Padang,
MinangkabauNews -- Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah,SP
menghimbau pemuda dan remaja Islam untuk tidak ikut merayakan
Valentine's Day. Perayaan yang disimbolkan sebagai hari kasih sayang itu
dinilai bukan merupakan budaya minangkabau dan bertentangan dengan
ajaran Islam.
“Dalam ajaran Islam, Valentine Day itu bagai langit dan kerak bumi. Cari saja di Al Quran, kitab hadits ataupun kitab fikih. Tidak satupun ulama yang menganjurkan Valentine Day,” ujar Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah,SP, tadi pagi.
Diterangkan politisi PKS tersebut, perayaan Valentine ini dalam budaya timur tidak pernah ada. Selama ini kegiatan serupa sempat terjadi, bahkan beberapa pemberitaan media menyatakan di malam perayaan Valentine selalu ada aktivitas negatif seperti pergaulan bebas.
“Dengan dalih pembuktian cinta, perayaan Valentine kerapkali diisi dengan kemaksiatan, seperti seks bebas, miras, hura-hura dan pacaran. Akibatnya, sampai saat ini keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” tukasnya.
Dikatakannya, Islam tidak melarang orang bergembira, apalagi berbagi kado kepada orang yang amat dicintai yang telah halal, bahkan menganggap setiap hari sebagai hari cinta. Namun, latah meniru tradisi bangsa lain, apalagi akar sejarahnya tidak jelas sungguh bertentangan yang sangat ditekankan dalam akhlak.
“Faktanya, ini merupakan tradisi maksiat yang berasal dari bangsa Yunani kuno, dikemas dengan kalimat bahasa yang menarik, hari kasih sayang atau cinta dan kesuburan, sehingga kalimat bahasa ini mampu menarik dan diminati anak-anak remaja di Indonesia,” tandasnya.
Selain itu, Wawako juga menghimbau kepada orang tua untuk memantau dan mengawasi pergaulan anaknya agar tidak terjerumus dalam sikap dan prilaku yang salah - See more at: http://minangkabaunews.com/artikel-4484-mahyeldi--%E2%80%9Cjangan-rayakan-valentineday%E2%80%9D.html#sthash.BwkWgvpi.dpuf
“Dalam ajaran Islam, Valentine Day itu bagai langit dan kerak bumi. Cari saja di Al Quran, kitab hadits ataupun kitab fikih. Tidak satupun ulama yang menganjurkan Valentine Day,” ujar Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah,SP, tadi pagi.
Diterangkan politisi PKS tersebut, perayaan Valentine ini dalam budaya timur tidak pernah ada. Selama ini kegiatan serupa sempat terjadi, bahkan beberapa pemberitaan media menyatakan di malam perayaan Valentine selalu ada aktivitas negatif seperti pergaulan bebas.
“Dengan dalih pembuktian cinta, perayaan Valentine kerapkali diisi dengan kemaksiatan, seperti seks bebas, miras, hura-hura dan pacaran. Akibatnya, sampai saat ini keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” tukasnya.
Dikatakannya, Islam tidak melarang orang bergembira, apalagi berbagi kado kepada orang yang amat dicintai yang telah halal, bahkan menganggap setiap hari sebagai hari cinta. Namun, latah meniru tradisi bangsa lain, apalagi akar sejarahnya tidak jelas sungguh bertentangan yang sangat ditekankan dalam akhlak.
“Faktanya, ini merupakan tradisi maksiat yang berasal dari bangsa Yunani kuno, dikemas dengan kalimat bahasa yang menarik, hari kasih sayang atau cinta dan kesuburan, sehingga kalimat bahasa ini mampu menarik dan diminati anak-anak remaja di Indonesia,” tandasnya.
