orang yang menginginkan dirinya, sebagaimana pasar yang
didatangkan kepadanya semua yang laris di dalamnya. Setiap orang yang
menemuinya pasti ingin dekat dengannya, entah melalui ucapan maupun
tindakan; entah ingin mengejar kedudukan, memanfaatkan peluang, atau
berhati-hati agar tidak terkesan melawan. Jika saja akal sehat tidak
menghalangi mereka dan agama pun tidak menahan mereka, mereka pasti
merajalela dalam kemunafikannya, lalu berkhianat dan melakukan
praktek-praktek kotor.”
Maka, jika Anda seorang pemimpin dan kebingungan menyaksikan
orang-orang di sekitar Anda, segeralah berkaca. Sadarilah, bahwa Anda
tidak ubahnya pasar. Komoditas apa pun yang laku dan mudah didapatkan di
sekitar Anda, pasti akan semakin ramai berdatangan. Semakin besar kuasa
dan pengaruh yang Anda miliki, semakin besar pula apa yang berdatangan
kepada Anda. Jika Anda seorang pemimpin yang jujur, maka para penipu
akan kehilangan pasar dan dagangannya tidak mungkin laku. Sebaliknya,
jika Anda adalah penipu, maka orang-orang jujur pasti kehilangan
pelanggan dan segera menyingkir.
Adapun bagi rakyat biasa, kaidah ini bisa menjadi metode untuk
mengenali calon-calon pemimpin dan meneropong para pemimpin yang tengah
menjabat. Sebagaimana pasar ikan pasti dipenuhi oleh pedagang dan
pembeli ikan, maka – kemungkinan besar – pemimpin yang korup juga akan
dikelilingi oleh para koruptor, atau mereka yang menyukai korupsi.
Secara psikologis, manusia cenderung berteman dengan orang yang sealiran
dan sepemikiran. Jika para koruptor telah berkumpul, mereka akan
bahu-membahu untuk memuluskan agenda korupsinya, sehingga sangat rapi
dan sulit dibuktikan. Di dekat pemimpin semacam ini, hanya sedikit orang
jujur yang lolos dari jerat-jerat mautnya. Biasanya, kelompok kecil ini
akan menghadapi aneka tekanan dan isolasi yang menyengsarakan.
Dalam konteks lebih luas, kaidah ini juga bisa menjadi bahan
muhasabah, merenung dan mengintrospeksi diri. Pada hakikatnya, para
pemimpin adalah bagian dari masyarakat kita sendiri. Sebelum tampil
berkuasa, mereka adalah orang-orang biasa seperti kita. Mengapa mereka
sangat cepat berubah? Samar-samar sebenarnya kita juga patut
menyangsikan diri kita sendiri. Bila saja posisi dan kesempatan yang ada
di tangan mereka diserahkan kepada kita, dapatkah kita selamat? Di
titik ini, setiap orang mestinya tunduk memohon perlindungan kepada
Allah, bukannya mengangkat muka dan menepuk dada.
Para ulama terdahulu berpandangan bahwa tampilnya pemimpin yang buruk
adalah hukuman Allah atas dosa dan kesalahan mereka. ‘Abdullah bin Bakr
as-Sahmi (Atba’ Tabi’in, w. 208 H) berkata, “Semoga Allah memperbaiki
kita dan para pemimpin kita, karena sesungguhnya kerusakan mereka adalah
akibat dari dosa-dosa kita sendiri.” (Riwayat al-Khatthabi dalam
al-‘Uzlah no. 232).
Artinya, kelahiran pemimpin yang buruk sebenarnya mencerminkan
kegagalan sebuah generasi dalam mendidik anak-anaknya. Untuk
menyikapinya, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar memang tetap dijalankan
semaksimal mungkin, tetapi mereka tidak menyarankan pemberontakan.
Solusinya adalah ishlah (reformasi) masyarakat secara utuh dan simultan.
Mereka pun tidak menyalahkan siapa-siapa, tetapi memperbaiki diri
agar kelak bisa melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang lebih baik.
