Tak
sedikit keluarga serta orang-orang dekat yang menganggapnya melakukan
blunder saat menerima amanah maju sebagai anggota dewan dari Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Betapa tidak, jauh sebelum menjadi bagian dari
Partai Dakwah ini, Beliau merupakan sosok pengusaha sukses di Kota
Duri.
Rumah
Sakit swasta terbesar di Kabupaten Bengkalis, rumah makan, percetakan,
serta usaha-usaha lainnya Allah swt perkenankan menangguk kemajuan pesat
bagi lelaki satu ini. Tak heran bila sebagian keluarga menganggap,
menjadi anggota dewan hanya akan menambah beban pekerjaannya saja. Pun
bila ditilik dari sisi materi, tentu saja penghasilan sebagai anggota
dewan digolongkan tak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang
diperolehnya sebagai pengusaha.
Dialah
dr. Fidel Fuadi Datuk Majo Basa. Jiwa kedokteran menuntunnya untuk
mengabdi lebih jauh demi kemaslahatan umat. Kiprahnya sejak duduk di
parlemen tak bisa dibilang kecil. Amanah yang diembannya di Komisi IV
DPRD Kabupaten Bengkalis membuat Pak Datuk - demikian Beliau disapa -
semakin dekat dengan segala bentuk kesulitan dan kekurangan masyarakat
di bidang kesehatan dan pendidikan serta usaha-usaha untuk
memperjuangkannya.
Salah
satu kiprah Pak Datuk yang luar biasa adalah tatkala ia memperjuangkan
penderita katarak serta balita dengan bibir sumbing untuk mendapatkan
operasi gratis dengan menggaet organisasi-organisasi sosial di Kabupaten
Bengkalis. Tercatat delapan anak berhasil dibantu untuk mendapatkan
operasi bibir sumbing secara gratis atas bantuan pria berdarah Minang
ini.
Nun
jauh dibalik segala prestasi dalam bidang pelayanan publik yang
ditorehkannya. Pak Datuk merupakan sosok yang teramat santun. Di sela
aktivitasnya sebagai Anggota Dewan, Pak Datuk rajin berkunjung ke Rumah
Sakit. Kebendaan serta status sosial yang disandang tak membuatnya
sungkan untuk berkunjung dari satu pintu ke pintu perawatan lainnya.
Mengunjungi, mendengarkan keluhan, memberikan semangat, bahkan tak
jarang membantu biaya pengobatan bagi orang-orang yang membutuhkannya
tanpa memandang latar belakang Sang Pasien.
Hal
lain yang luput dari pemberitaan media dari Pak Datuk adalah soal
kedermawanan Beliau. Khususnya saat Bulan Ramadhan, hampir setiap hari,
Pak Datuk bersedekah takjil dan nasi kotak. Tak tanggung-tanggung,
seluruh petugas Rumah Sakit serta kamar yang terisi pasien akan
mendapatkannya. Belum lagi sedekah bahan makanan pokok, pengobatan
gratis, serta materi yang disumbangkannya kepada ratusan kaum dhuafa di
Kota Duri ini. Beliau salurkan dengan diam-diam.
Acap
kali orang berkata, Pak Datuk adalah orang yang terlanjur kaya. Namun
tidak bagi Beliau. Hidup dan segala bentuk keadaannya merupakan titipan
dari Allah swt. Dimana itu semua tak lebih dari sarana untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah swt. Sesuatu yang tak akan dibawa saat
ajal kelak. Demikian katanya.
Tentu
saja bagi kaum dhuafa, balita-balita dengan bibir sumbing, orang-orang
sakit yang tak miliki biaya, serta masyarakat lainnya, Pak Datuk adalah
sosok pahlawan. Namun ia sendiri tak peduli. Yang ia tahu hanya bekerja,
memberikan pelayanan terbaik kepada sesama hamba Allah swt. Selepas
cerita ini, esok pagi, ia tetaplah Pak Datuk yang setia membersihkan
sampah dengan tangannya sendiri. Ia tetaplah Pak Datuk yang terisak
dalam do'a-do'a panjangnya. Dan, tetaplah ia Pak Datuk, yang bagi banyak
orang merupakan Pahlawan atas semua kontribusi nyatanya. Pahlawan....
Ya, Pahlawan yang bekerja dalam diam. )I(
By: Eko Wahyudi
Follow @ewahyudie on Twitter
______
Dikutip dari buku "Pahlawan Dalam Diam"
posted by @Adimin
Post a Comment