Powered by Blogger.
Humas PKS Ikuti Worshop Jurnalistik Pada Rapat Koordinasi
Humas PKS se-Sumatera Barat melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) yang berlangsung pada tanggal 4 - 6 November 2022 di Padang, Senin (5/11) ...
Search This Blog
Latest Post
February 18, 2018
hidayatullah.com
posted by @Adimin
Perjuangan Buya Hamka Memajukan Umat dan Bangsa
Written By NeoBee on 18 February, 2018 | February 18, 2018
Hamka membentuk Badan Pembela Negara dan Kota (BPNK), barisan perlawanan gerilya terbesar di wilayah Sumatera Barat.
Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Buya Hamka bergerilya di
hutan sekitar Medan. Kiprah Hamka dalam perjuangan nasional sepanjang
1945-1949 kian meningkat berbarengan dengan terjadinya perang revolusi
menentang kembalinya penjajah Belanda yang terus kian merebak di seluruh
Tanah Air.
Demikian dituturkan Guru Besar UIN Jakarta, Prof Azyumardi Azra dalam seminar nasional tentang Buya Hamka. Ia mengungkapkan, jasa-jasa Buya Hamka melewati batas-batas perjuangan politik dalam kehidupan umat dan bangsa Indonesia.
“Buya Hamka berjuang untuk memajukan umat dan negara-bangsa dalam
berbagai lapangan kehidupan sejak dari kesusastraan, pemikiran keagamaan
(terutama tasawwuf dan tafsir), pendidikan modern Islam, dakwah,
politik, dan perjuangan melawan kebatilan kolonialisme pra dan pasca
kemerdekaan,” tuturnya pada acara di Aula Buya Hamka, Masjid Agung
Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (15/02/2018) itu.
Azra menceritakan, pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi Ketua
Barisan Pertahanan Nasional dengan anggota Chatib Sulaeman, Udin,
Rangkayo Rasuna Said, dan Karim Halim.
Selain itu, lanjut Azra, Hamka juga diangkat Wakil Presiden Mohammad
Hatta sebagai Sekretaris Front Pertahanan Nasional yang merupakan
gabungan dari berbagai partai politik. Ketua Front ini adalah Bung Hatta
sendiri.
Selanjutnya, Hamka membentuk Badan Pembela Negara dan Kota (BPNK)
yang merupakan barisan perlawanan gerilya terbesar di wilayah Sumatera
Barat. Hamka sendiri sangat aktif bergerilya dan hampir tidak pernah
bisa ditemui di satu tempat tetap.
Sebagai sastrawan, kata Azra, Hamka memiliki intelektualisme yang
kosmopolitan melalui bacaannya atas karya sastrawan, filsuf, sejarawan,
ideolog, dan lain-lain seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas
al-Akkad, Mustafa al-Manfaluti, Hussain Haykal, Albert Camus, William
James, Sigmud Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, Pierre
Loti, dan banyak lagi.
“Hamka dengan demikian memberikan contoh tentang keluasan bacaan,
tanpa prasangka yang kemudian dia refleksikan secara kritis,” ucapnya.
Sikap intelektual Hamka seperti ini, menurutnya, sangat relevan dan
sesuai dengan konteks tantangan kaum intelektual dan ulama Indonesia
masa kini dan mendatang, yang harus terus membuka perspektif dan horizon
intelektualisme kritis mereka di tengah lingkungan yang terus berubah
dan berkembang sangat cepat
hidayatullah.com
posted by @Adimin
Label:
TOKOH,
TOPIK PILIHAN