“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. al-Baqarah 2:208)
Ayat diatas
merupakan seruan, perintah dan juga peringatan Allah yang ditujukan
khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengakui
Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui Muhammad selaku
nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah dan agar mau
melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam
Islam secara kaffah ?
Allah
memerintahkan kepada kita agar melakukan penyerahan diri secara
sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat hanya kepada-Nya tanpa
diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan ketergelinciran kedalam
kemusryikan.
Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah itu sesungguhnya ?
al-Qur’an memberikan jawaban kepada kita :
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti.” (Qs. al-Anfaal 8:20)
Jadi Allah
telah menyediakan sarana kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah
adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak
berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.
Taat kepada
Allah dan Rasul ini memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila
kita mengkaji al-Qur’an secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapati
satu intisari yang paling penting dari ketaatan terhadap Allah dan para
utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara benar.
Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan
yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam
zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian,
penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Seringkali
manusia lalai akan hal ini, mereka lebih banyak berlaku sombong,
berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut haknya namun melupakan
kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin rumahnya aman
akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas keamanan.
Banyak manusia yang sudah melebihi Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia
hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam
selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah
dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Manusia,
telah berani membuat Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang
mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka jadikan sebagai mediator
untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan yang besar yang
telah dilakukan terhadap Allah.
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. al-Bara’ah 9:31)“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, namun mereka berkata: “Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi Allah !”. Katakanlah:”Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit-langit dan dibumi ?” ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. Yunus 10:18)
Penyakit
syirik ini dapat mengenai dan menyertai siapa saja, tidak terkecuali
didalam orang-orang Islam yang mengaku bertauhid. Untuk itulah Allah
memberikan perintah internal kepada umat Muhammad ini agar sebelum
mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus terlebih dahulu
mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan jalan
mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul
Muhammad Saw sang Paraclete yang agung, Kalky Authar yang dijanjikan.
Bagaimana
orang Islam dapat melakukan satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu
perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia senantiasa mentauhidkan Allah ?
Sejarah
mencatatkan kepada kita, berapa banyak orang-orang Muslim yang melakukan
pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu hal yang sama sekali tidak
ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh Nabi.
Dimulai dari
pemberian sesajen kepada lautan, pemandian keris, peramalan nasib,
pemakaian jimat, pengagungan kuburan, pengkeramatan terhadap seseorang
dan seterusnya dan selanjutnya. Inilah satu bentuk kesyirikan
terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin
kebanyakan.
Mereka lebih
takut kepada tokoh Roro Kidul ketimbang kepada Allah, mereka lebih
hormat kepada kyai/gus/ustadz ketimbang kepada Nabi. Mereka lebih menyukai membaca
serta mempercayai isi kitab-kitab primbon dan kitab-kitab para ulama
atau imam Mazhab tertentu ketimbang membaca dan mempercayai kitab Allah,
al-Qur’anul Karimdan Hadist Shahih.
Adakah orang-orang yang begini ini disebut sebagai Islam yang kaffah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Saya yakin,
kita semua membaca al-Fatihah didalam Sholat, dan kita semua membaca
“Iyyaka na’budu waiyya kanasta’in” yang artinya “Hanya kepada Engkaulah
(ya Allah) kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami
memohon pertolongan”.
Ayat ini
berindikasikan penghambaan kita kepada Allah dan tidak memberikan sekutu
dalam bentuk apapun sebagaimana juga isi dari surah al-Ikhlash :
“Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun.” (Qs. al-Ikhlash 112:1-4)
Hanya
sayangnya, manusia terlalu banyak yang merasa angkuh, pongah dan sombong
yang hanyalah merupakan satu penutupan dari sifat kebodohan mereka
semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman, baik terhadap diri
sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga kepada
lingkungan.
Untuk
mendapatkan kekayaan, kedudukan maupun kesaktian, tidak jarang seorang
Muslim pergi kedukun atau paranormal, memakai jimat, mengadakan satu
upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam tertentu dan di-ikuti
pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang tidak memiliki
tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.
Apakah mereka-mereka ini masih bisa disebut sebagai seorang Islam yang Kaffah ?
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara
tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka
menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk
mengabulkan keinginan mereka.
“Dan sebagian manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat sangat cintanya kepada Allah.” (Qs. Al-Baqarah 2:165)
Kepada
orang-orang seperti ini, apabila diberikan peringatan dan nasehat kepada
jalan yang lurus, mereka akan berubah menjadi seorang pembantah yang
paling keras.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Qs. al-Kahf 18:54)
“Tidakkah engkau pikirkan orang-orang yang membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka bisa dipalingkan ?” (Qs. al-Mu’min 40:69)
Orang-orang
sekarang telah banyak yang salah pasang ayat, mereka katakan bahwa apa
yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kesyirikan melainkan satu usaha
atau cara yang mesti ditempuh, sebab tanpa usaha Tuhan tidak akan
membantu. Memang benar sekali, tanpa ada tindakan aktif dari manusia,
maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai satu bagian
dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita mengaburkan
akidah dengan dalil usaha ?
