MENJADI PEMIMPIN, BUKAN PEMIMPI
TAUJIH PRESIDEN PKS MOHAMAD SOHIBUL IMAN, Ph.D.
(Disampaikan di Provinsi Maluku pada Sekolah Kepemimpinan Partai 3
untuk Wilayah Dakwah Indonesia Timur pada Tanggal 14 Juli 2017)
Assalamulaikum Wr Wb,
- Ada dua tantangan yang melatar belakangi kenapa kita mengadakan SKP 3
ini. Pertama, karena perubahan lanskap ekonomi, politik, dan sosial di
tingkat global, regional dan nasional. Hal yang paling mencolok adalah
perubahan yang sangat pesat di sisi Teknologi. Terobosan dalam dunia
teknologi, terutama dalam teknologi informasi telah mampu
mendekonstruksi tatanan-tatanan yang sudah ada selama ini sehingga
memunculkan tantangan-tantangan baru.
- Jika kita lihat, perkembangan teknologi yang pesat ini mendorong
terjadinya proses demokratisasi dalam artian terjadinya ledakan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan sosial mereka. Sebelumnya,
partisipasi perubahan hanya di tingkat elit namun saat ini proses
perubahan melibatkan ledakan partisipasi masyarakat. Perkembangan
teknologi ini telah memberikan peluang dan tantangan bagi kita semua
dalam konteks kepemimpinan.
- Tantangan pertama ini menyebabkan permasalahan yang muncul di
masyarakat menjadi semakin kompleks. Adanya perkembangan teknologi
awalnya ingin memudahkan kehidupan kita. Namun dalam perkembangannya
teknologi menimbulkan side effect yang sifatnya tidak menentu dan unpredictable. Sekarang orang melihat perkembangan teknologi informasi bukan hanya memberikan manfaat tapi juga efek-efek negative.
- Information Communication Technology (ICT) awalnya memberikan
kemudahan-kemudahan dalam mengakses informasi dan komunikasi. Namun saat
ini juga mulai terlihat dampak sampingnya dengan munculnya tindakan
kekerasan dan terror melalui ICT. Kita menyaksikan sekarang bagaimana
petunjuk merakit bom bisa dengan mudah diperoleh di ICT. Gerakan tindak
kekerasan dan tindakan kriminal juga dengan mudah disebar dan bekerja
sangat cepat di dunia digital.
- ICT juga menjadi medium berkembangnya nilai-nilai dan ideologi yang
merusak nilai-nilai dan budaya kita sebagai bangsa yang beragama.
Sebagai contoh, dimana gerakan kampanye pro-LGBT dan narkoba sangat
marak dan berkembang luar biasa di dunia maya. Ini memberikan tantangan
yang tidak mudah untuk kita semua. Tidak hanya itu, kemajuan teknologi
juga menciptakan kondisi kesenjangan atau gap kesejahteraan karena ada
digital divided antara kelompok kaya dan miskin dalam memanfaatkan
pesatnya perkembangan teknologi.
- Mengatasi permasalahan yang semakin kompleks membutuh kapasitas
kepemimpinan yang semakin canggih juga. Tidak mungkin kompleksitas
masalah bisa ditangani oleh kepemimpinan yang sederhana atau biasa-biasa
saja.
- Tantangan Kedua yakni dengan semakin tingginya tingkat partisipasi
masyarakat dan bergulirnya demokratisasi di berbagai bidang maka hal
tersebut menjadi semakin terbukanya peluang-peluang kepemimpinan di
seluruh sektor. Demokratisasi membuka lebar kran rekruitmen kepemimpinan
dan disaat yang sama kontestasi merebut kepemimpinan juga semakin
kompetitif. Itu juga kita rasakan di sektor politik. Kontestasi di
sektor politik dari tingkat local hingga nasional menjadi sangat ketat.
Bahkan bukan hanya semakin ketat, tapi juga semakin mahal, jika kita
lihat dari praktek demokrasi di Indonesia.
- Kalau kita amati apa yang terjadi saat ini, di kemudian hari kepemimpinan yang lahir nanti adalah kepemimpinan yang up to date dengan perkembangan zaman, terutama perkembangan teknologi. Terutama mereka-mereka yang memiliki digital literacy
yang mumpuni. Siapa yang menguasi teknologi digital,dia yang akan
menguasai kepemimpinan mendatang. Singapura contohnya. Dulu mantan
Direktur Telkom almarhum Cacuk Sudaryanto pernah menyampaikan di awal
tahun 2000. Dia bilang Singapura bisa mengetahui waktu produksi dan
panen hasil-hasil tanaman di Indonesia dengan teknologi yang
dimilikinya. Sehingga mereka lebih maju dalam memenangkan persaingan.
- Demokratisasi dengan perkembangan teknologi menyebabkan ledakan
partispasi masyarakat yang luar biasa. Sehingga ini mendorong masyarakat
lebih kritis dan proaktif dalam melakukan evaluasi kepada para
pemimpinnya. Semua orang yang terhubung dalam dunia digital bisa
mengevaluasi seluruh pimpinan dari berbagai jenjang dari tingkat
local,nasional bahkan internasional. Bahkan, kritiknya pun terkadang
sangat keras bahkan dengan kata-kata yang kasar.
