PKS
lagi, PKS lagi. Semua orang tak berhenti membicarakan PKS. Semua kanal
media rasanya tak afdlol tanpa menjadikan PKS sebagai berita, baik
Headline maupun berita tambahan. Tak hanya itu, tema apapun yang
melekatkan nama PKS selalu disimak atau minimal di klik oleh pembaca.
Saya sendiri jadi tertarik menjadikan PKS sebagai bahan tulisan karena
fenomenanya telah menjadi sumber yang bisa dibahas dari segalan sisi.
Mengapa
PKS begitu disorot? Apakah PKS sengaja dijadikan obyek pengalihan isu
dari isu-isu besar negara ini seperti korupsi di kalangan pejabat dan
lembaga pemerintah, narkoba, terorisme dan isu lain. Apakah karena PKS
yang menjadikan moralitas dan dakwah dalam agenda politiknya mengancam
partai politik lain? Apakah karena PKS lantang menyuarakan aspirasi
sebagian besar rakyat terkait pengusutan kasus korupsi, kenaikan BBM,
penguatan KPK, dll? Apakah karena PKS di beberapa daerah berhasil
“merebut” tampuk kepemimpinan melalui pilkada? Saya yakin banyak hal
lain yang menjadi alasan mengapa PKS tak akan lepas dari sorotan media.
Sebelum
berisik media terkait kasus dugaan suap impor daging yang menjerat
mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq, ada dua kasus lain untuk
melemahkan partai dakwah ini. Kasus tersebut mendominasi pemberitaan
saat itu. Misbakhun, mantan anggota Fraksi PKS yang diduga terlibat
pemalsuan surat gadai untuk mendapatkan kredit dari Bank Century dalam
waktu sangat singkat ditetapkan jadi tersangka, dipenjarakan dan
disidang. Hasil persidangan mengagetkan banyak orang, Misbakhun tidak
bersalah dan divonis bebas (Baca detik.com :PK Diterima MA Misbakhun Diputus Bebas )
Kemudian,
kasus “video” dari Arfinto, salah satu anggota DPR dari FPKS telah
membuat geger dunia politik dalam negeri. Namun PKS bisa mengatasinya
dengan permohonan maaf dan pengunduran diri Arifinto. Kasus video
Arifonto ini banyak kejanggalan dimana demikian “professional” nya media
mendapat bidikan kegiatan Arifinto di sidang paripurna padahal ada
ratusan anggota dewan lain yang ada di ruangan itu. (baca tulisan
kompasianer : Mafia Wartawan : Studi Kasus Arifinto )
Pengunduran
diri Luthfi Hasan Ishaq (LHI) pasca penetapan dirinya sebagai tersangka
oleh KPK atas dugaan suap kuota impor daging menjadi drama pelemahan
PKS berikutntya. Apa yang dilakukan PKS? PKS menjawabnya dengan segera
mengganti LHI dengan Muhammad Anis Matta sebagai Presiden PKS melalui
keputusan Majelis Syuro PKS. Proses pergantian pimpinan partai di
Indonesia yang paling cepat ini, diisi oleh orasi politik Anis Matta
yang menurut banyak ungkapan pendukung PKS sebagai Orasi yang Cetar
Membahana. Orasi ini diyakini kader dan pendukung PKS mampu membalikkan
dugaan banyak pengamat politik bahwa PKS makin lemah, akan jatuh dan
sulit bangkit lagi. Faktanya PKS mampu bangkit dan menjadi kontributor
paling signfikan dalam kemenangan Pilgub di Jawa Barat dan Sumatera
Utara.
Kasus
LHI terus menggelinding bak bola salju. Dugaan suap yang menjerat LHI
akhirnya melebar ke kasus pencucian uang. Media meledakkan kasus ini
dengan bumbu-bumbu perempuan seksi yang terkait denga Ahmad Fatanah.
Puncaknya, media memiliki celah kembali lewat aksi security PKS yang
menolak penyitaan mobil yang diduga hasil pencucuian uang oleh KPK. KPK
yang tidak bisa menyita mobil di area kantor DPP PKS dikesankan sebagai
perlawanan oleh PKS oleh media. Munculllah headline “PKS melawan” dan
“KPK vs PKS”. PKS seolah dalam pusaran badai yang semakin terjepit.
PKS mengakhiri pusaran badai berita “perlawanan” itu dengan penyerahan
mobil-mobil tersebut dengan aman dan damai karena KPK membawa
surat-surat yang seharusnya tersedia saat melakukan penyitaan.
