Home » , » Survei ISI: Elektabilitas Prabowo Hatta Terus Naik, Joko Widodo Cenderung Terus Menurun

Survei ISI: Elektabilitas Prabowo Hatta Terus Naik, Joko Widodo Cenderung Terus Menurun

Written By mediapkspadang on 24 June, 2014 | June 24, 2014

Prabowo Subianto dan Joko Widodo dalam debat capres tahap ketiga di Jakarta, 22 Juni 2014

Menjelang pemungutan suara Pemilihan Presiden Pilpres 9 Juli 2014, elektabilitas pasangan capres dan cawapres bernomor urut 2, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, menunjukkan tren yang stagnan bahkan cenderung menurun. Itulah hasil survei Institut Survei Indonesia yang digelar 18 Mei hingga 21 Juni 2014.

"Joko Widodo-Kalla sempat memimpin di awal masa kampanye. Namun seiring dengan berjalannya kampanye, seiring diadakan debat capres dan kedua kandidat makin dikenal masyarakat, elektabilitasnya justru turun dan cenderung stagnan hingga saat ini," ujar Direktur ISI Haris Baginda dalam jumpa pers pada Senin, 23 Juni 2014, di sebuah restoran di Cikini, Jakarta Pusat.

Berkebalikan dengan Jokowi-JK, pasangan capres cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, justru menunjukkan tren elektabilitas yang terus menanjak.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelumnya oleh ISI, tingkat elektabilitas pasangan bernomor urut 1 ini ada pada angka 47,27 persen pada tanggal 18-24 Mei, jauh di bawah pasangan Jokowi-JK yang berada di angka 52,73 persen. Pada survei kedua yang dilakukan pada tanggal 1-7 Juni 2014, elektabilitas Prabowo-Hatta menyusul di angka 50,25 persen, terpaut tipis dengan elektabilitas pasangan Jokowi-JK yang mulai menunjukkan tren penurunannya dan berada pada angka 49,75 persen.

Pada survei terakhir yang dilakukan pada tanggal 15-21 Juni, elektabilitas Prabowo-Hatta semakin meningkat di angka 51,18 persen, sedangkan Jokowi-JK terus menurun di angka 48,82 persen.

Menurut Haris, menjelang waktu pemungutan suara Pilpres yang semakin mendekat ini, kecil kemungkinan kedua kandidat akan bisa membelokkan tren perolehan suaranya. Ia memperkirakan tren yang sedang berlaku sekarang akan terus stagnan hingga pemungutan suara nanti.

"Sekarang ini sudah semakin kecil waktu untuk meraih simpati. Maka semakin kecil juga peluang untuk meraih dukungan. Jadi kedua kandidat diperkirakan akan stagnan perolehan suaranya dari tren yang berlaku sekarang," ucapnya.

Berdasarkan hasil dari ketiga survei yang dilakukan itu, ISI pun mencoba membuat prediksi pemenang Pilpres 9 Juli 2014 mendatang. Menurut Haris, dari kecenderungan hasil survei yang ada, Prabowo-Hatta akan menang dengan perbedaan perolehan suara yang cukup besar dari Jokowi-JK, yakni 8,5 persen.

"Jadi ini bukan hasil survei lagi, tapi prediksi. Dari hasil survei kami, pada tanggal 9 Juli nanti pasangan Prabowo-Hatta akan meraih perolehan suara yang mencapai 54,25 persen, sedangkan Jokowi-JK hanya 45,75 persen," ucapnya.

Muhammad Asdar, yang merupakan guru besar di Fakultas Ekonomi Universitas Hassanudin Makassar, dan juga narasumber di acara pemaparan hasil survei ini, memaklumi kenaikan elektabilitas yang dialami oleh pasangan Prabowo-Hatta. Menurutnya, selama masa kampanye dan debat di televisi, timbul kesadaran di masyarakat untuk dipimpin oleh orang yang kuat, dan kemudian masyarakat menilai bahwa Prabowo-Hatta-lah yang memenuhi kriteria itu.

"Debat di televisi itu ditonton jutaan orang. Prabowo itu memang tampil apa adanya, tanpa ada polesan. Dan orang melihat bahasa tubuh kedua kandidat berdasarkan dari hati nuraninya masing-masing. Mereka ingin melihat pemimpin itu orang yang kuat, bukan yang lemah. Makanya Pak Prabowo dipilih jadi pemimpin, karena dia kuat," ucapnya.

Sedangkan Jokowi-JK, menurut Asdar, mengalami penurunan elektabilitas karena berbagai masalah yang kini tengah membelit Joko Widodo, gubernur DKI Jakarta yang kini non-aktif.

"Isu yang paling pengaruhi elektabilitas itu korupsi. Dan ini sangat berpengaruh. Pak Jokowi belum menyelesaikan masa jabatannya, apalagi ada kasus korupsi TransJakarta. Saya tidak tahu kalau ada yang memainkan ini. Dalam politik semua memang dimainkan," ucapnya.

Survei ini dilakukan di 33 provinsi di Indonesia terhadap 999 responden, di mana semakin besar jumlah DPT di suatu provinsi, maka semakin besar juga persentase respondennya. Sampel dipilih secara acak berjenjang dengan margin error sebesar 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan metode kontrol kualitatif tetap. [politik.news.viva.co.id]


posted by @Adimin
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Web | PKS Padang | Mas Temp
Copyright © 2011. PKS KOTA PADANG - All Rights Reserved
Template Created by PKS Padang Published by Mas Temp
Proudly powered by Blogger