Karena berbeda itulah, semestinya berupaya untuk saling memahami
ALANGKAH indahnya, jika
kita pun bersikap layaknya Rasulullah Saw dan Khadijah ra. Bukankah
rentang waktu pernikahan mereka hingga kerasulan telah menjejak waktu 15
tahun? Namun, jika melihat apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam saat mengadu pada istrinya dan apa yang istrinya
lakukan, maka kita bisa mengetahui indahnya komunikasi mereka selama 15
tahun.
Indahnya Bicara
Kitapun juga pasti ingin mendapatkan
pasangan yang bersedia menjadi teman “curhat” yang mau menyediakan
perhatian dan hatinya. Mengapa pasangan yang mau diajak bicara ini
penting? Karena, yang tahu persis problem-problem yang terjadi dalam
rumah tangga adalah pasangan itu sendiri. Sehingga yang paling tepat
untuk melakukan evaluasi plus menyepakati solusi tentu adalah pasangan
sendiri. Bukan orang lain yang tidak mengetahui secara pasti masalah
yang sesungguhnya dan pastinya bilapun menjadi bagian dari solusi, maka
pelaku utama tetap kita sendiri.
Pasangan yang saling terbuka membicarakan
keinginan dan kekhawatiran mereka, biasanya akan tumbuh menjadi pasangan
yang saling mendukung. Sehingga mereka dapat tumbuh bersama termasuk
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka berdua dan mengantisipasi
hal buruk yang mungkin terjadi.
Mulailah Bicara
Namun demikian, untu jadi pasangan yang
tumbuh bersama, semuanya justru diawali oleh perbedaan. Dari mulai beda
fisik, beda kebiasaan, bahkan bisa jadi beda pemahaman keislaman. Inilah
yang luar biasa bila memperhatikan firman Alah Subhanahu Wata’ala dalam
surat Ar-Ruum [30]: 21, “…supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang.”
Bagaimana mungkin jadi tumbuh rasa kasih
sayang kalau begitu berbeda? Karena berbeda itulah, semestinya berupaya
untuk saling memahami.
Memahami perbedaan inilah yang akan
membuat kita memahami bahwa waktu bicara dengan suami atau waktu bicara
dengan istri sangat berbeda. Bicara dengan suami butuh pengertian bahwa
mereka butuh waktu untuk dirinya lebih dahulu dan butuh verbalisasi yang
jelas. Sehingga istri memang tidak dianjurkan merajuk atau
bertele-tele. Sedangkan bicara dengan istri pasti butuh kesabaran untuk
membujuk dan mendengarkannya bicara.
Rasa dan upaya untuk bisa mencapai paham
inilah yang akan membuahkan kasih sayang. Bila langsung paham tanpa
belajar dan mengelola perasaan maka tentu tidak akan ada
pengalaman-pengalaman indah yang dapat dikenang. Tidak ada canda atau
tangis yang menguatkan perasaan memiliki. Juga tidak ada hikmah yang
dapat diambil bersama dan tidak ada saat-saat manis setelah berselisih
paham dan akhirnya berbaikan.
Akhirnya, dengan berbekal iman dan kasih
sayang, semoga kita termasuk orang yang diridhai Allah dan Rasul-Nya
karena berjuang mengikuti sunnah. Sebagaimana Rasulullah menyampaikan
berita gembira untuk Khadijah ra, “Aku diperintahkan menyampaikan berita
gembira kepada Khadijah berupa rumah dari qashab (mutiara) yang
didalamnya tidak ada teriakan keras dan kelelahan
Kartika Ummu Arina
posted by @Adimin
Post a Comment