Sampai
kemudian acara yang banyak menyita pemirsa televisi di Indonesia,
Indonesia Lawyer Club menayangkan talkshow dengan tema “Uang Daging
Mengalir Kemana” publik sebagai beranggapan PKS akan “dibantai” di acara
ini. Hasilnya diluar dugaan, para pakar dan sebagian besar peserta ILC
justru memandang kasus pencucian uang yang disangkakan ke LHI terkandung
muatan politis dan makin mengesankan KPK melakukan aksi “Tebang Pilih”.
PKS tidak sampai menjadi bulan-bulanan dan justru berbalik, posisi KPK
menjadi tersudut.
Pelemahan
PKS akan memuncak pada persidangan yang mengagendakan kesaksian Ahmad
Fathanah (AF) pada jumat, 17 Mei 2013. Ahmad Fathanah yang merupakan
kunci “pelemahan” PKS yang selama ini dijadikan sumber oleh KPK justru
bersaksi meringankan pada sidang tersebut. Bahkan AF menyatakan
permintaan maaf pada PKS karena ikut menyeret partai tersebut dalam
kasus yang tidak ada kaitannya dengan partai berlambang bulat sabit dan
padi emas itu. (Baca kompas.com Fathanah Minta Maaf pada PKS
)
Lagi-lagi PKS tidak jadi lemah. Justru pasca kesaksian AF ini, moral
PKS termasuk kadernya semakin tinggi dan keyakinan akan bebasnya LHI
semakin besar. Beberapa akun twitter yang sempat terlintas di TimeLine
dam dua hari terakhir, banyak kicauan yang menabalkan tagar
#BebaskanLHI. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya, PKS gagal
dilemahkan.
Mengapa
PKS sulit dilemahkan dengan berbagai skenario, yang diyakini oleh
pimpinannya sebagai upaya “Konspirasi” ini? Akan sangat banyak analisa
yang akan terangkai dalam tulisan dan pembicaraan bila menjawab
pertanyaan tersebut. Karena saya bukan pengamat politik, saya tak bisa
mengulasnya dari sisi politik. Saya bukan pakar komunikasi politik, jadi
saya takkan memaksakan diri menganalisa dari sisi itu. Saya hanya warga
negara biasa yang peduli akan keadilan hukum dan persatuan bangsa.
Satu
hal yang perlu dicamkan banyak orang, bahwa ada “campur tangan” lain
yang mungkin terlewatkan oleh pihak-pihak yang selama ini punya upaya
pelemahan tesebut. Kader-kader PKS dan sebagian masyarakat yang
mendukung PKS, sangat yakin, bila PKS masih jujur dan berada pada jalaur
yang lurus dalam mengemban amanah, Tangan Tuhan akan menjadi pelindung
mereka. Skenario Tuhan yang belum menginginkan PKS lemah dan hancur
sangat diyakini oleh para pendukung PKS. Keyakinan spriritual inilah
yang akan terus menjadi amunisi terhebat yang dimiliki oleh PKS dan
banyak orang juga yakin dengan kekuatan ini.
Skenario
Tuhan akan membalikkan semua niat buruk dan upaya jahat manusia. Maka
kita bisa lihat, orang-orang zaman Orde Baru yang menjadi tahanan
politik karena menjadi pihak yang kritis, justru menjadi tokoh penting
di era reformasi. Mereka yang berjuang masih pada jalan yang benar dan
lurus, meski dengan tipu muslihat dan kelicikan, takkan pernah merasa
takut dan lemah hanya karena pengapnya penjara, tikaman fitnah dan
penghancuran nama baik. Orang-orang yang berjuang dengan tetap
mengedepakan moral pasti meyakini adanya “skenario-Nya” yang lebih indah
pada akhirnya.
Dimanapun
kita berjuang, apapun partai dan media perjuangannya, jangan lupa akan
”skenario-Nya” yang takkan mampu dilawan oleh kekuatan tirani bahkan
konsprasi sekalipun. Satu syarat, kita perlu dekat sedekat dekatnya
dengan Tuhan agar DIA berkenan memberi “skenario” yang indah pada
ujungnya. Satu syarat lagi, sadarilah bahwa kita juga tak lepas dari
salah dan khilaf kemudian melakukan pertaubatan yang telah kita
ikrarkan. Bukan pertaubatan yang kamuflase yang diikrarkan ke berbagi
kanal media namun abai melakukannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Salam keadilan
PKS
lagi, PKS lagi. Semua orang tak berhenti membicarakan PKS. Semua kanal
media rasanya tak afdlol tanpa menjadikan PKS sebagai berita, baik
Headline maupun berita tambahan. Tak hanya itu, tema apapun yang
melekatkan nama PKS selalu disimak atau minimal di klik oleh pembaca.