Anda ingin
kaya maka bekerja keras dan berhematlah semampu anda, anda ingin
mendapatkan penjagaan diri maka masukilah perguruan-perguruan beladiri
entah silat, karate, kempo, dan sebagainya. Anda ingin
pintar maka belajarlah yang rajin begitu seterusnya yang pada puncak
usaha itu haruslah dibarengi dengan doa kepada Allah selaku penyerahan
diri kepada sang Pencipta atas segala ketentuan-Nya, baik itu untuk
ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak bagus.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. al-Baqarah 2:216)
“Yang demikian itu adalah nasehat yang diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, karena barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan bagi mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan yang tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus urusan-Nya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu.” (Qs. at-Thalaq 65:2-3)
Bukankah hampir semua dari kita senantiasa hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?
“Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat bagi-Nya, karena begitulah aku diperintahkan.” (Qs. al-An’aam 6:162-163)
Anda
membutuhkan perlindungan dari segala macam ilmu-ilmu jahat, membutuhkan
perlindungan dari orang-orang yang bermaksud mengadakan rencana yang
jahat dan keji, maka berimanlah anda secara sungguh-sungguh kepada Allah
dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda benar-benar Kaffah didalam
Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan Rahmat-Nya kepada
kita.
“Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Qs. Ali Imran 3:132)
Rahmat Allah
itu tidak terbatas, Rahmat bisa merupakan satu perlindungan, satu
pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa berupa keridhoan yang telah
diberikan-Nya kepada kita.
Apakah anda tidak senang apabila Tuhan meridhoi anda ?
Seorang anak saja, apabila dia telah
mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan
memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi
ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan
seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?
Jika Allah
ridho kepada kita, maka percayalah Allah akan membatalkan dan
mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari itu berkepribadian Kaffah-lah
didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh kesucian akidah. Dalam
kajian lintas kitab, kita akan mendapati fatwa dari ‘Isa al-Masih kepada
para sahabatnya mengenai kekuatan Iman :
Terjemahan Resmi: Baru: Matius: 17
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”
17:20 Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
al-Qur’an pun memberikan gambaran :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. 2 al-Baqarah: 186)
Kita lihat,
Allah akan mendengar doa kita, Dia akan memberikan Rahmat-Nya kepada
kita dengan syarat bahwa terlebih dahulu kita harus mendengarkan dan
percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian mentaati seluruh perintah
yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya,
khususnya kepada Rasul Muhammad Saw selaku Nabi terakhir yang universal.
Tidak perlu
anda mendatangi tempat-tempat keramat untuk melakukan tapa-semedi,
berpuasa sekian hari atau sekian malam lamanya dengan berpantang makan
ini dan makan itu atau juga menyimpan, menggantung jimat sebagai penolak
bala, pemanis muka, atau sebagai aji wibawa.
Ambillah
al-Qur’an, bacalah dan pelajarilah, amalkan isinya … maka dia akan
menjadi satu jimat yang sangat besar sekali yang mampu membawa anda
tidak hanya lepas dari derita dunia yang bersifat temporary, namun juga
derita akhirat yang bersifat long and abide.
Yakinlah,
bahwa sekali anda mengucapkan kalimah “Laa ilaaha illallaah” (Tiada
Tuhan Selain Allah), maka patrikan didalam hati dan jiwa anda, bahwa
jangankan ilmu-ilmu jahat, guna-guna, santet, Jin, Iblis apalagi manusia
dengan segenap kemampuannya, Tuhan-pun tidak ada.
Kenapa demikian ?
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak
memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia
dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu
Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha
dan seterusnya.
Manusiapun
sudah menjadikan harta, istri dan anak-anak sebagai Tuhan, menjadikan
para ulama sebagai Tuhan, menjadikan perawi Hadis sebagai Tuhan,
menjadikan keluarga Nabi sebagai Tuhan dan seterusnya.
Karena itu
Tauhid yang murni adalah Tauhid yang benar-benar meniadakan, menafikan
segala macam jenis bentuk ketuhanan yang ada, untuk kemudian disusuli
dengan keberimanan, di-ikuti dengan keyakinan, mengisi kekosongan tadi
dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan kita akui hanyalah Tuhan yang
satu, tanpa berserikat dan esa dalam berbagai penafsiran.
Itulah
intisari dari Iman didalam Islam, intisari seluruh ajaran dan fatwa para
Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh, Ibrahim terus kepada Ismail, Ishak,
Ya’kub, Musa hingga kepada ‘Isa al-Masih dan berakhir pada Muhammad Saw.