- Ini realitas baru yang sedang kita hadapi. Sehingga kepemimpinan
saat ini tidak bisa lagi menjadi pemimpin yang feodal, yang dia berjarak
dengan yang dipimpinnya dan menikmati singgasana kepemimpinannya.
Kepemimpinan yang baru adalah kepemimpan yang dekat dan terkoneksi
dengan yang dipimpinnya. Pemimpin-pemimpin yang tidak baik, dan tidak
mampu membaca perubahan ini biasanya tidak akan berumur panjang.
- Di sisi lain, disamping ada tantang-tantangan tapi juga ada peluang-
eluang. Pertama, kita sebagai Partai dan individu memiliki banyak
peluang posisi kepemimpinan. Dulu sebelum era demokrasi kita tidak
pernah terpikirkan bahwa aktivis-aktivis dakwah akan menjadi pemimpin
publik baik di daerah maupun di tingkat nasional. Tapi demokrasi telah
membuka kesempatan tersebut.
- Kedua, saat ini kita juga lebih mudah dalam meningkatkan kapasitas
dan kompetensi diri untuk menjadi seorang pemimpin. Karena sumber
informasi tersedia melimpah ruah di dunia digital sehingga kita bisa
akses itu semua untuk kemudian kita serap sebagai pengetahuan.
- Ketiga, ada peluang sebagai pemimpin untuk memecahkan berbagai permasalahan di masyarakat dengan menggunakan teknologi atau technology based-management.
Karena itu sebagai pemimpin dan calon pemimpin, kita semua harus melek
dan ahli dalam memanfaatkan teknologi dalam memecahkan berbagai macam
persoalan yang sedang kita hadapi. Sekarang sudah ada teknologi Geo-Spatial Information System, kita bisa memantau pergerakan arus barang di tengah-tengah masyarakat.
- SKP ini penting diadakan karena untuk merespon berbagai tantangan
yang semakin kompleks sehingga kita bisa menghasilkan kepemimpinan yang
relevan dengan kebutuhan zaman. Di samping itu, SKP ini penting
dijalankan sebagai ajang untuk merealisasikan visi-misi kolektif kita
sebagai partai.
- Apa visi kita? Dalam AD/ART PKS disebutukan bahwa visi PKS adalah
menjadi pelopor dalam mewujudkan cita-cita nasional yang termaktub dalam
pembukaan konstitusi UUD NRI 1945 di paragraf keempat. Yang kemudian
kita bahasakan dengan bahasa lain dalam platform kebijakan pembangunan
PKS yakni ingin mewujudkan masyarakat madani yang adil, sejahtera dan
bermartabat. Maju secara peradaban material maupun secara spiritual.
- Visi yang besar dan mulia tersebut membutuhkan kepemimpinan yang
mumpuni. Karena itu SKP ini diselenggarakan untuk merespon kebutuhan
tersebut. Karena kita ingin melahirkan para PEMIMPIN bukan para PEMIMPI.
Jangan sampai kita hanya punya mimpi yang besar tapi tidak punya
kapasitas kepemimpinan.
- Apa yang membedakan PEMIMPIN dan PEMIMPI? Bedanya di huruf – N –nya. Ada 5-N yang membedakan seorang PEMIMPIN dengan PEMIMPI.
- N – yang pertama adalah NIAT yang tulus. NIAT yang
ikhlas. NIAT yang bersih. Untuk apa kita menjadi seorang pemimpin? Bukan
untuk diri kita! Bukan untuk kepentingan diri sendiri. Tapi untuk
kepentingan dakwah. Untuk kepentingan kolektif umat. Untuk kepentingan
masyarakat luas. Ini ujian pertama bagi seorang pemimpin. Kalau dari
langkah awal saja seseorang itu salah dan melenceng, seperti ada niat
untuk gagah-gagahan secara pribadi, mengambil keuntungan materi dan
popularitas semata, maka ini sudah salah harus diluruskan.
- Karena itu mari kita luruskan dan bersihkan NIAT. Jangan sampai niat
menjadi pemimpin justru ternodai dan melenceng karena hanya sekedar
ingin meraih untuk kepentingan dan keuntungan pribadi semata. Kalau kita
bisa ikhlas insyAllah akan mendapat pertolongan dari Allah Swt dari
jalan-jalan yang tidak disangka-sangka. Kalau niat kita ikhlas,
insyAllah kita semua akan ditolong oleh Yang Maha Ikhlas. Itu harus
benar-benar diyakini oleh seluruh kader PKS. Tidak boleh ada keraguan
sedikit pun.