Saya sendiri jadi tertarik menjadikan PKS sebagai bahan tulisan karena
fenomenanya telah menjadi sumber yang bisa dibahas dari segalan sisi.
Mengapa
PKS begitu disorot? Apakah PKS sengaja dijadikan obyek pengalihan isu
dari isu-isu besar negara ini seperti korupsi di kalangan pejabat dan
lembaga pemerintah, narkoba, terorisme dan isu lain. Apakah karena PKS
yang menjadikan moralitas dan dakwah dalam agenda politiknya mengancam
partai politik lain? Apakah karena PKS lantang menyuarakan aspirasi
sebagian besar rakyat terkait pengusutan kasus korupsi, kenaikan BBM,
penguatan KPK, dll? Apakah karena PKS di beberapa daerah berhasil
“merebut” tampuk kepemimpinan melalui pilkada? Saya yakin banyak hal
lain yang menjadi alasan mengapa PKS tak akan lepas dari sorotan media.
Sebelum
berisik media terkait kasus dugaan suap impor daging yang menjerat
mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq, ada dua kasus lain untuk
melemahkan partai dakwah ini. Kasus tersebut mendominasi pemberitaan
saat itu. Misbakhun, mantan anggota Fraksi PKS yang diduga terlibat
pemalsuan surat gadai untuk mendapatkan kredit dari Bank Century dalam
waktu sangat singkat ditetapkan jadi tersangka, dipenjarakan dan
disidang. Hasil persidangan mengagetkan banyak orang, Misbakhun tidak
bersalah dan divonis bebas (Baca detik.com :PK Diterima MA Misbakhun Diputus Bebas )
Kemudian,
kasus “video” dari Arfinto, salah satu anggota DPR dari FPKS telah
membuat geger dunia politik dalam negeri. Namun PKS bisa mengatasinya
dengan permohonan maaf dan pengunduran diri Arifinto. Kasus video
Arifonto ini banyak kejanggalan dimana demikian “professional” nya media
mendapat bidikan kegiatan Arifinto di sidang paripurna padahal ada
ratusan anggota dewan lain yang ada di ruangan itu. (baca tulisan
kompasianer : Mafia Wartawan : Studi Kasus Arifinto )
Pengunduran
diri Luthfi Hasan Ishaq (LHI) pasca penetapan dirinya sebagai tersangka
oleh KPK atas dugaan suap kuota impor daging menjadi drama pelemahan
PKS berikutntya. Apa yang dilakukan PKS? PKS menjawabnya dengan segera
mengganti LHI dengan Muhammad Anis Matta sebagai Presiden PKS melalui
keputusan Majelis Syuro PKS. Proses pergantian pimpinan partai di
Indonesia yang paling cepat ini, diisi oleh orasi politik Anis Matta
yang menurut banyak ungkapan pendukung PKS sebagai Orasi yang Cetar
Membahana. Orasi ini diyakini kader dan pendukung PKS mampu membalikkan
dugaan banyak pengamat politik bahwa PKS makin lemah, akan jatuh dan
sulit bangkit lagi. Faktanya PKS mampu bangkit dan menjadi kontributor
paling signfikan dalam kemenangan Pilgub di Jawa Barat dan Sumatera
Utara.
Kasus
LHI terus menggelinding bak bola salju. Dugaan suap yang menjerat LHI
akhirnya melebar ke kasus pencucian uang. Media meledakkan kasus ini
dengan bumbu-bumbu perempuan seksi yang terkait denga Ahmad Fatanah.
Puncaknya, media memiliki celah kembali lewat aksi security PKS yang
menolak penyitaan mobil yang diduga hasil pencucuian uang oleh KPK. KPK
yang tidak bisa menyita mobil di area kantor DPP PKS dikesankan sebagai
perlawanan oleh PKS oleh media. Munculllah headline “PKS melawan” dan
“KPK vs PKS”. PKS seolah dalam pusaran badai yang semakin terjepit.
PKS mengakhiri pusaran badai berita “perlawanan” itu dengan penyerahan
mobil-mobil tersebut dengan aman dan damai karena KPK membawa
surat-surat yang seharusnya tersedia saat melakukan penyitaan.
