“Aki tahu jam berapa sekarang? ” cecar Pak RT sambil menunjuk jam dinding mushalla.
“Azan apa jam segini, Ki?”
“Jangan-jangan Aki sudah ikut aliran sesat,” sambar Mang Engkus dengan nada prihatin. “Sekarang banyak banget aliran macam-macam. Bahaya kalau kampung kita sudah kena.”
“Ah, dasar aki Dadang sudah gila,” sahut Joni, mantan preman yang sudah mulai insaf dan berusaha menghilangkan tato di pangkal lengannya dengan setrika panas. “Kalau nggak gila, mana mungkin azan jam segini?” sambungnya sambil menyilangkan jari telunjuk di keningnya ke arah warga yang riuh berkomentar macam-macam mengomentari laku aneh Aki Dadang.
“Kalian ini …,” jawab Aki Dadang tenang. “Tadi waktu saya azan Isya, nggak satu pun yang datang kemari. Sekarang saya azan jam 10 malam, kalian malah berbondong-bondong ke mushalla. Satu kampung lagi. Siapa yang gila, coba?”
Warga pun ngeloyor pulang satu persatu tanpa protes lagi. Termasuk Pak RT yang melipir menjauh, perlahan-lahan, tak berani melihat wajah Aki Dadang
posted by @Adimin
Post a Comment