- N-yang kedua adalah NILAI yang kokoh. Seorang
pemimpin memegang teguh terhadap nilai-nilai yang kokoh. Apa nilai-nilai
kita? Sebagai partai dakwah kita sudah mendapatkannya dalam
materi-materi Training Orientasi Partai, materi-materi tarbiyah dalam
halaqah dan usar kita. Tinggal bagaimana menjadikan nilai-nilai tersebut
terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku. Jika nilai-nilai
ini dipegang secara kokoh, InsyAllah kita akan tetap terjaga dari
godaan-godaan. Kalau kita sebagai pejabat publik, kita lihat godaan
mulai dari harta, tahta dan wanita benar-benar adanya. Karena itu, bagi
seorang pemimpin memiliki nilai yang kokoh menjadi keniscayaan sebagai
cara kontrol diri kita agar tidak tergelincir.
- Taushiyah kolektif perlu lagi dihidupkan sebagai penjaga moralitas
dan nilai-nilai kita. Tidak benar jika dengan alasan kesibukan, para
pejabat publik PKS justru jarang hadir dalam liqoat usar. Justru karena
semakin besar amanah kita sebagai pejabat publik maka kebutuhan terhadap
taushiyah kolektif dalam liqoat-liqoat kita semakin besar. Semakin
butuh dalam lingkaran orang-orang yang sholih.
- Liqoat usar adalah point of return kita, tempat kembali
kita merengkuh kembali nilai-nilai spiritual kita. Sepekan kita
beraktivitas penuh, maka di liqoat usar adalah tempat kita untuk kembali
menghidupkan kembali ruhiyah dan nilai-nilai spiritual kita.
- N-yang ketiga adalah NALAR yang mumpuni. Seorang
pemimpin harus bisa mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Selain itu, sebagai pemimpin kita harus mampu menjadikan
nilai-nilai subyektif partai kita sebagai nilai-nilai yang bisa diterima
oleh masyarakat luas. Dengan NALAR yang mumpuni kita bisa melakukan
obyektifikasi nilai-nilai ISLAM dalam kebijakan publik.
- Nalar yang mumpuni sangat diperlukan karena semua pemimpin akan
menhadapi berbagai permasalahan yang membutuhkan keputusan dan respon
yang cepat dan tepat. Keputusan tersebut pun harus bisa melihat secara
jauh kedepan dan dampak yang diakibatkan dari hasil keputusan tersebut.
Oleh karena seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir strategis
(strategic thinking capability). Sehingga keputusan-keputusan
yang dibuatnya memberikan hasil yang optimal dan berdampak positif bagi
kemajuan organisasi dan masyarakat.
- N-yang keempat adalah NETWORK yang luas. Seorang
pemimpin harus memiliki jaringan dan pergaulan yang luas. Kenapa
demikian? Pertama, karena kita tidak mungkin bisa menyelesaian
permasalahan di tengah-tengah masyarakat sendirian. Kita butuh orang
lain yang bisa diajak bergandengan tangan bekerjasama menyelesaikan
masalah. Kedua, dengan pergaulan yang luas akan memberikan pemahaman
yang baik kepada masyarakat luas tentang apa visi, nilai-nilai yang
sedang kita perjuangkan. Semakin luas pergaulan kita akan semakin
memperkecil kesalahpahaman orang-orang terhadap PKS. Bangun komunikasi
dengan semua kalangan akan memberikan kesempatan kita semua untuk bisa
menunjukkan siapa diri kita dan terjalin hubungan yang baik dengan
kalangan luar.
- Network kalau dalam bahasa kita kan sebenarnya silaturahim. Kita
meyakini bahwa silaturahim itu akan memanjangkan usia, banyak kawan yang
akan membela dan memperbanyak rizki. Kalau dalam bahasa politik mungkin
akan memperkuat daya dukung sumber daya-sumber daya.
- N-yang kelima adalah NYALI yang pas. N-yang kelima
ini sifatnya bersyarat. Jika keempat N-sebelum-sebelumnya sudah
terpenuhi. Kenapa disebut Nyali yang PAS? Karena kalau nyalinya
berlebihan juga bermasalah. Kalau nyalinya berlebihan tapi tidak
punyakeempat N-yang sebelumnya maka namanya bukan NYALI tapi NEKAT. Jadi
seorang pemimpin mengambil keputusan bukan hanya karena gagah-gagahan,
ingin popular, tapi memang mengambil keputusan karena memang harus
berani memutuskan secara tepat dan akurat. Situasinya harus dibaca
dengan teliti dan seksama. Jangan sampai salah baca situasi. Boleh jadi
dalam kondisi tertentu bukan menunjukkan keberanian secara terbuka tapi
justru yang dibutuhkan adalah sikap kerendah hatian.
- N-yang kelima ini nakarnya harus hati-hati dan pintar. Takarannya
harus proporsional. Nyali yang pas inilah yang menjadi penentu dalam
merealisasikan kerja-kerja politik kolektif kita. Nyali yang pas itu
bisa kita mulai dari skala yang rendah ke yang tinggi, dari skala
kepemimpinan local hingga nasional dan global. Kita menjalaninya secara
terukur. Dengan seperti itu, secara bertahap kita akan mampu meraih
apa-apa yang kita cita-citakan bersama sebagaimana yang telah kita
sepakti bersama dalam AD/ART Partai dan Platform Kebijakan Pembangunan
PKS. InsyAllah.
Wassalamualaikum Wr Wb.
posted by @Adimin