Selain itu, Wawako juga menghimbau kepada orang tua untuk memantau dan mengawasi pergaulan anaknya agar tidak terjerumus dalam sikap dan prilaku yang salah - See more at: http://minangkabaunews.com/artikel-4484-mahyeldi--%E2%80%9Cjangan-rayakan-valentineday%E2%80%9D.html#sthash.BwkWgvpi.dpuf
Calon Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah,SP menghimbau pemuda dan remaja Islam untuk tidak ikut merayakan Valentine's Day. Perayaan yang disimbolkan sebagai hari kasih sayang itu dinilai bukan merupakan budaya minangkabau dan bertentangan dengan ajaran Islam.
“Dalam ajaran Islam, Valentine Day itu bagai langit dan kerak bumi. Cari saja di Al Quran, kitab hadits ataupun kitab fikih. Tidak satupun ulama yang menganjurkan Valentine Day,” ujar Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah,SP, tadi pagi.
Diterangkan politisi PKS tersebut, perayaan Valentine ini dalam budaya timur tidak pernah ada. Selama ini kegiatan serupa sempat terjadi, bahkan beberapa pemberitaan media menyatakan di malam perayaan Valentine selalu ada aktivitas negatif seperti pergaulan bebas.
“Dengan dalih pembuktian cinta, perayaan Valentine kerapkali diisi dengan kemaksiatan, seperti seks bebas, miras, hura-hura dan pacaran. Akibatnya, sampai saat ini keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” tukasnya.
Dikatakannya, Islam tidak melarang orang bergembira, apalagi berbagi kado kepada orang yang amat dicintai yang telah halal, bahkan menganggap setiap hari sebagai hari cinta. Namun, latah meniru tradisi bangsa lain, apalagi akar sejarahnya tidak jelas sungguh bertentangan yang sangat ditekankan dalam akhlak.
“Faktanya, ini merupakan tradisi maksiat yang berasal dari bangsa Yunani kuno, dikemas dengan kalimat bahasa yang menarik, hari kasih sayang atau cinta dan kesuburan, sehingga kalimat bahasa ini mampu menarik dan diminati anak-anak remaja di Indonesia,” tandasnya.
Selain itu, Wawako juga menghimbau kepada orang tua untuk memantau dan mengawasi pergaulan anaknya agar tidak terjerumus dalam sikap dan prilaku yang salah
“Dalam ajaran Islam, Valentine Day itu bagai langit dan kerak bumi. Cari saja di Al Quran, kitab hadits ataupun kitab fikih. Tidak satupun ulama yang menganjurkan Valentine Day,” ujar Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah,SP, tadi pagi.
Diterangkan politisi PKS tersebut, perayaan Valentine ini dalam budaya timur tidak pernah ada. Selama ini kegiatan serupa sempat terjadi, bahkan beberapa pemberitaan media menyatakan di malam perayaan Valentine selalu ada aktivitas negatif seperti pergaulan bebas.
“Dengan dalih pembuktian cinta, perayaan Valentine kerapkali diisi dengan kemaksiatan, seperti seks bebas, miras, hura-hura dan pacaran. Akibatnya, sampai saat ini keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” tukasnya.
Dikatakannya, Islam tidak melarang orang bergembira, apalagi berbagi kado kepada orang yang amat dicintai yang telah halal, bahkan menganggap setiap hari sebagai hari cinta. Namun, latah meniru tradisi bangsa lain, apalagi akar sejarahnya tidak jelas sungguh bertentangan yang sangat ditekankan dalam akhlak.
“Faktanya, ini merupakan tradisi maksiat yang berasal dari bangsa Yunani kuno, dikemas dengan kalimat bahasa yang menarik, hari kasih sayang atau cinta dan kesuburan, sehingga kalimat bahasa ini mampu menarik dan diminati anak-anak remaja di Indonesia,” tandasnya.
Selain itu, Wawako juga menghimbau kepada orang tua untuk memantau dan mengawasi pergaulan anaknya agar tidak terjerumus dalam sikap dan prilaku yang salah
posted by @Adimin
Post a Comment