Bagaimana pun, pemimpin hebat seperti Shalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad
Al-Fatih hanyalah representasi sebuah generasi yang terdidik dengan
baik, sebab di belakang mereka telah berdiri ribuan muslim-mujahid yang
berbaris rapi di bawah satu komando. Mereka tidak berarti apa-apa jika
hanya sendirian. Kini, kita telah menyaksikan semua tingkah-polah para
pemimpin kita. Belum tibakah saatnya untuk meluruskan hidup dan
memperbaiki diri? Wallahu a’lam
posted by @Adimin
Label:
INSPIRASI,
TOPIK PILIHAN
January 04, 2014
sumber : rol
posted by @Adimin
Gubernur Sumbar Ikut Antrian, urus SIM di kantor Polisi
pkspadang.com: Sudah menjadi ketentuan hukum setiap pengguna kendaraan bermotor
memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Begitu juga dengan Gubernur Sumatra
Barat (Sumbar) Irwan Prayitno yang harus datang langsung ke Polresta
Padang untuk mengurus SIM A dan C.
Kedatangan gubernur di kantor polisi, Jumat (3/1) sempat membuat kaget sejumlah petugas di jajaran Satuan Lalu Lintas Polresta Padang. Betapa tidak, kunjungan tersebut memang dilakukan secara mendadak usai gubernur menghadiri acara Peringatan Hari Amal Bakti Kemenag yang ke-68. Kontan saja, sang gubernur berbaur dengan masyarakat lainnya yang memang sedang mengurus SIM. Termasuk menunggu antrean panggilan dari petugas untuk pendataan sidik jadi dan pemotrean.
Menurut Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, mengurus SIM A dan C, karena dalam keseharian, dirinya sering mengenderai mobil maupun sepeda motor. Kedatangannya ke Polresta Padang juga sekaligus memantau kondisi masyarakat secara lebih dekat. Hal ini dilakukan agar lebih leluasa berdialog dan melihat kondisi yang riil apa-apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. " Tanpa mesti memakai atribut dan fasilitas seorang gubernu," ujarnya.
Menurutnya, tak hanya masyarakat, semua aparat termasuk seorang Gubernur mesti taat aturan lalu lintas. Santun mengendarai kendaraan di jalan raya dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas. " Kita semua bertanggung jawab terhadap risiko kecelakaan dan kemacetan.Sesungguhnya telah berikhtiar menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain di jalan raya," tegasnya.
Kedatangan gubernur di kantor polisi, Jumat (3/1) sempat membuat kaget sejumlah petugas di jajaran Satuan Lalu Lintas Polresta Padang. Betapa tidak, kunjungan tersebut memang dilakukan secara mendadak usai gubernur menghadiri acara Peringatan Hari Amal Bakti Kemenag yang ke-68. Kontan saja, sang gubernur berbaur dengan masyarakat lainnya yang memang sedang mengurus SIM. Termasuk menunggu antrean panggilan dari petugas untuk pendataan sidik jadi dan pemotrean.
Menurut Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, mengurus SIM A dan C, karena dalam keseharian, dirinya sering mengenderai mobil maupun sepeda motor. Kedatangannya ke Polresta Padang juga sekaligus memantau kondisi masyarakat secara lebih dekat. Hal ini dilakukan agar lebih leluasa berdialog dan melihat kondisi yang riil apa-apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. " Tanpa mesti memakai atribut dan fasilitas seorang gubernu," ujarnya.
Menurutnya, tak hanya masyarakat, semua aparat termasuk seorang Gubernur mesti taat aturan lalu lintas. Santun mengendarai kendaraan di jalan raya dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas. " Kita semua bertanggung jawab terhadap risiko kecelakaan dan kemacetan.Sesungguhnya telah berikhtiar menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain di jalan raya," tegasnya.
sumber : rol
posted by @Adimin
Label:
TOKOH,
TOPIK PILIHAN