Itulah
senjata mereka, itulah jimat yang mereka pergunakan didalam menghadapi
segala jenis kebatilan, segala macam kedurjanaan yang tidak hanya datang
dari manusia namun juga datang dari syaithan yang terkutuk.
Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya, Allah berfirman : “Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku.” (Riwayat Abu Na’im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)
Nabi Muhammad Saw juga bersabda :
“Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Untuk itu,
marilah sama-sama kita memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang
sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sekali kita bersyahadat
didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut menjemput akan
tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak dan
sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.
Cobalah anda ikrarkan : Apapun yang terjadi sampai saya mati akan tetap berpegang kepada Laa ilaaha illallaah.
Segera kita
tanggalkan segala bentuk kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau
khurafat, kita ikuti puasa yang diajarkan oleh Islam, kita contoh
prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan berbagai rajah dan
tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita anggap
sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan
dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.
Nabi Muhammad Saw bersabda : “Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya.” (Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)
“Ibnu Mas’ud berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna adalah syirik.” (Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )
“Sa’id bin Jubir berkata: orang yang memotong atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya bagaikan memerdekakan seorang budak.” (Diriwayatkan oleh Waki’)
Percayalah, Allah adalah penolong kita.
“Sesuatu bahaya tidak mengenai melainkan dengan idzin Allah.” (Qs. at-Taghabun 64:11)
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah ni’mat Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya untuk mengganggu, lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada kamu; dan berbaktilah kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya Mu’minin berserah diri.” (Qs. al-Maaidah 5:11)
Apabila
setelah kita melepaskan seluruh kebiasaan buruk tersebut kita
mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas tangan pada diri kita
dan kitapun bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu yang pernah kita
miliki sebelumnya.
Akan tetapi
Allah benar-benar ingin membersihkan kita dari segala macam kemunafikan,
menyucikan akidah kita, hati dan pikiran kita sehingga benar-benar
berserah diri hanya kepada-Nya semata.
“Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman”, padahal mereka belum diuji lagi ?” (Qs. al-Ankabut 29:2)
“Dan sebagian dari manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, tetapi manakala ia diganggu dijalan Allah, maka ia menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab dari Allah; dan jika datang pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata: “Sungguh kami telah berada bersamamu.”; Padahal bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada-dada makhluk ?” (Qs. al-Ankabut 29:10)
“Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik.” (Qs. al-Ankabut 29:11)
Nabi juga bersabda : “Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bagaimana
bila sebagai satu konsekwensi dari usaha kembali kepada jalan Allah
tersebut kita gugur ? Jangan khawatir, Allah telah berjanji bagi
orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada kebenaran :
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Qs.at-Taubah 9:20)
“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”. (Qs. ali Imran 3:195)
“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (Qs. an-Nisa’ 4:74)
Kembali
kejalan Allah adalah satu hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan
pasti datang menerpa kita dan disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk
melakukan jihad, melakukan satu perjuangan, melibatkan diri dalam
konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa (tentunya ini
tidak berlaku bagi mereka yang cuma melakukan teror dengan membunuh
diri).
Dengan harta
mungkin kita harus siap apabila mendadak jatuh miskin atau juga
melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh aktifitas kegiatan umat
Islam demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan jiwa artinya kita
harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala
kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau
makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.
Apakah anda
akan heran apabila pada waktu anda masih memegang jimat anda merupakan
orang yang kebal namun setelah jimat anda tanggalkan anda mendadak bisa
tergores oleh satu benturan kecil ditempat tidur ? Bagaimana anda
memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung yang bahkan dalam
perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit sebagaimana manusia
normal ?
Percayalah,
berilmu tidaknya anda, berpusaka atau tidak, bertapa maupun tidaknya
anda bukan satu hal yang serius bagi Allah apabila Dia sudah menentukan
kehendak-Nya kepada kita.
“Berupa apa saja rahmat yang Allah anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana.” (Qs. Fathir 35:2)
Apabila
memang sudah waktunya bagi kita untuk mendapatkan musibah (baik itu
berupa maut dan lain sebagainya) maka dia tetap datang tanpa bisa kita
mundurkan atau juga kita majukan, tidak perduli anda punya ilmu, punya
jimat atau seberapa tinggi kedudukan sosial anda.
“Bagi tiap-tiap umat ada batas waktunya; maka apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk diundurkan barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan.” (Qs. al-A’raf 7:34)
“Masing-masing Kami tolong mereka ini dan mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang.” (Qs. al-Israa 17:20)
Demikianlah, semoga kita semua bisa mendapatkan hikmah dari tulisan ini.
Oleh : AS
posted by @Adimin
Post a Comment