Berpikir
adalah suatu keniscayaan yang terjadi pada manusia. Dengan berpikir manusia
dapat menilai berbagai bentuk sistem nilai yang ada. Dengan berpikir jualah
yang membedakan manusia dengan makhluk lain di dunia ini. Berpikir adalah
proses bekerjanya organ tubuh manusia yang disebut otak, dengan cara
menganalisa sistem nilai dan logika, dengan mengolah data-data yang tersimpan
di memory manusia, dimana data-data tersebut didapatkan bisa dari empiris, latar
belakang pendidikan, norma-norma, aturan-aturan dsb, sehingga dari data-data tersebut akan menghasilkan
kualitas berpikir dan akan men- dapatkan suatu kesimpulan pemikiran yang
diharapkan sesuai dengan standar kebenaran. Tetapi proses berpikir yang akan
menghasilkan kualitas pikir yang baik bukanlah suatu hal yang mudah. Karena banyak manusia dalam proses
berpikirnya seringkali terjebak dengan pola-pola berpikir yang telah ada
sebelumnya (data yang tidak valid, opini-opini, doktrin, dogma, dll) yang berbersumber
dari imej, empiris, ataupun
kesimpulan-kesimpulan lain yang telah tersimpan di memory otak, yang
belum tentu benar, sehingga mem- pengaruhi proses berpikir atau alur berpikir itu
sendiri. Yang mengakibatkan kerancuan dalam proses berpikir, yang akhirnya akan
menghasilkan kesimpulan pemikiran yang kurang atau tidak benar. Untuk itu
diperlukan suatu metode berpikir yang
dapat membantu manusia dalam melakukan proses berpikir yang benar yang sesuai
dengan kaidah ilmu scholastik (Logika Lurus).
Suatu contoh hasil pembentukan pemikiran yang banyak
terjadi dimasyarakat, kita perhatikan banyak sekali manusia yang menjadi publik figur, dijadikan standar atau acuan dari
suatu produk, yang belum atau tidak sesuai dengan latar belakang keahlian
ataupun profesi dari publik figur tersebut. Contohnya, seorang artis/aktor
dijadikan standar dalam membentuk keluarga yang harmonis, produk kesehatan,
menjadi pengamat politik dadakan ataupun yang lainnya, yang tidak ada sangkut
pautnya dengan latar belakang profesinya dan bidangnya, padahal dia hanyalah
seorang bintang film/aktor, yang belum tentu dia mempunyai keahlian dibidang
tersebut, sehingga masyarakat kita memandang bahwa publik figur tersebut yang
patut dijadikan contoh. Atau contoh lain kerancuan berfikir, dalam hal
keagamaan sering jika kita jumpai seorang wanita berjilbab
(baca busana muslim) melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat ataupun agama, maka sebagian masyarakat
kita mempunyai pikiran dan memvonis bahwa percuma saja wanita tersebut
berjilbab sedangkan perbuatannya tidak mencerminkan dari pakaian dan jilbabnya.
Padahal bila kita mau mengkaji lebih
jauh tentang hal tersebut diatas maka
kita temukan suatu kerancuan berpikir yang tidak sesuai dengan logika berpikir
yang lurus atau metode berpikir yang lurus. Yang sebenarnya adalah tidak ada
hubungannya antara perbuatan dirinya (yang tidak sesuai norma) dengan pemakaian
jilbab tersebut. Karena jilbab merupakan
perintah agama juga, seperti sholat, puasa, dan lain-lain yang merupakan
perintah Allah swt. Bila seseorang
berjilbab tapi dia melakukan dosa lain,
contohnya mencuri, maka dia tetap mendapat dosa mencuri tapi dia tetap mendapat
pahala memakai jilbab. Untuk itu kita harus waspada terhadap pemikiran pemikiran
yang membentuk opini menyesatkan. Sehingga
pemikiran tersebut menghasilkan opini atau stigma yang sangat tidak sehat
dipandang dari sudut logika yang lurus,
yaitu seorang wanita berjilbab haruslah seorang wanita yang suci,
sempurna, yang tidak pernah melakukan dosa & kesalahan. Akibat yang
ditimbulkan dari pemikiran tersebut adalah : bila seorang wanita (mendapat
hidayah) ingin berjilbab, didalam dirinya masih akan timbul pikiran apakah dia
sudah pantas berjilbab karena dalam pikiran bawah sadarnya mereka merasa belum
‘SUCI’, sehingga HIDAYAH tersebut
tidak jadi dia laksanakan. Padahal
didunia ini tidak ada manusia yang “suci”, karena manusia yang baik adalah
bukan manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi adalah manusia yang
bila dia merasa berbuat salah dan dia ingat dengan kesalahannya atau ada yang
mengingatkan maka dia bertaubat dan memperbaiki kesalahannya itu seperti dalam
Qur'an surat Ali Imran135
Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Satu contoh lagi adalah pemikiran
dari JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menyatakan bahwa semua agama adalah
sama, dan tidak perlu mengklaim bahwa agamanyalah yang paling benar. Pemikiran
seperti ini timbul karena mereka (JIL) tidak menguasai metode berpikir yang benar, sehingga menghasilkan
output berpikir yang keblinger bin jahil bin sesat. Pertanyaannya
adalah, apakah mereka (JIL) memeluk Islam, karena mereka yakin bahwa Islam
adalah yang paling benar (karena mengingat mereka adalah kaum pemikir dan
terpelajar) diantara semua keyakinan yang ada atau mereka ber Islam karena
kebetulan orang tua mereka beragama Islam. Kalau jawabannya yang pertama
berarti mereka menabrak pemikiran mereka sendiri. Kalau jawabannya yang kedua
maka jelas sudah, bahwa hanya begitulah kualitas keIslaman mereka (JIL).
Untuk itu sebaiknya jika kita berpikir dan mengambil suatu
kesimpulan harus memerlukan kehati-hatian dan ketelitian. Berpikir dalam hal
apapun juga, yang sesuai dengan ilmu-ilmu dan aturan/kaidah logika yang lurus,
yang bisa kita peroleh dengan cara banyak membaca, merenung, bertadabbur, tafakkur
dll. Karena sampai saat ini (dengan makin majunya IPTEK) dan detik ini semakin
terbukti bahwa Islam adalah agama Universal,
logis dan realistis. Mudah mudahan kita mendapatkan hidayah-NYA setiap
saat.
Akhir kata marilah kita coba pikirkan dan renungkan
(tadabbur) makna dari doa yang sering kali kita dengar yaitu “Ya Allah ya
tuhan kami, perlihatkan bahwa yang benar itu benar ya Allah, dan berilah kami
kekuatan untuk mengikutinya, dan perlihatkan juga kepada kami bahwa yang batil
itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya, dan hanya kepada-Mu
kami berserah diri”
السَّلَامُ
عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى
Oleh : Asdeddy Syam
Post a Comment