Sampai
kemudian acara yang banyak menyita pemirsa televisi di Indonesia,
Indonesia Lawyer Club menayangkan talkshow dengan tema “Uang Daging
Mengalir Kemana” publik sebagai beranggapan PKS akan “dibantai” di acara
ini. Hasilnya diluar dugaan, para pakar dan sebagian besar peserta ILC
justru memandang kasus pencucian uang yang disangkakan ke LHI terkandung
muatan politis dan makin mengesankan KPK melakukan aksi “Tebang Pilih”.
PKS tidak sampai menjadi bulan-bulanan dan justru berbalik, posisi KPK
menjadi tersudut.
Pelemahan
PKS akan memuncak pada persidangan yang mengagendakan kesaksian Ahmad
Fathanah (AF) pada jumat, 17 Mei 2013. Ahmad Fathanah yang merupakan
kunci “pelemahan” PKS yang selama ini dijadikan sumber oleh KPK justru
bersaksi meringankan pada sidang tersebut. Bahkan AF menyatakan
permintaan maaf pada PKS karena ikut menyeret partai tersebut dalam
kasus yang tidak ada kaitannya dengan partai berlambang bulat sabit dan
padi emas itu. (Baca kompas.com Fathanah Minta Maaf pada PKS
) Lagi-lagi PKS tidak jadi lemah. Justru pasca kesaksian AF ini, moral
PKS termasuk kadernya semakin tinggi dan keyakinan akan bebasnya LHI
semakin besar. Beberapa akun twitter yang sempat terlintas di TimeLine
dam dua hari terakhir, banyak kicauan yang menabalkan tagar
#BebaskanLHI. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya, PKS gagal
dilemahkan.
Mengapa
PKS sulit dilemahkan dengan berbagai skenario, yang diyakini oleh
pimpinannya sebagai upaya “Konspirasi” ini? Akan sangat banyak analisa
yang akan terangkai dalam tulisan dan pembicaraan bila menjawab
pertanyaan tersebut. Karena saya bukan pengamat politik, saya tak bisa
mengulasnya dari sisi politik. Saya bukan pakar komunikasi politik, jadi
saya takkan memaksakan diri menganalisa dari sisi itu. Saya hanya warga
negara biasa yang peduli akan keadilan hukum dan persatuan bangsa.
Satu
hal yang perlu dicamkan banyak orang, bahwa ada “campur tangan” lain
yang mungkin terlewatkan oleh pihak-pihak yang selama ini punya upaya
pelemahan tesebut. Kader-kader PKS dan sebagian masyarakat yang
mendukung PKS, sangat yakin, bila PKS masih jujur dan berada pada jalaur
yang lurus dalam mengemban amanah, Tangan Tuhan akan menjadi pelindung
mereka. Skenario Tuhan yang belum menginginkan PKS lemah dan hancur
sangat diyakini oleh para pendukung PKS. Keyakinan spriritual inilah
yang akan terus menjadi amunisi terhebat yang dimiliki oleh PKS dan
banyak orang juga yakin dengan kekuatan ini.
Skenario
Tuhan akan membalikkan semua niat buruk dan upaya jahat manusia. Maka
kita bisa lihat, orang-orang zaman Orde Baru yang menjadi tahanan
politik karena menjadi pihak yang kritis, justru menjadi tokoh penting
di era reformasi. Mereka yang berjuang masih pada jalan yang benar dan
lurus, meski dengan tipu muslihat dan kelicikan, takkan pernah merasa
takut dan lemah hanya karena pengapnya penjara, tikaman fitnah dan
penghancuran nama baik. Orang-orang yang berjuang dengan tetap
mengedepakan moral pasti meyakini adanya “skenario-Nya” yang lebih indah
pada akhirnya.
Dimanapun
kita berjuang, apapun partai dan media perjuangannya, jangan lupa akan
”skenario-Nya” yang takkan mampu dilawan oleh kekuatan tirani bahkan
konsprasi sekalipun. Satu syarat, kita perlu dekat sedekat dekatnya
dengan Tuhan agar DIA berkenan memberi “skenario” yang indah pada
ujungnya. Satu syarat lagi, sadarilah bahwa kita juga tak lepas dari
salah dan khilaf kemudian melakukan pertaubatan yang telah kita
ikrarkan. Bukan pertaubatan yang kamuflase yang diikrarkan ke berbagi
kanal media namun abai melakukannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Salam keadilan
posted by @Adimin
Post a Comment