Siapakah
yang berhak memberi penilaian & solusi dalam masalah Nawazil Siyasah
(kejadian politik kontemporer) dan berhak menjadi politikus Syar’i (penentu
strategi politik yang Syar’i)? Simaklah hadits berikut ini :
أبِي
هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ
يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ
فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ يهَا
الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ : وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ : الرَّجُلُ التَّافِهُ يتكلم فِي
أَمْرِ الْعَامَّةِ) رواه ابن ماجة وهو حديث صحيح
“Akan datang kepada manusia
tahun-tahun yang banyak penipuan di dalamnya. Ketika itu pendusta dibenarkan
sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan
orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu
Ruwaibidhah ikut-ikutan berkomentar. Ada yang bertanya, “Siapakah yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab,
“Orang bodoh yang berkomentar/ikut campur dalam urusan masyarakat luas.”
(HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
Ibnu
Rajab رحمه الله pernah
mencontohkan sosok figur ulama ahli ijtihad yang berhak berfatwa dalam Nawazil, yaitu sosok
Imam Ahmad رحمه الله. Ibnu
Rojab رحمه الله menjelaskan
mengapa Imam Ahmad رحمه الله pantas menjadi
salah satu contohnya? Beliau menjelaskan bahwa Imam Ahmad adalah sosok
yang sampai pada ketinggian ilmu tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah serta atsar.
Adapun
tentang Al-Qur`an : Imam Ahmad tahu nasikh dan mansukh, tahu kumpulan tafsir Shahabat dan
Tabi’in. Dan tentang As-Sunnah : beliau hafal Hadits-Hadits,tahu mana yang
shahih dan mana yang dho’if,
tahu Perowi Hadits yang terpercaya,tahu pula jalan periwayatan Hadits dan
cacatnya,bahkan bukan hanya tahu Hadits yang marfu’ namun juga yang mauquf dan
paham fiqhul Hadits.
Adapun
Atsar : beliau tahu pendapat para Imam kaum Muslimin. Dan seterusnya dari
penjelasan Ibnu Rojab tentang Imam Ahmad, sampai pada ucapan beliau :
“ومعلوم أنَّ
مَن فَهِمَ عِلْم هذه العلوم كلّها وبرَع فيها، فأسهلُ شيء عنده معرفةُ الحوادث
والجواب عنها”
“dan suatu perkara sudah diketahui
bahwa orang yang menguasai ilmu-ilmu ini semuanya dan berhasil menjadi pakar
dalam ilmu-ilmu tersebut mengungguli yang lainnya,maka adalah sesuatu yang
termudah baginya menelaah kejadian -kejadian kontemporer (kekinian) dan
solusinya”). Selesai perkataan Ibnu Rajab rahimahullah.
Berarti
Ibnu Rajab memandang bahwa orang yang menguasai berbagai disiplin Ilmu Syar’i
itulah yang berhak dan mampu berfatwa dalam masalah nawazil.
Oleh
karena itu disebutkan dalam salah satu biografi Imam Ahmad ,bahwa : Imam Ahmad
dahulu berfatwa tentang solusi kejadian-kejadian kontemporer, namun beliau
melarang murid-muridnya berbicara dalam masalah itu, karena dipandang mereka
belum sampai kepada tingkatan boleh berijtihad dalam masalah itu.
Pandangan
Ibnu Rajab dan sikap Imam Ahmad tersebut juga sama dengan pernyataan Ibnul
Qoyyim رحمه الله,yang
mengatakan :
العالم بكتاب
الله وسنة رسوله وأقوال الصحابة فهو المجتهد في النوازل
“Orang yang berilmu tentang
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya dan Ucapan Para Sahabat maka dialah orang yang
berhak berijtihad menyampaikan pandangan dan fatwa dalam masalah
Nawazil/kejadian-kejadian kontemporer” .
Dan
masih banyak ucapan para Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang semakna,seperti
ucapan Imam Syafi’i, Asy-Syathibi, Syaikh Al-Albani dan yang lainnya.
نسأل الله -عز
وجل- أن يوفقنا وإياكم لما يحبه و يرضاه و أن يجعلنا وإياكم هداة مهتدين إنه
ولي ذلك والقادر عليه.
***
Diolah
dari Madarikun Nadhor,
Syaikh Abdul Malik Ar Ramadhani.
muslim.or.id
posted by @Adimin
Post a Comment